Ini hanya kisah fiktif belaka.
Nirmala merasa tidak suka ketika anak majikannya membawa kekasihnya pulang, dia nekat pergi ke dukun agar pria itu mau menjadi suaminya. Dia memuja setan agar anak majikannya, Leo mau memutuskan hubungannya dengan kekasihnya itu.
"Aku bisa membantu kamu demi mendapatkan anak majikan kamu itu, tapi kamu harus memuja setan."
"Aku bersedia," jawab Nirmala dengan yakin.
Akan seperti apa kehidupan Nirmala selanjutnya?
Apakah dia akan mendapatkan Leo?
Yuk kita baca kisahnya, buat yang suka jangan lupa kasih bintang 5 dan komen yang menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bulan Madu
Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Leo, setelah mendapatkan persetujuan dari juragan Bagus, akhirnya pria itu mengajak istrinya untuk liburan. Lebih tepatnya bulan madu, agar dia dan juga Nirmala bisa segera mendapatkan keturunan.
"Mau satu minggu atau dua minggu terserah, yang terpenting kalian bahagia. Kalian sudah bekerja keras, pabrik sendal Ayah makin maju. Toko emas Ayah juga makin laris, kalian memang pembawa rezeki buat Ayah."
Itulah yang dikatakan juragan Bagus ketika Nirmala dan juga Leo berpamitan untuk pergi, juragan Bagus nampak mendukung keduanya untuk berbulan madu. Karena dia juga ingin segera mendapatkan cucu.
Nirmala minta berlibur ke sebuah daerah pelosok yang ada di Jawa tengah, sebuah desa terpencil dan juga sunyi. Leo sempat heran dengan permintaan istrinya itu, tetapi Nirmala berkata kalau di tempat yang sunyi seperti itu justru akan membuat keintiman di antara keduanya terjalin.
Leo yang sudah dipaku oleh cinta Nirmala tentunya percaya, dia mengikuti apa pun keinginan dari istrinya tersebut. Pria itu manut untuk berlibur ke tempat yang sunyi dan sepi itu.
"Ini rumahnya udah tua banget ya, Yang."
Leo dan juga Nirmala sudah masuk ke dalam rumah tua, rumah kayu yang terlihat cantik dengan segala gaya ukirannya. Namun, terlihat mengandung aura mistis di sana.
Leo terlihat mengagumi gaya dari rumah tersebut, tetapi tetap saja menurutnya kurang nyaman. Kalau saja bukan menuruti keinginan istrinya, dia lebih baik menginap di hotel yang mahal sekalipun.
"He'em, tapi pasti nyaman. Udaranya juga seger banget," ujar Nirmala sambil membuka jendela rumah itu.
Angin semilir langsung masuk ke dalam rumah itu, suasana yang tadi terasa pengap kini begitu segar dengan oksigen yang masuk.
Nirmala menikmati udara yang segar itu, dia bahkan menghirup udara itu dengan begitu serakah. Oksigen terasa memenuhi paru-parunya, segar sekali ketika dia menghirup napas.
"Hawanya di sini dingin banget, pas banget emang kalau buat bulan madu." Leo menaik turunkan alisnya setelah mengatakan hal itu, Nirmala langsung tersenyum-senyum melihat tingkah dari suaminya itu.
Leo langsung menggendong istrinya menuju kamar, walaupun di sana tidak ada pendingin udara, tetapi hawanya sudah sangat dingin dan membuat mereka membutuhkan selimut yang tebal.
Sesuatu hal yang membuat suasana menjadi panas pun terjadi, Leo mengajak istrinya untuk memadu kasih dengan penuh gairah. Nirmala tentu saja dengan senang hati menyambut ajakan suaminya tersebut.
Baginya, ini adalah hal menyenangkan yang selalu dia lalui bersama dengan suaminya. Hal yang membuat keduanya semakin dekat dan semakin saling mencintai.
"Aku ngantuk banget, Yang. Aku bobo dulu, ya?" ujar Leo penuh tanya.
Keringat terlihat bercucuran di tubuh Leo, napasnya juga masih terdengar tersenggal-senggal. Namun, dia merasa capek dan juga lelah. Leo ingin sekali beristirahat.
"Ini masih sore, yakin mau bobo?"
Nirmala sempat mengira kalau Leo akan langsung mengajak dirinya untuk jalan-jalan, karena ini pertama kalinya mereka pergi ke tempat yang jauh.
Namun, dia juga paham kalau misalkan Leo merasa lelah. Karena mereka memang baru saja melakukan perjalanan jauh, Leo pasti ingin beristirahat.
Berbeda dengan dirinya, setelah mendapatkan asupan vitamin dari suaminya tersebut, justru matanya semakin melotot dan dia ingin berjelajah di tempat yang baru saja dia singgahi itu.
"He'em, nanti malam akan ada yang mengantarkan makanan untuk makan malam. Kamu bangunin aku ya?"
"Iya," jawab Nirmala.
Leo memang sengaja menyewa rumah yang sederhana di sana, dia juga tidak ingin ada pelayan yang bekerja di sana. Leo hanya meminta diantarkan makanan saja setiap jam makan tiba.
"Cepet banget tidurnya," ujar Nirmala.
Waktu menunjukkan pukul lima sore, Nirmala merasa tidak lelah sama sekali walaupun sudah bergulat dengan suaminya tersebut. Wanita itu akhirnya memutuskan untuk turun dari tempat tidur.
Dia memakai pakaiannya kembali, lalu dia melangkahkan kakinya menuju kebun belakang rumah itu. Ternyata di belakang rumah itu ada kebun sayuran.
Jarak antara satu rumah dan rumah lainnya lumayan jauh, suasananya benar-benar asri dan anginnya terasa lumayan kencang menerpa kulit.
"Wah, ada kelinci."
Mata Nirmala berbinar, dia melihat ada dua ekor kelinci yang sedang melompat-lompat di dekat tanaman wortel. Nirmala melangkahkan kakinya dengan perlahan, lalu dia menangkap kelinci itu dan mengelusnya dengan lembut.
"Dia lucu sekali," ujar Nirmala.
Awalnya Nirmala merasa kalau kedua kelinci itu begitu menggemaskan, dia bahkan mengelus-elus kelinci itu dengan penuh kasih sayang. Namun, tak lama kemudian dia merasa kalau kedua kelinci itu seperti makanan enak.
"Kenapa aku ingin sekali memakan kelinci ini?"
Selama ini Nirmala tidak pernah memakan makanan mentah, daging mentah sekalipun dia tidak pernah memakannya. Namun, kini tiba-tiba saja dia ingin sekali memakan kelinci itu.
Air liurnya bahkan seakan hendak tumpah, dia sampai menelan ludahnya berkali-kali karena menahan ingin memakan kelinci itu.
"Sadar, Nirmala. Kelinci itu hewan yang lucu, mana mungkin kamu harus memakan hewan itu?"
Nirmala menggelengkan kepalanya dengan kuat, Dia seolah mensugesti dirinya agar tidak macam-macam dan tidak memakan kelinci itu.
Namun, entah kenapa keinginannya begitu kuat untuk memakan kelinci itu. Dia merasa tidak tahan lagi untuk memakan kelinci yang begitu lucu itu.
"Masa kelinci seperti ini harus aku makan? Kelinci ini lucu banget loh, bagian bagaimana cara makannya?"
Nirmala terus aja bermain dengan kelinci itu, tetapi semakin lama dia bermain dengan kelinci itu, dia semakin merasa tidak tahan.
Akhirnya Nirmala memakan kelinci tersebut, padahal dia tidak pernah memakan daging mentah, apalagi ini merupakan seekor kelinci yang masih bernyawa. Namun, tidak ada 5 menit kedua ekor kelinci itu sudah masuk ke dalam perutnya.
"Ini sangat enak," ujar Nirmala sambil mengusap bibirnya yang penuh darah kelinci.
"Sayang! Kamu di mana?"
Nirmala begitu kaget mendengar panggilan dari Leo, cepat-cepat dia membasuh wajahnya karena tidak jauh dari sana memang ada air pancuran. Air itu terasa begitu dingin sekali, sepertinya mengalir dari mata air pegunungan.
"Nirmala! Sayang! Kamu sedang apa?"
Leo melihat istrinya yang sedang membasuh muka dengan tergesa-gesa, Leo langsung berjongkok dan menatap wajah istrinya.
"Tidak apa-apa, aku hanya sedang membasuh muka. Airnya dingin tapi seger," ujar Nirmala.
"Oh," ujar Leo.
Leo ingin mengajak istrinya untuk masuk ke dalam rumah, tetapi tiba-tiba saja dia melihat darah yang berceceran tak jauh dari tempat Nirmala. Dia juga melihat tangan Nirmala yang berdarah.
"Loh, Yang. Itu darah apa ya?"
"Nggak tau," jawab Nirmala dengan begitu gugup."
"Terus, itu tangan kamu kenapa berdarah?"
Nirmala semakin gugup saja mendengar pertanyaan dari suaminya tersebut, dia begitu bingung mencari jawaban apa yang harus dia katakan kepada suaminya tersebut.
"Yang, kamu itu kenapa sih? Kamu terluka?''