NovelToon NovelToon
Anak Yang Terabaikan

Anak Yang Terabaikan

Status: tamat
Genre:Balas Dendam / Wanita Karir / Mengubah sejarah / Kontras Takdir / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Anak Yang Berpenyakit / Tamat
Popularitas:934.8k
Nilai: 4.8
Nama Author: Muliana95

Bagaimana rasanya, jika kalian sebagai seorang anak yang di abaikan oleh orangtuamu sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Akhirnya Bertemu

Sesuai janjinya Shanum meninggalkan Adira dengan Ifana. Begitu juga dengan Satria. Mereka memberi ruang untuk Adira dan Ifana.

"Aku, kabur lagi kabur Ifana." ungkap Adira setelah mereka lama terdiam.

"Kenapa?" tanya Ifana menggenggam tangan Adira.

Adira langsung menceritakan semua masalah yang menghampiri hidupnya. Hampir semuanya. Ifana yang mendengarkannya juga ikut menangis sama halnya dengan Adira.

"Aku hanya percaya padamu. Tolong jangan khianati kepercayaan ku dengan membocorkan kisah ku." pinta Adira menatap Ifana dengan seksama.

"Terimakasih karena telah percaya padaku. Aku janji, akan menjaga rahasia mu Adira. Kita akan menjadi sahabat selamanya." isak Ifana memeluk Adira yang berada di sampingnya.

Satria terus saja menatap ke arah Adira. Ada rasa perih saat melihat Adira menangis.

"Tante, siapanya Adira?" tanya Satria menyesap minumannya.

"Saya Tantenya, Tante jauhnya. Kamu temannya Adira?"

Ditanya begitu, Satria langsung bersemu. "Bu-bukan kebetulan saya sepupu temannya Adira. Kemudian rumah saya sekarang berhadapan sama rumah Adira di pala indah."

"Oo tetangganya berarti ya" kekeh Shanum.

"Tante tahu kenapa Adira menangis?"

"Mungkin kamu lebih tahu, karena tetangganya. Tante gak bisa bicarakan tentang keluarga orang lain.," ujar Shanum menatap Adira yang masih dipeluk Ifana.

"Menurut Tante, bagaimana kalo kita beritahu orang tua Adira, kalo Adira ada di sini. Saya kasihan melihat mereka seperti orang stress, apalagi tadi pagi saya sempat melihat kalau wajah Tante Ella seperti kurang tidur. Plus, matanya bengkak. Pasti dia menangisi Adira setiap malamnya." papar Satria.

"Tante juga berpikir begitu. Namun, Adira melarangnya. Biar lah, mereka merasakan rindu dulu." balas Shanum.

...🍁🍁🍁🍁🍁...

Hari ini, Ella meliburkan Bu Mar dan Bu Siti. Dia ingin ketenangan di rumahnya. Lagipula Ella ingin melakukan pekerjaan sendiri. Hitung-hitung untuk mengurangi stress akibat kepikiran Adira.

Vania ke dapur hendak makan. Namun matanya menatap tajam pada makanan yang dihidangkan oleh Ibunya.

"Ibu, kok banyak kesukaan Adira?" tanya Vania menatap tak suka.

"Iya, siapa tahu dia hari ini pulang. Jadi dia senang bisa langsung merasakan makanan kesukaannya." ujar Ella.

"Tapi sekarang Adira gak ada Bu. Aku, cuma aku anak Ibu yang sekarang ada di rumah. Ada di depan Ibu." tekan Vania. Dia cemburu, karena hampir setiap malam kedua orang tuanya pasti memasuki kamar Adira. Bahkan melewati kamarnya, yang berada tepat di sebelah kamar mereka.

"Iya, Adira udah pergi. Ninggalin Ibu. Apa sekarang dia udah makan? Mengingat dia bahkan tidak punya uang."

"Cih,,," Vania hanya berdesis pelan mendengar ucapan Ibunya.

"Jangan banyak-banyak Vania. Sisakan untuk Adira." larang Ella menatap Vania mengambil asam manis kesukaan Adira.

Vania langsung melepaskan sendok yang di pegangnya. Dia membatalkan mengambil asam pedas tersebut.

Afandi baru keluar dari kamar. Dia sudah siap dengan pakaian yang rapi.

"Aku mau ketemu Adira Bu. Karena selama dua hari. Aku sudah menyewa seorang detektif. Itupun atas saran salah satu temanku."

"Ja-jadi Ayah sudah tahu dimana Adira?" tanya Vania tidak percaya.

"Iya, dan sekarang Ayah akan menjemputnya."

"Ibu ikut." langsung berjalan menuju kamar untuk siap-siap.

"Sial ..." batin Vania. "Aku juga mau ikut." pinta Vania.

Mendengar permintaan Vania, Afandi dan Ella sama-sama menoleh.

"Jangan ..." larang mereka berdua hampir bersamaan.

"Ibu gak mau, jika nanti Adira melihatmu. Dan menunda untuk pulang." ujar Ella memberi alasan.

"Tapi ..."

"Jangan membantah Vania." tekan Afandi menatap nyalang. Langsung membuat nyali Vania ciut.

Tak lama kemudian mereka langsung berangkat dimana Adira berada. Apalagi menurut informasi yang diterima, kalau Adira ada di rumah Shanum. Hati Afandi langsung lega. Setidaknya, dia menepati tempat yang nyaman dan aman.

"Kenapa Shanum tidak memberitahu kita? Apa dia tidak tahu, kalo kita kesusahan." tanya Ella saat mereka sudah di jalanan.

"Mungkin, ini semua atas permintaan Adira."

"Tapi, kenapa Adira bisa sampai kesana? Karena setahu kita, dia bahkan tidak mempunyai uang yang banyak."

"Aku juga gak tahu Bu, nanti kita coba tanyakan." sahut Afandi menambahkan kecepatan mobilnya. Karena dia sudah tidak sabar memeluk Adira.

...🍁🍁🍁🍁🍁...

"Kamu tahu? Satria adalah tetangga kamu. Rumah kalian berhadapan." ujar Ifana saat mereka kembali bergabung.

"Wah benarkah? Maaf, aku gak tahu. Tapi, aku sempat melihat sih, saat ada mobil barang yang datang ke rumah depan." kekeh Adira.

"Kamu cantik." ungkap Satria spontan karena melihat Adira terkekeh.

Ifana langsung menyemburkan minumannya. "What?" pekik Ifana tak percaya. Sedangkan Adira hanya melotot tak percaya. Satria adalah orang ke dua yang bilang dia cantik, selain Kakeknya.

"Eh- kalo tersenyum maksudku. Bukan saat menangis tadi." ralat Satria menendang pelan kaki Adira yang ada di depannya.

Adira buru-buru menarik kakinya, dan menatap nyalang ke arah Satria.

"Maaf ..." lirih Satria dengan muka memerah serta salah tingkah.

"Kenapa aku bisa bodoh gini?" batin Satria.

"Kenapa sih cowok ini." batin Adira menatap Satria.

"Satria, kenapa muka mu kok merah gitu?" tanya Ifana polos.

Shanum langsung menoleh ke Satria yang berada di sampingnya. Tadi dia memang tidak terlalu memperdulikan obrolan para anak muda di hadapannya.

"Kamu sakit?" tanya Shanum ikut memegang dahi Satria.

"Eh tidak Tan, saya permisi ke toilet dulu." pamit Satria.

Sepeninggal Satria, Adira baru menarik napas lega.

"Kenapa saudaramu aneh sekali?" keluh Adira. "Masak tadi dia menendang kaki ku."

"Benarkah?Tadi, mukanya juga merah, tapi dia tidak demam. Jangan-jangan ..." kekeh Shanum menutup mukanya.

"Jangan-jangan kenapa Tante?" tanya Ifana ikut panik.

"Mungkin gak, kalau Satria terpana sama Adira?" tuduh Shanum membuat Ifana tertawa terbahak-bahak. Bahkan beberapa pengunjung lainnya menatap ke arahnya.

"Maaf, maaf Tante. Asal Tante tahu ya, Satria tidak pernah menyukai yang namanya cewek Tante. Bahkan, disaat teman-teman sepermainannya dulu sudah punya beberapa orang mantan. Satria bahkan tidak pernah pacaran sekalipun." papar Ifana.

"Bagus dong, biar nanti Adira yang menjadi cinta pertamanya Satria." kekeh Shanum, mencoba untuk menggoda Adira.

"Tante mah ..." rajuk Adira.

Satria baru saja keluar dari toilet. Dia terus berjalan tanpa melihat sekitarnya. Toh, dia beranggap gak akan ada orang yang dikenalnya disini.

"Satria ..." panggil Afandi dari arah pintu masuk.

"Om, Tante ..." sahut Satria kaget. Ingin dia memberitahu Ifana, agar membawa lari Adira. Namun, ponselnya berada di meja. "Kok disini?" tanya Satria.

"Om ada perlu, mau ketemu seseorang. Kamu sendiri kok disini?" tanya Afandi melihat Satria seperti gugup.

"Ya udah kami tinggal dulu ya. Karena kami buru-buru." ujar Ella agar Afandi tahu, jika dia sudah tidak sabar.

Afandi langsung pergi meninggalkan Satria, karena ditarik Ella.

"Adira ..." teriak Ella melihat anaknya sedang menikmati hidangan.

Adira langsung menjatuhkan sendok ditangannya, karena mendengarkan suara yang amat dikenalinya.

"Ibu ..." lirih Adira tak percaya.

Apalagi, saat muka Satria muncul tepat dibelakang Afandi yang digandeng oleh Ella.

"Dia ..." menatap Satria kecewa.

1
Sulfia Nuriawati
baru sadar maknya kalo anak emas bs jd anak g berguna
Sulfia Nuriawati
kalo org tua secara atw g suka kyk pilih kasih, pasti anaknya yg sll jd anak emas bakal bikin malu ortunya, byk kejadian kyk crta ini d sktr kita, jd bljr lah jd ortu yg bijak jg adil, apapun yg terjd pd anak adil jgn pilih kasih
mimief
finally beautiful ending..
semua orang berhak atas kesempatan kedua bukan
walaupun mesti di hajar kanan kiri juga
makasih atas cerita indah nya thor
mimief
bisa banget ma
siap donk dikabulkan..
masalah nya dia mau ga mah?

🤣🤣🤣
mimief
ya elah bang..itu diijek Lo bikan di Elis
Napa kok jadi nyetrum,mang ga sakit apa?
eh sakitan kalau dia Ama yg lain ya
injek injek dah kaki
daripada hati yg diinjek injek🤣🤣
Muliana: /Curse//Curse/
total 1 replies
mimief
mang ga normal🤣🤣
mimief
Luar biasa
Muliana: /Heart//Heart/
total 1 replies
Desi deshiny
karya mu bagus kak author .aku ikutan mewek baca nya...teruslah berkarya ...lahirkan novel "yg bagus lain nya....sukses terus kak.
Muliana: Wah, makasih banyak komen positifnya.
Jangan lupa, baca karyaku yang ongoing juga ya, judulnya KORBAN PERCERAIAN /Heart/
total 1 replies
Heny
Terima nasib y vania km jht sm adik mu dan durhaka sm ortu
Muliana: Heumm /Smug/
total 1 replies
Heny
Baru sdr y bu Ela dulu kmn yg diurus disayang vania vania
Muliana: Dulu Vania ialah segala-galanya, bahkan kamu tega melupakan Adira
total 1 replies
Heny
Vania pinter tp bisa dimanfaatkan dng mudah
Heny
Karma hidup terlalu sombong dan tdk peduli dng keluarga
Heny
Adira klau mm dan pp mu gk peduli lbh baik km tinggal sm kakek kasim yg jauh dr kota.
Muliana: Karena disana, kamu akan lebih aman dan nyaman
total 1 replies
Heny
Satria km diam y ini urusan ifana
Heny
Mantap 👍
Ira
siapa yang jijik sama afandi dan ella..angkat kakinya.. udah numpang.. gak tau malu banget lagi, apa lgi si hanna sialan itu... dengn PD nya minta kamar milik adira.. cih j*al*g aja belagu.... si paling sakit sakitan lah..

author makasih ya diawal cerita bikin aku nangis terus..
Muliana: /Heart//Heart/
Ira: eh.. ak typo yg hanna it aturan vania loh
total 2 replies
Heny
Vania emang kebangetan sm saudara di cemburui
Heny
Ortu nya pilih kasih
Heny
Vania banyak tingkah
Firman Firman
semoga kedepannya athour bisa membuat novel yg lebih keren 👍 lagi..dan tambah sukses..suka ceritanya GK monoton
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!