AISHA

Rey baru pulang dari kantor lebih awal, namun ia sengaja mampir ke toko kue untuk membeli kue ulangtahun untuk merayakan university pernikahannya bersama Aisha. Tidak peduli ada Aisha atau tidak, selama ini Rey selalu merayakannya berharap cinta Aisha terhadap dirinya tidak pernah berubah.

Tepat saat Rey keluar dari toko kue itu, Rey melihat seorang wanita yang melintas tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dari postur tubuhnya wanita itu memang mirip dengan Aisha. Rambut panjang yang diikat serupa dengan kebiasaan Aisha.

Rey cepat-cepat menghentikan wanita itu dengan berlari kecil mendekatinya.

"Nona, tunggu!" Panggil Rey. Tapi wanita itu malah mempercepat langkahnya meninggalkan Rey. Perasaan rindu Rey dan juga rasa penasarannya membuatnya semakin ingin menghentikan wanita itu.

"Nona." Panggil Rey lagi setelah ia berhasil memegang tangan wanita itu. Tanda lahir Aisha ada di tangan wanita itu. Mungkinkah kemarin, wanita itu yang dilihat oleh Rafka. Rey menarik wanita itu memutar sampai wanita itu berhadapan dengannya.

"Aisha." Gumam Rey. Kedua mata wanita itu benar-benar mirip dengan Aisha. Selain itu ia juga mengenakan masker untuk menutupi hidung dan bagian wajah bawahnya.

"Maaf, anda salah mengenali orang. Saya tidak mengenali anda." Jawab Wanita itu.

"Tidak mungkin. Kamu Aisha, istriku. Aku tidak mungkin salah." Kata Rey bersikeras.

"Maaf, saya buru-buru. Jika tidak ada yang lain, saya permisi!" Ucap wanita itu kemudian pergi dengan langkah cepat. Tapi, Rey masih tidak ingin membiarkannya pergi begitu saja.

"Aisha!" Ujar Rey berkali-kali namun wanita itu juga tidak mau mendengarnya lagi. Wanita itu bahkan mempercepat langkahnya dan berlari membuat Rey mau tidak mau juga harus berlari mengejarnya.

Rey tidak ingin melepaskan wanita itu begitu saja. Ia yakin bahwa wanita itu adalah Aisha dan sengaja menghindarinya. Tidak mungkin ada wanita yang memiliki banyak kesamaaan dengan Aisha.

Namun saat ia mengejarnya, ia tidak sadar bahaya sedang mengancam nyawanya. Beberapa meter dari tempat Aisha berlari, Rey ambruk ke jalan setelah tubuhnya tertabrak mobil yang melaju ke arahnya.

Aisha, wanita itu menghentikan langkahnya setelah mendengar suara gaduh beberapa orang yang terkejut melihat langsung kejadian itu, ia menoleh dan ia melihat Rey tergeletak di tengah jalan dengan mata terpejam, sedangkan mulai keluar darah dari beberapa bagian tubuhnya.

"Rey." Gumam Aisha pelan kemudian mendekati Rey yang sudah tidak sadarkan diri. Tidak jauh dari tempat Rey terbaring, Aisha melihat kotak kue yang baru saja dipesan oleh Rey. Ia menangis dalam diam, ternyata Rey masih ingat dengan hari jadi pernikahannya dan ingin merayakannya.

"Anda kenal dengan korban?" Tanya salah satu pria yang membantu mengamankan jalanan yang mendadak macet karena peristiwa barusan.

"Ya, dia suami saya." Jawab Aisha lirih.

"Sebaiknya anda telepon kerabat anda yang lain!" Ucap pria itu. Aisha hanya mengangguk namun ia tidak mungkin memberitahu Rafka tentang kecelakaan ini. Rafka pasti akan sedih, sedangkan kerabat yang lain, Aisha tahu Rey tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Rafka.

.........

Aisha dan Rey tiba di rumah sakit. Aisha memutuskan untuk menjaga Rey sendiri. Ia tidak mungkin meminta bantuan orang lain. Rena, ia tidak tahu bagaimana jika wanita itu sampai tahu bahwa ia kembali dan bertemu dengan Rey, terlebih ia telah menjadi penyebab Rey kecelakaan.

Selama ini, Aisha memang sengaja bersembunyi dari Rey dan diam-diam mengawasi Rafka dari kejauhan. Namun ia benar-benar tidak tahu bahwa hubungan Rey dengan Rena sudah berakhir sejak lama. Yang Aisha tahu, saat ini Rafka diasuh oleh Art yang dulu membantunya.

Saat kebakaran di dalam gedung tua itu, Aisha lah yang menyebabkannya, saat itu ia sengaja membakar gedung itu untuk menyelamatkan diri. Setelah ia berhasil melarikan diri, ia bersembunyi di sebuah pondok dekat hutan selama beberapa hari sampai semuanya aman.

Aisha hidup sendiri dan memilih untuk bekerja harian untuk mencukupi kebutuhannya. Jadi, sekarang ia benar-benar tidak memiliki sepeser pun untuk membayar biaya rumah sakit Rey.

"Nyonya, mohon urus administrasinya dulu!" Ucap salah satu perawat yang baru saja keluar dari ruang dimana Rey sedang mendapatkan perawatan.

"Baik." Jawab Aisha. Perawat tadi memberikan ponsel dan dompet Rey yang ada di saku celana Rey. Aisha dengan terpaksa membuka dompet itu, berharap ada beberapa uang yang bisa ia gunakan untuk membayar. Namun, hanya beberapa lembar uang yang ada di dalamnya, sisanya hanya ada tiga kartu ATM di dalamnya. Aisha tidak tahu apakah sandi ketiga kartu itu sudah berubah atau belum. Ia berharap semoga ia bisa menggunakan kartu itu untuk menyelamatkan Rey.

Aisha pergi ke bagian pembayaran dan memberikan ketiga kartu itu pada petugas.

"Saya tidak tahu sandi ketiga kartu itu, tapi semoga salah satunya saya bisa menebaknya. Bisakah anda membantu saya?" Tanya Aisha.

"Boleh dicoba. Tunggu sebentar!" Ucap pegawai itu.

Setelah beberapa kali mencoba, dua kartu yang pertama tidak berhasil ditebak oleh Aisha. Namun kartu ketiga, akhirnya berhasil dan ternyata Rey menggunakan tanggal pernikahannya dengan Aisha sebagai sandi kartu yang terakhir.

"Semuanya sudah selesai, terimakasih Bu!" Ucap petugas sambil memberikan bukti pembayaran pada Aisha.

"Sama-sama." Ucap Aisha sebelum kembali ke ruang perawatan Rey.

Tidak lama setelah Aisha sampai, dokter yang baru saja menangani Rey keluar dari ruangan dan disambut oleh Aisha dengan perasaan cemas.

"Bagaimana keadaan suami saya?" Tanya Aisha.

"Suami anda belum sadar, tapi anda tidak perlu khawatir, hanya luka luar, tidak ada luka dalam atau masalah besar. Dalam waktu dua hari mungkin sudah sadar." Jawab dokter itu.

"Baiklah, dokter. Terimakasih!" Ucap Aisha. Dokter itu menganggukkan kepalanya kemudian pergi meninggalkan Aisha.

Setelah Rey dipindahkan ke kamar lain, Aisha baru bisa masuk untuk

menjaga Rey. Ia tidak tega meninggalkan Rey tanpa seorang pun yang menjaganya. Saat Rey sadar nanti, ia baru akan pergi.

Aisha menatap wajah Rey yang masih sama seperti dulu, terlihat masih tampan seperti saat dulu pertama kali bertemu, wajah polos saat tidur pun masih terlihat dengan jelas.

"Terkadang aku berfikir, apakah aku bisa bertemu denganmu lagi atau tidak. Tapi, aku tidak mungkin berharap hari ini akan terjadi, hanya melihatmu dari jauh, itu sudah cukup untukku." Gumam Aisha pelan.

Ia mengingat kejadian empat tahun yang lalu, saat Rey mengajukan cerai padanya, saat itu hatinya benar-benar sakit. Terlebih lagi Rey mengucapkan itu karena ketidak percayaannya terhadap dirinya. Sekarang, haruskah ia meninggalkan Rey?

Ia sangat rindu dengan suaminya itu, sangat merindukannya. hanya saja, semua sudah berlalu dan tidak mungkin ia kembali bersamanya.