NovelToon NovelToon
HarBy Kelabu

HarBy Kelabu

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Anak Yatim Piatu / Murid Genius / MLBB / Kegiatan Olahraga Serba Bisa / Persahabatan
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Amil Ma'nawi

"Payungmu hilang, langit pun menghujanimu dengan deras, serta angin yang berhembus juga kencang, yang membuat dirimu basah dan kedinginan"

"Ternyata tidak berhenti sampai disitu saja, hujan yang deras serta angin yang berhembus kencang ikut menenggelamkan dirimu dalam banjir yang menerjang"

"Sampai pada akhirnya kamu menghilang dan yang aku temukan hanyalah luka yang mendalam"

~Erika Aura Yoana

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amil Ma'nawi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penjara

HARBY KELABU

Setelah bel pulang berbunyi, seperti biasa. Erima menunggu Haura, tapi kali ini berbeda. Erika menunggunya di dekat motor vespa berwarna biru milik Haura. Sudah hampir dua puluh menit, Erika menunggu Haura keluar, tapi tidak kunjung datang juga. Erika sudah kembali masuk kedalam, untuk memastikan Haura, kalau dia masih berada di kelasnya.

Namun sayangnya nihil, Erika tidak menemukan siapapun di dalam kelas Haura. Kemudian Erika kembali ke tempat asalnya. Dia kembali duduk di atas motornya dan mengedarkan pandangannya ke area sekitar. "Haura kemana, si? Kok lama? Kalo pulang duluan? Masa motornya di tinggal si?" Erika kembali menunggu Haura, selama sepuluh menit, sebelum pada akhirnya, Erika pun pulang sendiri.

Namun ternyata, setelah beberapa menit dari kepergian Erika, Haura datang dengan berjalan sempoyongan. Haura berhenti sejenak, dengan sedikit menekan bagian dadanya. Lalu dengan cepat, Haura memakai helmnya dan menarik gas motornya.

Sementara itu, Alvan baru saja berangkat untuk mencari Haura yang belum juga pulang. Setelah kejadian beberapa hari yang lalu, kini Alvan menyadari bahwa dirinya sangatlah penting untuk menjaga dan melindunginya.

Flashback on

"Sini duduk" Alvan menepuk bagian yang kosong disampingnya. Sementara itu, Haura hanya menurut dan duduk di samping Alvan. Alvan mengangkat wajah Haura yang menunduk tak berani melihat ke arahnya. Alvan memberikan first senyuman pada Haura.

"Hora, Avan mau minta maaf sama Hora. Karena selama ini, Avan belum bisa jadi sodara yang baik buat Hora" Haura yang merasa aneh pun melepaskan tangan Alvan dari wajahnya. "Apaan si Avan?" Haura membuang muka. Lalu Alvan meraih tangan Haura. "Hora, maukan? Maafin Avan?" Haura beranjak dari tempat duduknya, dan melihat tangannya di dada sambil membelakangi Alvan.

"Haura, suka maafin Avan kok. Tenang aja" Dengan senyuman lebar, Alvan beranjak dan memeluk Haura. Alvan memeluknya seakan tak ingin melepaskan pelukannya. "Mulai hari ini, Avan janji, gak akan sakiti Hora lagi, gak akan marahin Hora lagi. Tapi, Avan akan bahagiain Hora, akan melindungi Hora dan membuat Hor senang" Perlahan, tangan Haura pun mulai membalas pelukan dari Alvan.

Haura menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik Alvan. Haura sangat senang, mendengar Alvan mengatakan hal itu. Ia sangat bersyukur, karena kini Alvan telah menyadari, bahwa selama ini yang ia lakukan pada Haura itu salah, dan kini Alvan menyadari, mana dan apa yang sebenarnya harus ia lakukan pada Haura.

Alvan sudah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa mulai saat itu, ia akan selalu meratukan Haura, yang sudah Alvan anggap seperti adiknya sendiri.

Flashback off

Alvan tiba di sebuah jalan, yang mana saat itu ia menemukan motor Haura dengan plat nomor D 14 AMM. Alvan turun dari atas motor, dan mendekati motor Haura. "Motor doang? Hauranya kemana?" Alvan melihat ke arah sekitar, yang mana tidak ada satu orang pun disana. Alvan sudah menelpon nomor Haura beberapakali, namun sayang tidak ada satupun panggilannya yang di jawab.

Alvan berjalan beberapa langkah, kemudian saat ia sedang melepon, tidak sengaja, Alvan menginjak cairan merah, seperti darah. Alvan berjongkok dan memastikan kalau itu darah atau bukan. "Ini? Sepertinya, darah" Alvan mulai panik. Ia kembali ke dekat motor Haura, dan mengecek motornya itu, karena Alvan takut terjadi sesuatu pada Haura.

Alvan melihat sebuah warung kecil, yang berada tidak jauh dari sana. Kemudian, Alvan menanyakan Haura pada sang pemilik, warung. "Permisi"

"Iya, kak? Ada yang bisa saya bantu?"

"Maaf, mbak. Saya mau tanya, apa mbak lihat seorang gadis yang bawa motor vespa biru itu?"

"Oh, itu. Tadi si, katanya di bawa ke kantor polisi, kak" Alvan terkejut bukan main, saat mendengar kata kantor polisi. Masalahnya, Alvan tidak menyangka kalau ini terjadi pada Haura. "Kenapa bisa? Mbak? Apa yang telah terjadi?"

"Saya kurang tau, kak. Tapi si, tadi katanya sudah terjadi pembunuhan, tapi gak tau, saya gak tau jelas kak" Alvan mengusap wajahnya, dan membuang nafasnya dengan kasar. "Makasih ya, mbak. Kalau gitu, saya pergi dulu" Alvan segera pergi, ke kantor polisi yang sempat di sebutkan oleh tukang warung tadi. Alvan menarik gasnya sampai habis. Ia tidak memedulikan kendaraan atau orang-orang yang hampir ia tabrak.

Pikirannya saat ini hanyalah Haura, Haura dan Haura. Alvan takut terjadi sesuatu pada Haura, dan ia juga ingin tau apa yang sebenarnya sudah terjadi, dan kenapa Haura bisa sampai di bawa ke kantor polisi. Setibanya di kantor polisi, Alvan langsung masuk dan melihat Haura yang kini tangannya sudah terpasang borgol.

"Hora" Alvan menghampiri Haura dan memeluknya. "Apa yang terjadi?"

"Avan, hiks. Haura gak salah, Haura gak bunuh dia, hiks. Haura cuma, hiks. Mau nolongin dia" Alvan menghapus air mata yang membanjiri pipi Haura, dan berusaha menenangkannya. "Kamu gak usah khawatir, ini semua gak akan terjadi. Oke?" Meski tidak tau dengan apa yang sebenarnya terjadi, tapi Alvan harus tetap menenangkan Haura.

"Maaf, pak. Kami harus segera menahannya" Ucap salah satu polisi, yang mana ia akan membawa Haura kedalam sel tahanan. "Maaf, pak. Memangnya, apa yang sudah terjadi, dan apa yang sudah adik saya lajukan?"

"Nanti saya bisa jelaskan, dan maaf, kami harus segera menahannya" Haura menatap Alvan dengan tatapan meminta tolong. "Enggak, pak. Adik saya tidak bersalah"

"Betul, pak. Haura gak salah, kalo bapak gak percaya, bapak tanyain aja sama korban, bahwa saya gak bersalah" Haura mencoba untuk membela diri, berharap polisi memercayai ucapannya.

"Kondisi korban saat ini, tengah kritis, dan kami tidak bisa mendapat keterangan darinya. Jadi, mungkin. Selama pasien belum sadarkan diri, dan kami belum mendapatkan penjelasan dari korban, kami harus menahan anda terlebih dahulu" Polisi membawa Haura, meskipun Haura sempat menolak, namun tetap polisi membawa Haura secara paksa. "Avan, Haura gak mau. Avaaan, tolong Haura" Alvan menggelengkan kepala dan berlari lalu memeluk Haura.

"Haura gak mau di penjara..." Alvan sungguh tidak tega melihat Haura yang menangis, meminta tolong padanya agar tidak di jebloskan kedalam penjara. "Gak papa, cuma sebentar kok. Avan bakal usahain, agar Hora gak di penjara. Nanti setelah korban sadar, Avan bakalan minta keterangan dari dia, habis itu Avan bawa Hora pulang dari sini, oke?"

"Gak mau, Avan. Haura, gak salah"

"Maaf, pak" Polwan tersebut memohon Alvan untuk segera melepas Haura, karena mereka akan segera menahannya. Sebelum mereka membawa Haura, Alvan memegang kedua pipi Haura dan mengecup keningnya. "Gak papa, jangan khawatir, oke? Cuma sebentar, kok" Alvan sudah tidak sanggup menahan air matanya lagi, saat ia menatap mata Haura yang sudah di penuhi oleh air mata.

"Avan, toloong" Alvan tidak bisa berbuat apa-apa, saat Haura di bawa oleh kedua polwan tersebut. Kemudian, ia menghapus air mata dari kedua sudut matanya. Seketika itu, Hani sang mama menelepon Alvan untuk menanyakan Haura, apakah ia sudah menemukannya ataukah belum.

"Assalamu'alaikum, nak? Gimana? Hauranya udah ketemu?" Alvan tidak tau bagaimana caranya untuk memberitahu orang tuanya. Tapi bagaimanapun juga, Alvan harus memberitahunya.

"Emm, jadi gini ma. Hora, dia... Ada. Alvan udah ketemu, tapi Haura masuk penjara"

Duar!

Tubuh Hani bagaikan di sambar petir, saat mendengar pernyataan dari putranya. Lututnya seakan tidak memiliki tulang, sehingga Hani ambruk ke lantai saat itu juga. "Kenapa bisa, nak? Apa yang sudah terjadi? Kamu jangan bercanda, ya sama mama"

"Alvan serius, ma. Mungkin terjadi kesalahpahaman, Alvan juga belum tau sama apa yang sebenarnya udah terjadi. Yang jelas, Haura udah di tahan"

"Ya Allah, astaghfirullah. Yaudah, mama kesana sekarang ya, sudah dulu nak, wassalamu'alaikum"

"Iya, ma. Hati-hati ya, wa'alaikumsalam"

Bersambung...

Uhhh, jadi apa yang sebenarnya terjadi? Ada yang tahu? Kira-kira siapa ya g di bunuh sama Haura? Apakah Irsya? Ataukah Balqis? Atau dua-duanya? Atau orang selain mereka berdua? Atau siapa? Kaluan pasti penasaran kan? Yu deh lanjut...

Markijut.... Mariii kitaaa lanjuttt

Jangan lupa like komen dan votenya

Fafay...

1
Mukmini Salasiyanti
Balqis????
Mukmini Salasiyanti
gpp acak acakan, thor..
yg penting bersatu kan?

wkwkwk
Mukmini Salasiyanti
Erika ni cowok ato cewek ya??!
Mukmini Salasiyanti
memperbaiki punggung??
mksdnya, thor????
Mukmini Salasiyanti
Assalamu'alaikum
salken, Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!