NovelToon NovelToon
ARCANUM: Perjalanan Menuju Takhta Bintang

ARCANUM: Perjalanan Menuju Takhta Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Romansa Fantasi / Epik Petualangan / Akademi Sihir / Transmigrasi
Popularitas:555
Nilai: 5
Nama Author: Ilhamkn

Tema cerita: Fantasi, Petualangan, Pedang dan Sihir

Update 1-2 Bab/hari, setiap jam 20:00 WIB.

Caelum Aurelius adalah seorang penyihir dan peneliti dari sebuah organisasi bernama Arcana, sebuah organisasi sihir yang telah berdiri sejak abad pertengahan di bumi dan merupakan salah satu organisasi sihir tertua.

Pada suatu malam Caelum mencoba melakukan penelitian untuk "melintasi dinding realitas". Namun percobaan tersebut mengalami kegagalan yang mengakibatkan Caelum terlempar dalam dimensi hampa.

Saat Caelum tersadar dia melihat pemandangan asing disekitarnya.

"Berdasarkan pengamatan awal, lokasi ini tidak identik dengan satupun wilayah yang ada di bumi, terutama bulannya" sambil menatap ke arah langit, Caelum melihat 2 Bulan yang bersinar berdampingan.

Dan semuanya dimulai dari sini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ilhamkn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21: Keberuntungan dan Kebingungan

Setelah semalaman berbincang dengan Lira, Caelum memutuskan untuk pergi ke toko Aylin, bagaimanapun pada awalnya dia awalnya hanya ingin melihat-lihat.

Setelah tiba di toko Aylin, Caelum memutuskan untuk menggunakan alasan yang sopan untuk memutuskan berhenti, walaupun baru sehari bekerja Caelum tetap merasa bahwa hal itu perlu.

Membuka pintu toko secara perlahan, Caelum segera disambut oleh bau menyengat yang familiar, mendengar seseorang memasuki toko Aylin segera menyapa.

"Ohh anak baru, kamu datang pagi sekali" Aylin nampak ceria seperti biasa.

"Aylin ada sesuatu yang ingin aku sampaikan" Caelum segera duduk di kursi yang ada di seberang Aylin.

"Apakah kamu ingin berhenti?" mendengar pertanyaan Aylin, Caelum merasa kaget dan sedikit bingung, apakah hal itu nampak di wajahnya.

Melihat ekspresi kebingungan Caelum, Aylin tersenyum.

"Kamu bukan satu-satunya yang bekerja di tempat ini selama sehari kemudian berhenti, jadi melihat perilaku dan gaya bicaramu setidaknya aku punya sedikit gambaran" Aylin mengatakan hal tersebut dengan santai seolah itu hal yang wajar.

"Tidak aku tidak ingin berhenti, hanya ingin bertanya apakah aku bisa merubah jam kerja dari jam sepuluh pagi menjadi jam delapan pagi?" setelah mendengar cerita Aylin Caelum memutuskan untuk bekerja di tempat ini selama beberapa waktu lagi, mendengar itu Aylin melirik Caelum dengan ekspresi aneh kemudian mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Caelum.

"Tentu saja bisa, pekerjaannya masih sama seperti kemarin" setelah mengatakan itu Aylin segera melanjutkan pekerjaannya dengan santai.

Caelum merasa agak bingung dengan suasana tersebut. "Mengapa dia sangat berpengalaman dalam hal ini" Caelum hanya bisa bergumam dalam hati dan merasa bahwa dia menyesali keputusannya.

Setelah selesai mengerjakan pekerjaannya dia pamit dengan Aylin yang masih fokus dengan dunianya sendiri dan hanya melambaikan tangan.

Hari ini Caelum sedikit mulai terbiasa dengan pekerjaan tersebut dan memutuskan untuk pulang sebelum pergi menemui Tuan Elvarin.

Dalam perjalanan pulang Caelum bertemu dengan Lin yang sedang berbelanja.

"Cael, u~ aku pikir kamu sudah berhenti dari pekerjaanmu, lihatlah tubuhmu sekarang, sangat bau.... " Lin menatap Caelum sambil menutup hidung menggunakan tangannya.

"Aku tidak berhasil" jawab Caelum lesuh.

"Hahahaha kamu pasti menjadi korbannya, dia sangat pandai menarik simpati, aku hampir bekerja di tempatnya sebelum Tuan putri mempekerjakanku"

"Yah sepertinya kau benar" setelah berbincang, Caelum berjalan kerumah seorang diri, karena Lin masih belum menyelesaikan belanjaannya. Caelum ingin membantu namun Lin menolak dengan alasan takut bahan makanan yang dia beli akan menjadi bau seperti Caelum.

Setelah sampai di rumah, Caelum segera membersihkan diri dan berjalan menuju tempat Lira, namun sebelum dia sampai di tempat penelitian milik Lira, dia melihat Lira sedang membaca di perpustakaan.

"Lira, aku tidak jadi berhenti bekerja di tempat Aylin, setelah mendengar ceritanya aku tidak bisa mengatakannya" Caelum tersenyum canggung dan duduk di kursi seberang tempat Lira duduk.

"Begitu ya.. tapi kamu tetap bisa bekerja bersamaku jika itu tidak memberatkan, di pagi hari aku akan berlatih dengan Tuan Elarion jadi tidak masalah jika kita memulainya di waktu lain"

"Tentu, tidak masalah"

"Cael, aku sudah menulis surat untuk kamu serahkan pada Tuan Elvarin, bawalah surat ini saat kamu menemuinya namun jangan membuka surat ini" Lira menyerahkan sebuah surat dengan cap keluarganya.

"Baiklah, terimakasih banyak Lira"

Setelah itu, mereka berdua mengobrol santai selama beberapa saat sebelum akhirnya Caelum pamit untuk segera menemui Elvarin.

"Cael, jangan terlalu memaksakan diri"

"Akan aku coba" Caelum memasang senyum percaya diri sebelum berjalan meninggalkan ruangan tersebut.

"Kakak, dia sangat mirip denganmu" suara Lira sangat pelan seakan itu hanyalah angin lalu.

Setelah meninggalkan rumah, Caelum berjalan dengan santai namun setelah dia cukup jauh dari rumah dia lupa menanyakan dimana Elvarin tinggal. Karena dia sekarang lebih dekat ke area tempat Latihan jadi dia memutuskan untuk bertanya dengan Thaleon.

Thaleon yang sedang berlatih bersama seorang pemuda elf menunjukkan keterampilan yang memukau dengan kegesitan dalam gerakan dan ayunan pedang yang terampil sekaan sedang menari, namun membawa kekuatan yang besar, sementara itu lawan tandingnya adalah seorang elf yang memiliki tinggi badan lebih besar darinya, meskipun Thaleon nampak mendominasi namun tidak ada satupun serangannya yang mengenai lawan latihannya, ketika dia mencoba menggunakan gerakan tipuan dengan menyerang area pinggang dan di detik-detik terkahir membelokkan serangannya ke arah ketiak, elf jangkung tersebut hanya mengambil satu langkah mundur dan memutar tubuhnya 180° untuk menghindari tebasan dan melancarkan serangan balik, karena tidak siap pedang itu mengenai Bahu kiri Thaleon dan membuatnya jatuh.

Caelum hanya melihat hal itu dari pinggir lapangan dengan takjub, bagaimanapun menurut pengamatannya Thaleon memiliki peluang menang namun lawannya lebih tenang dan lebih terampil jadi serangan terkahir itu tidak diduga.

Melihat Caelum di sudut matanya, Thaleon segera berjalan ke arahnya.

"Cael, apakah kamu datang untuk berlatih?" meskipun baru saja melakukan latih tanding dengan elf jangkung tadi, namun tidak ada sedikitpun jejak kelelahan dari perkataannya.

"Aku hanya datang untuk menanyakan dimana Tuan Elvarin tinggal" Caelum menolak dengan sopan dan menjelaskan alasannya serta mengatakan bahwa dia terburu-buru.

"Apakah kamu ingin meminta Tuan Elvarin untuk mengajarimu? semoga berhasil sobat, lawan tadingku tadi Feyris adalah salah satu yang berbakat disini namun dia ditolak oleh Tuan Elvarin"

Melihat mereka berdua melirik ke arahnya, Feyris berjalan mendekat.

"Kau pasti Caelum, salam kenal" Feyris tersenyum ramah ke arahnya dan mengulurkan tangan. Caelum menerima tangan tersebut dan membalasnya.

Setelah berbincang-bincang, dia mengetahui bahwa Feyris baru saja kembali dari ibukota Kerajaan elf sehingga Caelum belum pernah melihatnya.

"Jadi kamu ingin bertemu dengan Tertua Elvarin? semoga berhasil" Feyris kemudian memberitakan alamat tempat Elvarin tinggal, setelah sedikit berbincang akhirnya dia pamit kepada mereka berdua.

Saat Caelum berjalan beberapa langkah dia mendengar Feyris memanggilnya.

"Jika kamu diterima dan berhasil menyelesaikan pelatihannya mari kita latih tanding" Caelum hanya membalas dengan anggukan dan terus berjalan mengikuti arah yang dia tunjukkan.

Setelah berjalan cukup jauh, Caelum mendapati bahwa area ini memiliki sedikit bangunan dan lebih dekat ke arah hutan, di ujung jalan, dia melihat sebuah rumah sederhana yang anehnya bentuknya memeiliki beberapa kemiripan dengan rumah tradisional Jepang, dan suara dari pancuran bambu memberikan kesan damai.

Saat Caelum hendak mengetuk pintu rumah, seorang elf tua dengan rambut dan janggut putih perlahan berjalan ke arahnya mata hijaunya yang dalam seakan menyimpan banyak pengetahuan kebijaksanaan, Caelum merasa terkejut dengan kemunculan elf tua tersebut karena dia tidak menyadari kehadirannya sampai dia berdiri sejauh 2 meter darinya.

"Apa yang membawamu kemari anak manusia?"

"Tuan Elvarin?" merasa sedikit ragu, Caelum segera menyerahkan surat yang ditulis oleh Lira.

Setelah melihat label surat itu sebentar, elf tua itu membaca surat tersebut dengan ekspresi tenang yang perlahan berubah.

"Kembalilah" Elvarin membuang kertas itu dan berbalik.

"Tuan saya bahkan belum mengatakan tujuan saya" Caelum masih berusaha membujuknya.

"Saya tidak mau mendengar apapun jadi pergilah" Elvarin tetap berjalan tanpa peduli sedikitpun.

"Tuan apakah anda tidak ingin mendengarkan saya karena saya manusia?" Caelum tidak tahu apa lagi alasan yang bisa dia katakan untuk membujuk Elvarin.

Mendengar itu, Elvarin berhenti sebentar dan melirik ke arah Caelum.

"Ikuti aku" Elvarin memberikan isyarat dengan tangannya.

Merasa senang, Caelum segera berjelan mengikuti Elvarin namun seakan merasakan sesuatu dia menunduk dengan spontan tanpa sadar.

Dibelakangnya, terdengar suara keras seakan sesuatu pecah. Setelah melirik sekilas, Elvarin berbisik pelan "lumayan"

"Datanglah besok, jika aku lihat kau tidak berguna jangan pernah datang kembali" Elvarin kemudian menghilang bahkan sebelum Caelum berdiri dan merespon hal itu membuat Caelum bingung.

Caelum yang menunduk karena ada binatang yang menggigit kakinya bangkit dan melihat ke arah belakang dimana pancuran bambu telah hancur.

"Apakah terjadi sesuatu barusan?"

Caelum hanya berdiri dengan linglung sebelum tersadar.

"Untunglah semuanya mudah" Caelum mendesah dan memutuskan untuk segera pulang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!