Kala gemerlut hati semakin menumpuk dan melarikan diri bukan pilihan yang tepat.
Itulah yang tengah Gia Answara hadapi. Berpikir melarikan diri adalah solusi, namun nyatanya tak akan pernah menjadi solusi terbaik untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon _NM_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
XXI
" Jangan gitu lagi Shila. " Ucap Bara tengah duduk memandangi adeknya itu.
Saat ini kedua kakak beradik itu tengah berada dikamar Shila. Shila dan Bara duduk berlesehan menatap ke arah meja belajar dikamar Shila. Mereka berdua hanya sendiri di rumah ini, meski telah disiapkan kamar masing-masing, mereka lebih memilih berkumpul sejenak dikamar Shila.
Shila mendengar kalimat yang keluar dari kakaknya termenung sejenak.
" Ternyata kita Yanda sekaya ini yah. Tapi kita dirumah harus sering kelaparan karena takut bunda sedih gak ada uang. Apa semua ini adil? " Ucap Shila tiba-tiba.
Bara tak menjawab tatapannya jauh menerawang ke depan.
" Kita kemarin lihat bunda kayak gitu. Tapi disini anaknya malah ngehina bunda. Aku aja sampek sekarang masih belum paham kenapa mereka gak mau nemuin bunda. Dimana letak bakti mereka? Terus juga Yanda malah diem aja. " Ucap Shila terkekeh kecil, menarik-narik ujung bajunya.
" Sebenarnya aku juga gak mau ada di kehidupan gak lengkap kayak gini. Aku pengen kayak Qila, Tari, mereka bisa punya keluarga lengkap. Gak kaya gini. " Shila menoleh ke arah Bara. " Lagian loh Bar, masa kita bisa diem aja setelah selama ini lihat perjuangan bunda? Pantes kan aku marah sama Tante cantik, karena kalau seandainya gak ada Tante cantik kan bunda masih sama Yanda. "
Bara menoleh, membalas tatapan sang adek. Mengalungkan tangan pada bahu sang adek, menguatkan.
" Apapun itu, sekarang Yanda udah sama Tante, otomatis Tante udah jadi orang tua kita. Gak sepatutnya kita nyakitin hati orang tua kita. Aku paham kamu marah, tapi bukan seperti itu caranya. Bunda sendiri yang bilang kita haru menghormati orang tua. " Ucap Bara.
Shila diam sejenak, memikirkan.
Kenapa dunia selalu tampak salah ketika mereka berlaku?
~|~
" Hai. " Ucap Keysha yang tiba-tiba saja berada di dapur.
Membuat Bara yang tengah memasak mie instan langsung melirik ke arah Keysha.
" Halo, Tante.. " Lirih Bara membalas, lalu sibuk dengan kegiatannya sendiri. Menghiraukan keberadaan Keysha.
Keysha yang melihat itu pun merasa canggung sendiri. Keysha memperhatikan Bara masih berjuang menuangkan mie yang telah di rebus.
" Eh jangan gitu nuanginnya, nanti kamu kecipratan. " Seru Keysha, mengambil langsung panci yang dikenakan Bara.
Keysha pun melanjutkan kegiatan Bara tadi. Sedangkan Bara hanya membiarkan saja tantenya itu.
" Gini loh, cara nuanginnya. " Ucap Keysha mencontohkan cara menyang mie ke mangkok dengan benar.
Bara diam masih mengamati.
Seusai Keysha menuangkan mie itu, Bara mengambil alih kegiatan selanjutnya.
" Makasih te. " Ucap Bara lirih.
Keysha tersenyum senang mendengarnya.
" Bunda Kamu dulu jarang pulang karena kerja kan, pasti kamu kesusahan banget dulu. " Ucap Keysha, membuat Bara melirik sekilas ke arah Keysha. " Karena sekarang ada mama, kamu bisa minta belajar ke mama. Nanti mama ajarin. Kamu gak perlu sungkan sama mama. Oke? "
Bara tak mengindahkan ucapan Keysha, anak itu lebih memilih mendudukan diri di meja makan untuk menyantap mie yang telah ia buat tadi. Keysha yang melihat itu pun ikut duduk disamping anak itu, berusaha mendekatkan diri dengan anak tirinya. Merasa tak mendapatkan penolakan dari anak itu, Keysha melanjutkan ucapannya.
" Kamu mulai sekarang mulai belajar panggil Tante, mama yah. Nanti kamu bisa panggil mama pas bunda kamu gak ada aja. Biar kamu gak kenak marah sama bunda kamu, soalnya manggil mama. Nanti mama gak bakal bilang siapa-siapa. "
Bara melirik tajam ke arah Keysha. Menghentikan acara makannya.
" Mohon maaf sebelumnya Tante. Saya manggil Tante itu Tante, bukan karena bunda saya ngelarang. Tapi karena saya yang mau. " Bara mengalihkan tatapannya ke arah mienya. " Karena bagi saya bunda saya cuma satu, yaitu bunda. Tante hanyalah istri Yanda. Saya cukup menghormati Tante untuk itu. "
Keysha tersentak di tempatnya, tak tahu apakah dia telah salah kata sebelumnya atau tidak.
" Dan lagi, saya bukannya tidak bisa menaruh mie ke piring, saya hanya merasa kesulitan dengan keberadaan Tante. Saya tak pernah merasa kesulitan selama ini, karena bunda saya selalu mengajarkan saya dengan baik. Sedangkan saya ketika masuk kerumah ini, saya merasa sangat kesulitan. " Menghela napas pelan, Bara melanjutkan ucapannya. " Cukup bersikap sebagai istri Yanda, te. Tante gak usah memaksakan diri membuat anak-anak Yanda nyaman, karena itu malah terjadi sebaliknya. Saya tidak nyaman dengan keberadaan Tante sedari awal. "
Seusai mengatakan itu Bara memilih beranjak dari sana sembari membawa mienya. Namun sebelum benar-benar pergi Bara sempat berucap. " Sebelumnya mohon maaf jika saya ada salah kata atau perbuatan. "
Keysha memandangi punggung kecil itu yang sudah tidak tampak lagi di indra penglihatannya.
Anak itu mengucapkan kalimatnya dengan nada sangat lembut. Benar-benar lembut, namun mengapa kalimat itu terdengar seperti belati dihati Keysha. Hingga sebulir air jatuh dari pelupuk mata.
Apa tadi Keysha mengacaukan semuanya? Mengapa Keysha menanggung semua ini? Bukankah sedari awal Jordan adalah miliknya? Lalu wanita itu datang merebut miliknya dengan paksa. Lalu mengapa sekarang dia yang tampak seperti perebut disini?
~|~
Jordan mengernyit heran, kala Keysha tak kunjung ikut merebahkan diri di kasur. Keysha masih berdiri dengan pandangan kosong menatap ke arah Jordan yang sudah bersiap untuk terlelap.
" Kami gak tidur? " Tanya Jordan bingung.
Keysha menggelengkan kepalanya pelan. " Ada yang mau aku bicarain sama kamu. "
Jordan tak mengerti, tetapi tetap memilih bangkit berdiri dihadapan wanita itu, lalu membawa bahu Keysha untuk duduk dipinggiran kasur. " Duduk dulu, gak enak ngomong sambil berdiri. "
Keysha menuruti.
" Kamu ingat gak, kita sudah menikah berapa tahun? " Buka Keysha mengawali.
Jordan terkekeh kecil, tersenyum lembut nan tulus ke arah Keysha. " Ada apa? Kenapa tiba-tiba bahas itu? "
Keysha tak menimpali, diam menatap Jordan yang kini tengah mengusap surai rambutnya yang masih tertutup hijab.
" 7 tahun. 7 tahun sudah telah kita lewati. Tangis, tawa, suka, dan duka, semua udah dilewati. Banyak kata terimakasih dan maaf yang berkali-kali terlontar tanpa kata. " Ucap Keysha menatap manik Jordan lamat lamat.
" Semua masa lalu kamu, tidak serta Merta aku terima dengan baik. Banyak didihan air mata yang telah meluap. Banyak kekecewaan yang telah ditelan mentah-mentah. Seolah pahit tampak tiada dalam hari. Sebab aku yakin, apapun kehidupan kamu dimasa lalu adalah milik kamu, dan sekarang adalah milik kita, berdua. " Buliran air mata tampak tertahan dipelupuk mata Keysha.
Jordan tak menjawab, masih mengamati istrinya dengan lamat, meski dalam lubuk hati terdapat luapan kata tak tertahan. Bukan kah seperti ini rumah tangga itu? Satu berbicara, satu mendengar. Biarlah kini giliran Keysha yang berbicara, meluapkan yang terdapat dilubuk hati.
" Tanpa melihat ke arah kebelakang, boleh aku bertanya sesuatu? " Ucap Keysha penuh harap.
Jordan mengusap tangan Keysha lembut. " Mau tanya apa, hm? "
" Apakah kamu mencintai ku? " Penuh harap ketika kata itu terlontar.
Cinta yah? Ah, Jordan tak pernah memikirkan itu sebelumnya. Menjadi insan tanpa ingatan lengkap, Jordan hanya mencoba menjalani hidup yang telah direncanakan oleh orang tuanya. Tentang perasaan, tentu Jordan tak tahu. Ingatan saja tak ada, bagaimana bisa memikirkan soal hati?
Jika diputar selama bertahun-tahun yang dilewati, Jordan masih belum bisa menyimpulkan apa-apa. Jordan hanya memahami keadaannya saat ini, menghormati saat ini, dan menjaga sekuat tenaga yang ia miliki. Masalah perasaan, bukankah itu sudah urusan belakang? Terlebih dia sudah menjadi bapak-bapak anak 4, mengatakan cinta bukankah terlalu menggelikan?
" Jawab. Tolong jawab pertanyaan ku. " Pinta Keysha mengguncang tangan Jordan.
" Kamu kenapa sih- " belum juga Jordan melanjutkan ucapannya, Keysha sudah menyahuti cepat.
" Karena aku ingin tahu, perjuangan ku sia sia atau tidak. Tolong jawab pertanyaan ku. " Pinta Keysha memelas.
Keysha tatapi kedua mata Jordan lamat-lamat, meminta jawaban dari pertanyaannya.
Setelah sekian lama mendapatkan kebungkaman Jordan, Keysha menggeser tubuhnya menjauh dari Jordan. Sebulir air mata, akhirnya lolos dari pelupuk mata.
" Aku bisa tetap bertahan. Tapi bagaimana aku bisa bertahan pada sesuatu yang bahkan tak mengenali nama ku didalamnya? "
Keysha mengusap air matanya, berusaha tampak tegar pada kekecewaan yang mulai meluap.
" Kenapa? Kenapa? Apa pengorbanan ku selama ini belum cukup? "
Jordan mendekat, berusaha meraih tubuh kecil istrinya.
" Hey, jangan begini. Kamu istriku, kamu pendamping ku. Itu aja yang perlu kamu tahu. " Ucap Jordan menangkup kedua pipi Keysha.
Keysha diam, namun air matanya kembali deras berjatuhan.
" Aku minta kamu ingat satu hal. Aku istri kamu sekarang. Sedangkan Gia masa lalu kamu. Jadi tolong jangan pergi. Tetap disini, bersama ku. Ku mohon. " Lirih, amat melirih Keysha mengucapkan kalimat itu.