Zhao Jinyue, putri keempat Bangsawan Jing kehilangan segalanya setelah Pangeran Rui—sang suami—mendapatkan gelar Putra Mahkota.
Dia yang seharusnya menjadi Putri Mahkota tidak hanya dikhianati, tetapi juga difitnah dan dibunuh dengan kejam.
Zhao Jinyue pikir kematian tragisnya adalah akhir dari segalanya, tanpa diduga dia malah lolos dari lubang neraka dan kembali di hari Kaisar menjatuhkan titah pernikahan untuknya.
Dengan kenangan menyakitkan yang membekas di ingatannya, Zhao Jinyue mana mungkin bersedia mengulangi kesalahannya dengan menikahi Pangeran Rui dan membiarkan kakak ketiganya menjadi selir samping, bahkan bersedia menyetarakan status mereka.
Di kehidupan ini, Zhao Jinyue akan menjadi wanita yang berbudi luhur di mata dunia. Namun, diam-diam merencanakan pembalasan dan berbalik menaiki kapal Pangeran Runan, musuh bebuyutan Pangeran Rui.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gelar Pembawa Petaka
"Jinyue, maafkan aku." Pangeran Rui diam-diam menemui Jinyue lagi, dia bahkan seperti maling ketika memanjat pagar halaman belakang Paviliun Qilin. "Jinyue, tolong beri aku kesempatan kedua ... oke?"
"Yang Mulia, apa yang sedang kamu lakukan?" Jinyue yang tengah bermain ayunan terkejut dengan kehadiran Pangeran Rui, terlebih saat tangannya ditarik sedikit kasar sehingga dia turun dari ayunan dan berdiri tepat di hadapan sang pangeran.
"Lepaskan aku!" Jinyue berusaha keras melepaskan tangan Pangeran Rui yang menarik-narik dirinya.
"Jinyue, selama kamu memaafkan aku. Posisi Putri Rui akan selalu menjadi milikmu. Kelak, kamu juga bisa menjadi Putri Mahkota setelah aku jadi pewaris."
Jinyue melayangkan tatapan aneh pada Pangeran Rui, ada juga jejak kesinisan yang terlintas di netranya.
Putri Mahkota ... jadi pewaris?
Seberapa tinggi bantal yang dia butuhkan untuk bermimpi seindah itu?
"Xiao Heng, kamu gila atau sakit?" Jinyue mengerahkan seluruh kekuatannya hingga dia berhasil melepaskan diri dari Pangeran Rui, bahkan memukul wajah pria itu dengan keras di detik berikutnya. "Kalau kamu sakit pergilah cari tabib dan berobat! Jika gila, jangan keluar dari istanamu dan menggigit orang sembarangan."
Melihat Pangeran Rui tak berkutik dan mematung untuk waktu yang lama setelah mendapatkan tamparan darinya, Jinyue pikir sang pangeran sudah sadar sepenuhnya.
"Sebelumnya sudah pernah kukatakan, aku tidak menginginkan posisi Putri Rui!" Ketegasan dan keseriusan Jinyue tidak hanya terdengar melalui kata-kata, tetapi juga terlukis jelas di wajahnya. "Hari ini aku akan mengatakannya sekali lagi. Jadi, tolong dengarkan baik-baik, Yang Mulia!"
"Baik di kehidupan ini atau pun kehidupan selanjutnya ... aku, Zhao Jinyue tidak bersedia menjadi Putri Rui-mu!"
Cukup di kehidupan sebelumnya aku menjadi Putri Rui.
Aku tidak sudi menyandang gelar pembawa petaka itu lagi!
Pangeran Rui menggeram marah.
Tidak hanya berani memarahinya dan menyebutnya gila serta sakit, Jinyue bahkan memukulnya tanpa belas kasih?
Pangeran Rui memang merasa kebas di wajahnya paska dipukul Jinyue, tetapi yang terluka parah adalah harga dirinya yang dikoyak tanpa ampun.
Pada akhirnya, dia kehilangan kesabarannya yang setipis tisu dibagi tujuh.
"Jinyue, meski aku menyayangimu, kamu juga harus sadar diri!" Pangeran Rui menatap nyalang pada Jinyue, lalu menambahkan dengan nada mencemooh. "Lagipula, kalau tidak menikah denganku, memangnya siapa yang mau denganmu?"
Karena memiliki harga diri dan kepercayaan diri yang setinggi langit, Pangeran Rui meyakini bahwa tidak akan ada pria di muka bumi ini bersedia menikahi Jinyue, gadis yang telah dia tinggalkan.
Dia awalnya berniat membujuk Jinyue agar tidak jadi dinikahkan dengan putri Jenderal Yu yang tidak tahu sopan santun dan tata krama.
Itu demi kebaikan Yi Nan.
Pangeran Rui pikir, Yi Nan akan lebih baik hidup berdampingan dengan Jinyue, daripada Yu Xin Mei yang tidak punya aturan.
Dia tidak menduga Jinyue tidak hanya menolak, tetapi juga berani mempermalukan dirinya di depan para pelayan.
Jinyue menarik sebelah ujung bibirnya hingga membentuk senyum sinis saat berkata, "Yang Mulia, anak Kaisar bukan kamu saja."
"Jinyue, kamu lupa, ya? Demi membantuku untuk naik tahta, kamu sudah melakukan banyak hal untukku." Pangeran Rui mengangkat sebelah alisnya dan bersikap lebih sinis daripada Jinyue. "Kamu mengatur rencana agar adik ketigaku menikah dengan tuan putri dari suku Yali, membuatnya menjadi Pangeran Yali."
Berkat Jinyue, Pangeran Ketiga kehilangan haknya untuk bersaing mendapatkan tahta.
"Kemudian, kamu juga menyingkirkan Kakak Pertama ke perbatasan," imbuh Pangeran Rui seakan sengaja membongkar kenangan yang mungkin saja dilupakan oleh Jinyue.
"Dari semua putra Kaisar, hanya kakak pertama yang memasuki usia pernikahan, sedangkan pangeran lain masih kecil."
Ekspresi Jinyue tampak datar, sementara embun dingin menetes keluar dari netranya yang menatap Pangeran Rui.
'Sudah kuduga, dia tidak pernah menganggap serius pengorbananku. Baginya, semua yang aku lakukan memang sudah seharusnya dan aku tidak punya pilihan lagi. Itu sebabnya, dia terus-menerus menantang batas kesabaranku.'
"Kalau kamu menikahi kakak pertama, apa menurutmu dia tidak akan membuatmu menderita dengan kekejamannya?"
'Kau masih saja mencoba menakuti-nakuti aku.' Jinyue mendengus sinis dan memutar bola matanya dengan jengah.
Detik selanjutnya, dia menaikkan sebelah alisnya dan bertanya sarkas. "Apa kamu yakin Pangeran Runan tidak bersedia menikah denganku dan akan membuatku menderita?
"Hahaha...." Pangeran Rui tertawa mengejek. "Kamu coba saja jika ingin mati di tangannya. Kamu wanita yang ditinggalkan olehku, juga wanita yang telah mengirimnya ke perbatasan. Apa menurutmu dia bersedia mentolerir dirimu?"
"Aku bersedia!"
Suara agung Pangeran Runan sudah bergema ke seluruh penjuru ruangan, tetapi sosoknya masih belum terlihat.
Dalam hitungan detik, semua orang menatap ke sumber suara dan menyaksikan kedatangan Pangeran Runan yang membawa keagungan dan aura jiwa patriot
Jinyue tersenyum, dia terpukau oleh kegagahan Pangeran Runan.
'Tidak.' Pangeran Rui menggeleng tak percaya dengan mata membelalak, dia seperti tengah melihat hantu di siang bolong. 'Tidak mungkin!'
'Orang suruhanku bilang kakak pertama telah terluka oleh pedang beracun. Kalau pun berhasil selamat dari kejaran mereka, bagaimana dia bisa bertahan hidup sampai sekarang?'
Dia sendiri yang memberikan racun mematikan itu kepada orang suruhannya untuk dioleskan pada pedang yang akan melukai Pangeran Runan.
Meski selamat saat penyerangan, Pangeran Runan seharusnya mati dalam waktu tiga hari.
Namun, ini sudah lebih dari tiga hari sejak mereka bertemu di ruang kerja Kaisar terakhir kali.
'Apa dia tidak diracuni'
'Mungkinkah mereka telah membohongi aku?'
Pangeran Rui mengepalkan kedua tangan di sisi tubuhnya, berusaha keras menahan emosinya agar tidak meledak saat itu juga.
'Karena dia masih hidup, maka kalian yang harus mati!' gumam Pangeran Rui penuh amarah, berniat membunuh semua orang suruhannya yang tidak berguna.
Saat hatinya hampir terbakar oleh amarah, Pangeran Rui tidak sengaja menangkap keberadaan kain kuning berpola naga yang dibawa Kasim.
Dia pun tiba-tiba tersenyum senang seperti telah memenangkan pertarungan sengit. "Jinyue, bahkan Kaisar tidak bersedia membatalkan pernikahan kita."
Pangeran Rui pikir, Kaisar menolak permohonan Jinyue untuk membatalkan pernikahan mereka.
Sebagai gantinya, Kaisar memberikan kompensasi yang lebih besar pada Jinyue hingga hadiah yang dibawa para utusan istana hampir memenuhi halaman Paviliun Qilin.
"Jinyue, kamu akan tetap jadi istriku!"
terima kasih