NovelToon NovelToon
Tuhan Kita Tak Merestui

Tuhan Kita Tak Merestui

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Spiritual / Cinta Terlarang / Keluarga / Cinta Murni / Trauma masa lalu
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: YoshuaSatrio

Pertemuan antara Yohanes dan Silla, seorang gadis muslimah yang taat membawa keduanya pada pertemanan berbeda keyakinan.

Namun, dibalik pertemanan itu, Yohanes yakin Tuhan telah membuat satu tujuan indah. Perkenalannya dengan Sila, membawa sebuah pandangan baru terhadap hidupnya.

Bisakah pertemanan itu bertahan tanpa ada perasaan lain yang mengikuti? Akankah perbedaan keyakinan itu membuat mereka terpesona dengan keindahan perbedaan yang ada?

Tulisan bersifat hiburan universal ya, MOHON BIJAK saat membacanya✌️. Jika ada kesamaan nama tokoh, peristiwa, dan beberapa annu merupakan ketidaksengajaan yang dianggap sengaja🥴✌️.
Semoga Semua Berbahagia.
---YoshuaSatio---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

diluar kebiasaan

Malam pun tiba, Yohan bersiap merebahkan tubuhnya untuk beristirahat. Saat itulah ponselnya bergetar, sebuah panggilan masuk.

“Hallo Bang!” sapa ramah Yohan.

“Thanks ya udah mau nemenin Kakakmu nonton. Kalau kerjaan di sini kelar, ntar gue ganti ngopi bareng.”

“Ah, iya, santai ajalah … lancar kan kerjaannya? Kapan Abang ipar balik rumah?”

“Awal bulan depan, kalau lancar ya bisa sedikit lebih awal.”

“Hmm, fokus aja dulu sama kerjaan. Di sini semua aman kok, anak-anak juga sehat.”

Obrolan biasa Yohan dengan sang kakak ipar yang sedang bertugas di luar kota selama beberapa lama, itulah sebabnya terkadang ia merangkap menjadi sopir antar jemput sekolah ponakan, menjadi teman main saat sore sesudah pulang kerja. Dan masih banyak lagi pekerjaan rumah sewajarnya.

Hal berbeda tengah dirasakan Silla. Di ruang tengah, ia masih duduk sendirian ditemani televisi yang menyala tanpa suara.

Ya, malam itu ia dirumah sendiri, karena keluarga pamannya harus keluar kota untuk menghadiri acara keluarga, sedangkan Silla memilih tinggal untuk memastikan semua produksi selama beberapa hari ke depan berjalan sesuai dengan jadwal yang telah mereka siapkan.

Silla menutup lembaran buku bertema keagamaan yang baru saja ia baca, lalu menghela napas sejenak untuk menelaah pelajaran apa yang bisa dipetiknya.

“Buku ini bermanfaat juga,” gumamnya.

Silla merebahkan punggungnya di atas sofa, merentangkan seluruh tubuhnya, lalu menariknya kuat-kuat sekedar untuk melampiaskan rasa lelah dan penat dengan aktivitas seharian.

“Sepi ….” gumamnya lagi.

Matanya memandangi langit-langit, pikirannya kembali teringat dengan perjumpaannya dengan Yohan sore tadi.

“Kalau dari pekerjaannya sih, nggak mungkin dia pria yang butuh dibiayai tante-tante.”

Silla bangkit lalu duduk bersila di sofa, matanya terfokus pada titik tak terlihat di depannya. Dia tampak tenggelam dalam pikirannya, wajahnya santai namun ekspresif. Tangan kanannya memegang dagunya, sementara tangan kirinya terlipat di pangkuannya. Suasana di sekitarnya sunyi, hanya ada suara napas lembut yang menunjukkan dia masih terjaga. Dalam pose yang nyaman namun penuh konsentrasi, Silla membiarkan pikirannya mengembara, mencari jawaban atau sekadar menikmati keheningan.

“Ah … kenapa aku terus kepikiran ya ... rasa penasaran ini ….” gumamnya kemudian bangkit berjalan menuju ke jendela.

Sekali lagi dia menatap jauh ke luar, menyaksikan langit malam yang menghamburkan bintang-bintang seperti permata yang berhamburan tak beraturan. Di salah satu sudutnya, bulan sabit tersenyum misterius, seakan mengawasi seluruh dunia dengan mata peraknya yang dingin dan bijak. Dalam keheningan malam, bintang-bintang berkelap-kelip, sementara bulan tetap diam, penjaga setia langit malam yang penuh rahasia.

Silla berdiri melipat kedua tangannya di dada, ia kembali menghela napas, lalu tersenyum. Entah apa yang membuatnya tiba-tiba teringat kembali pada gurauan Yohan. ‘Nggak usah dicari, Amat masih sekolah.’

Sekali lagi ia tertawa terpingkal-pingkal, seraya memegangi perutnya yang rata.

Silla berbalik dan berjalan menuju sofa, dengan gerakan lembut, ia mengambil remote control lalu mematikan televisi, meninggalkan layarnya menjadi hitam pekat.

Entah kenapa, malam itu terasa begitu berat untuk masuk ke kamarnya. Dengan napas yang perlahan, Silla membaringkan dirinya di atas sofa, membiarkan kenyamanan sofa merangkul tubuhnya. Meskipun televisi sudah mati, Silla tetap ditemani oleh keheningan yang sunyi, dan tanpa sadar, dia terlelap dalam tidurnya yang nyenyak.

…………🛌🏼

“Kamu cantik, jangan lemot … Amat masih sekolah, ngapain kamu repot-repot nyari?”

‘Hah? Dia bilang aku cantik? Itu pujian tapi kenapa rasanya seperti ejekan ya?’

Silla tengah duduk berdua dengan Yohan, tempat yang absurb, tapi setelah melihat sekeliling, Silla mendapati dirinya berada di sebuah kantin sekolah.

Yang lebih aneh, ia tahu ia sedang bersama Yohan, ia mendengar jelas suara dan ucapan Yohan, tapi entah kenapa mulutnya seakan terkunci tak bisa menyahut satupun kalimat Yohan.

Tiba-tiba suasana kantin itu berubah, menjadi ramai dan riuh suara banyak orang. Entah apa yang sedang terjadi, tapi sebuah layar besar sudah tertata rapi di sana.

“Sayang … bagus ya film si Amat!” Terdengar seorang wanita berseru manja, duduk bergelayut pada lengan Yohan.

‘Lah? Ngeselin banget sih, kok tahu-tahu gue lihat pemandangan ginian di depan mata! Ini dunia lagi kenapa sih?’

Samar dan sangat jauh, Silla mendengar suara dering berisik, menambah rasa kesalnya semakin menjadi. Meski ia tak tahu darimana rasa kesal itu berasal, kenapa dan bagaimana.

………🛌🏼

Silla terjaga saat menyadari suara berisik itu dari dering ponselnya.

‘Aku mimpi? Aneh sekali mimpi begituan!’ umpatnya masih setengah sadar.

Matanya masih terasa berat, saat Silla dengan malas meraih ponsel yang ia taruh sembarangan di atas meja tepat diujung sofa.

“Apa ini ... alarm sialan!” umpatnya lagi saat tersadar penuh dan menatap layar ponselnya.

Silla kembali merebahkan tubuhnya dengan sedikit kasar melemparkannya kembali ke atas sofa.

“Kenapa sih tante-tante itu ikutan masuk ke mimpi gue! Bikin rusak isi otak aja!”

Entah kenapa malam ini pikiran Silla justru dipenuhi dengan wajah dan senyum wanita yang bersama Yohan. Senyum yang baginya mengandung banyak makna yang sulit sekali dilupakan Silla.

“Jangan-jangan jaman sekarang, semua pria cakep kayak Jimin speknya tante-tante juga? Oh my God!”

Silla menepukkan kedua tangan di wajahnya lalu menariknya merosot hingga ke dagu. Rasanya tak percaya dengan betapa kreatifnya pikiran buruk menghampirinya malam itu.

Sedangkan Yohan yang ia pikirkan, terlelap tenang ditemani redupnya lampu tidur.

.

.

.

Hari pun berlalu, hingga saatnya tenggat waktu yang disepakati pun hampir tiba. Hari dimana pak Abdi harusnya sudah menyelesaikan pembuatan pesanan dari Yohan, tinggal dua hari lagi.

Pagi itu suasana tempat produksi terlihat sibuk, bahkan dari semalam kesibukan berlangsung hingga larut malam.

Pak Abdi berdiri mengedarkan pandangnya, mengawasi para pekerja yang sepenuh hati membantunya.

Wajahnya dipenuhi kekhawatiran yang terlihat jelas di setiap garis wajahnya. Matanya yang merah karena kurang tidur memandang ke arah tumpukan pekerjaan yang belum selesai, sementara pikirannya dipenuhi dengan deadline yang semakin mendekat.

Pak Abdi menggaruk-garuk kepala dengan tangan kanannya, seolah mencari solusi dari kebingungan yang menghantuinya. Suara napasnya terdengar berat, kekhawatiran itu semakin menguat setiap detik tatkala melihat beberapa mesinnya butuh perbaikan.

Menyadari kekhawatiran sang Paman, Silla mendekat, menepuk punggung sang paman yang hari itu terlihat sedikit lebih cekung.

“Optimis Paman, pasti selesai tepat waktu!” ujarnya.

“Gimana bisa? Itu masih banyak yang separuh jalan … bagaimana nanti ….” desahan berat menjadi penutup ucapan pak Abdi yang terdengar mengambang.

‘Manusia itu kayaknya nggak punya ampun, alasan apa ya yang masuk akal buat tuh manusia bisa ngerti kalau Paman sudah bekerja keras ya, tapi situasi listrik dan alat terkadang juga merasa lelah.’ batin Silla membayangkan kemarahan Yohan yang sulit terbantahkan.

...****************...

To be continued ....

Up pelan ya, ✌🏼

1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
lain kali hati" ya Silla 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
berarti Yohan laper 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
emang biasanya begitu wajahnya,datar 😐
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
karena seblak makanan favorit Silla 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
buat yg spesial ya 🤭🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Ayo semangat Silla 💪🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
sabar Silla 🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
mereka terpesona 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Waduh Silla,pagi" udah mengkhayal 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
masa ditawarin seblak buat sarapan 🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
ga usah kasih alasan tapi bicaralah jujur Silla 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
mimpi gara" si Amat 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Dasar Silla 🤣🤣🤣
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
muka.u???
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
sodaranya kali tuh 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
masa Tante" 🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
bodo amat
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
berisi makanan
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!