"Nala katakan pada bibi siapa ayahnya?" bagai disambar petir bagi Nala saat suara wanita paruh baya itu terdengar "maksud bibi apa?" tanya Nala dengan menenangkan hatinya yg bergemuruh "katakan pada bibi Nala !! siapa ayah bayi itu?" lagi - lagi bibi Wati bertanya dengan nada sedikit meninggi. "ini milikmu kan?" imbuhnya sambil memperlihatkan sebuah tespeck bergaris 2 merah yang menandakan hasil positif, Nala yang melihat tespeck itu membulatkan matanya kemudian menghela nafas. "iya bi itu milik Nala" ucapnya sambil menahan air mata dan suara sedikit bergetar menahan tangis "jala**!! tidak bibi sangka dirimu serendah itu Nala" jawab bi Wati dengan mata berlinang air mata "katakan padaku siapa ayah dari bayi itu?" tanya bi Wati sekali lagi. nala menghembuskan nafas berat kemudian bibirnya mulai terbuka "ayahnya adalah" baca kelanjutan ceritanya langsung ya teman - teman happy reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukapena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Pulang
"Kemarin lo bilang nggk suka sama Nala terus sekarang kenapa Nala bisa hamil?" tanya Edwin penuh penekanan disetiap kalimatnya, Gavin hanya diam dan mengusap wajahnya lelah.
dia baru saja keluar dari ruang bedah dan menganalisis pasiennya yang akan ia bedah sekitar satu jam lagi namun tiba - tiba Devan datang membicarakan sesuatu yang membuatnya benar - benar jengkel sekarang ditambah lagi dengan kedatangan Edwin yang sebelas dua belas seperti Devan.
"kalian ini gk ada kerjaan ya ? ini waktunya bekerja bukan mengobrol, cepat keliar dari ruanganku" perintah Gavin dengan sangat dingin seraya mengibaskan tangannya dan kembali fokus berkutat dengan komputernya.
Jujur Gavin sampai hari ini belum juga menemukan cara bagaimana bertanggung jawab dengan Nala, kepalanya ingin pecah jika selalu memikirkan hal tersebut.
"udahlah Dev percuma kita ngobrol sma kanebo kering, kita ke cafetaria rumah sakit aja" ajak Edwin kepada Devan dan diangguki oleh Devan "lo harus dateng nanti sore" perintah devan sebelum menutup pintu ruangan pribadi dokter Gavin.
lagi - lagi zafira bertemu dengan Devan di cafetaria rumah sakit, membuatnya kembali tegang dan sedetik kemudian dia berjalan melewati Devan seraya memberi sapaan sopan kepada Edwin.
"asisten dokternya Gavin oke juga tuh" ucap Edwin membuat Devan menatapnya jengah, mereka memesan segelas kopi dan makanan ringan "lo pasti tau kan ada apa dengan Nala dan Gavin ?" serbu Edwin kepada Devan namun Devan menggeleng keras "gw taunya mereka ada ikatan karna anak itu tapi untuk lebih jelasnya gw gak tau" Devan memang tidak mengetahui apa yang terjadi dengan kakak kembarnya dan Nala.
Devan hanya tau Nala hamil anak Gavin hanya itu, itupun Devan tak sengaja mendengar pebicaraan Nala dengan Gavin di depan meja pantri dapur "haaaa kembaran lo tuh emang unik banget orangnya, tapi gw bersyukur perempuan itu Nala bukan orang lain atau perempuan yang gk jelas jelas itu" sahut Edwin seraya menyeruput kopi nya.
Suara bunyi ponsel berdering membuat si pemilik ponsel menghentikan mobilnya dan mulai melihat nama si penelfon yang berada di layar ponselnya "mama" gumam Gavin dan kemudian dia mulai memasang heandsfree nya memakainya ditelinga dan mulai menyapa orang yang telah menelfonya.
"ya ma" ucapnya sambil fokus mengemudikn mobilnya membelah jalanan ibu kota yang setiap hari macet "aku baru selesai melakukan operasi ma" ucapnya dengan lelah.
kalo boleh jujur dirinya benar - benar lelah apalagi dirinya belum membersihkan diri tetapi mamanya memaksa untuk mempertemukan dengan seoramg wanita, persetan dengan keluarganya saat ini Gavin haya ingin mandi kemudian maka malam dan beristirahat.
"Gavin sangat lelah ma, tolong jangan paksa Gavin untuk bertemu dengan wanita itu" setelah Gavin menjawab ucapan mamanya disebrang sana dia kemudian menutup telfonya dan fokus mengendarai mobilnya.
sementara Nala yang saat ini sedang mendengar ucapan nyonya Vanya menahan sesak di dada,lagi - lagi dia memikirkan nasib anak yang saat ini tengah ia kandung.
Gavin mengendarai mobilnya menuju apartement yang biasa ia tempati disaat dirinya sangat lelah untuk pulang karena apartenentnya jaraknya tak jauh dari rumah sakit keliarga Alvaro, Gavin mengambil ponselnya yang berada di saku celananya dan mengetik pesan untuk Devan mengatakan bahwa dirinya tidak pulang dan menginap di apartement.
Saat malam sudah larut Nala tidak dapat tidur karena seperti menginginkan sesuatu yang tentu saja sangat mustahil untuk dia lakukan, fikiranya kembali berkelana mengingat malam panas itu bersama dengan Gavin.
ya dia akui bahwa dirinya sangat - sangat tidak bisa menikmati apapun dimalam itu tetapi tidak munafik bahwa dia sempat mengagumi badan Gavin yang begitu bagus dan sexy, otot perut yang sangat terbentuk lengan yang kekar dan dada yang bidang tak tertinggal bau parfum khas milik Gavin.
"ya tuhan kenapa dengan diriku ini" gumam Nala dengan kesal kepada dirinya sendiri "sudah Nala jangan aneh - aneh" gumamnya sekali lagi, dia benar - benar tidak bisa memejamkan matanya dan akhirnya berjalan keluar pavilion menuju dapur untuk membuat sesuatu yang hangat agar dapat tidur.
"kau sedang apa ?" suara seorang lelaki yang saat ini sedang berdiri bersedekap dipintu penghubung dapur dan ruang makan membut Nala terlonjak kaget "astaga" ucapnya sembari mengelus dadanya.