NovelToon NovelToon
Hanya Sebatas Ranjang

Hanya Sebatas Ranjang

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Terlarang / Angst
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Fhatt Trah

Berawal dari ketidaksengajaan lalu berujung pada pernikahan yang tidak direncanakan. Nadia yang mencoba bertahan hidup dengan menggantungkan harapannya pada pernikahan yang hanya dijadikan sebagai hubungan sebatas ranjang saja, tak mengira hidupnya akan berubah setelah ia memberi Yudha seorang anak yang diidam-idamkan.

“Jangan berharap lebih dari pernikahan ini. Aku menikahimu bukan karena cinta, tapi karena kita sama-sama saling membutuhkan,” kata Yudha.

“Tapi bagaimana jika kamu yang lebih dulu jatuh cinta padaku?” tanya Nadia.

“Tidak akan mungkin itu terjadi,” sarkas Yudha.

Lantas bagaimanakah kelanjutan hubungan pernikahan Nadia dan Yudha yang hanya sebatas ranjang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fhatt Trah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11. Mengingatkan Masa Lalu

Mengingatkan Masa Lalu

“Tidak juga. Kamu keliru kalau menilaiku seperti itu. Aku memilih dia karena aku merasa kecewa pada seseorang. Dan kekecewaan itu sekarang berubah menjadi perasaan bersalah. Aku merasa bersalah dengan pilihanku.”

Rizal tidak menanggapi ucapan Maura kali ini. Hanya helaan napasnya yang terdengar. Ia tahu ia tidak berhak lagi bertanya lebih jauh tentang perasaan Maura. Sebab sudah ada jarak pemisah diantara mereka, yaitu status Maura sebagai istri sahabat baiknya.

Tatapan Maura begitu lekat, mencoba menyelam di kedalaman sorot mata teduh Rizal. Sorot mata yang dulu berbinar setiap kali menatapnya itu kini menjadi redup sejak tujuh tahun yang lalu, ketika ia memutuskan menikahi Yudha, pria yang mencintainya.

Ada perasaan bersalah yang membelenggu jiwa Maura hingga detik ini. Perasaan bersalah itu datang berbarengan dengan rindu mendalam yang membuat hatinya nelangsa. Maura rindu seseorang yang dulu juga mencintainya, namun tidak pernah memperjuangkannya. Seseorang itu lebih rela melepasnya demi kebahagiaan orang lain.

“Oh ya, bukannya kamu ada pemotretan hari ini? Sejam lagi dari sekarang kan?” Rizal tiba-tiba merubah topik, membuyarkan lamunan Maura seketika. Matanya melirik sejenak jam dinding di ruangannya. Bukannya bermaksud mengusir Maura, hanya saja ia merasa kurang nyaman mendengar Maura mulai mengangkat topik mengenai masa silam.

“Iya, kamu benar. Sejam lagi aku ada pemotretan iklan. Maaf kalau aku sudah mengganggu waktumu.” Maura kemudian berdiri, meraih tasnya di atas meja.

“Jangan lupa obatnya, Ra. Diminum, bukan disimpan,” kata Rizal mengingatkan sembari berdiri mengantar Maura sampai pintu.

“Iya, Dokter bawel.” Maura tersenyum. Kelihatannya masih enggan meninggalkan ruangan itu. Seperti ada sesuatu yang sangat ingin ia utarakan, namun tersendat karena sikap Rizal yang terkesan selalu menghindar.

“Demi kebaikanmu.”

“Iya, aku tahu. Semua yang kamu lakukan itu demi kebaikanku. Bahkan kamu menyerah juga itu demi kebaikan aku bukan?” Maura seperti ingin mengingatkan sesuatu.

Namun Rizal lagi-lagi memilih tidak menanggapi. “Nanti kamu telat, Ra. Setelah pemotretan, langsung pulang. Jangan ke mana-mana lagi. Yudha pasti menunggumu di rumah.”

“Palingan nanti aku ke sini lagi.”

“Kalau ada keluhan baru kamu boleh datang ke sini.”

“Ada, Dok. Keluhanku banyak, tapi tidak pernah ditanggapi.”

“Jangan mulai lagi, Ra. Semua itu sudah berlalu.”

“Tapi sakitnya masih terasa, Dok. Sakitnya di sini.” Maura memegangi dadanya, seolah menunjukkan sakit hatinya yang belum usai.

Rizal mungkin tidak tahu seberapa tertekannya Maura sejak menikah dengan Yudha. Kekurangannya sebagai wanita menjadi satu-satunya penghalang kebahagiaannya.

Rizal juga tidak tahu selama ini Maura berusaha melawan depresi ketika ia terus-terusan dituntut untuk segera memberikan keturunan. Ia sudah kehabisan akal, bagaimana lagi caranya ia harus menghadapi ibu mertuanya yang bawel.

Maura dipaksa mengonsumsi obat penyubur kandungan. Padahal ada obat lain juga yang harus ia konsumsi rutin demi menyembuhkan penyakitnya.

Yudha memang tidak mempermasalahkan keturunan. Tetapi dari sikap Yudha yang terkadang dingin terhadapnya, ia tahu Yudha tidak seikhlas itu menerima kekurangannya.

Beberapa kali Maura sempat melihat Yudha duduk sendirian di halaman belakang rumah saat malam telah larut. Dari raut wajah Yudha saat itu, terlihat jelas ada kegelisahan yang menyelimuti jiwanya.

Mulut Yudha mungkin bisa berkata ikhlas menerima keadaan. Namun hati dan perasaan Yudha yang sebenarnya sangat tergambar jelas dari raut wajahnya. Maura mulai mengerti tentang hal itu ketika suatu hari mereka jalan berdua di pusat perbelanjaan dan tanpa sengaja bertemu dengan seorang anak kecil.

Raut wajah Yudha saat itu terlihat sumringah. Sorot matanya berbinar-binar, seperti tengah mendamba saat memandangi anak kecil itu.

Dari situlah Maura tahu, bahwa di lubuk hatinya yang terdalam, Yudha mendambakan seorang anak. Namun berusaha Yudha pungkiri karena ingin menjaga perasaannya.

“Kalau untuk sakit yang itu, aku tidak punya obatnya. Hanya dirimu sendiri yang bisa mengobatinya,” kata Rizal menghindari topik tentang masa lalu yang sengaja ingin dibuka kembali oleh Maura.

“Kamu punya, tapi kamu yang tidak mau memberikannya padaku.”

Rizal tampak menghela napas pelan. Sorot matanya sendu menatap Maura. Dokter yang masih berah sendiri di usianya yang matang itu kemudian memegangi pundak Maura dengan lembut.

Maura sudah tersenyum senang. Jantungnya bahkan berdetak lebih cepat saat perlahan Rizal menunduk mendekatkan wajahnya. Spontan Maura pun memejamkan matanya. Maura sudah berharap lebih dari adegan ini, adegan yang sejak lama ia nantikan.

Namun nyatanya, Maura harus kecewa. Karena bukan ciuman yang ia dapatkan, melainkan suara lembut Rizal berbisik di telinganya.

“Pergilah. Lima menit lagi aku ada pemeriksaan pasien,” bisik Rizal lembut.

Maura membuka matanya. Ditatapnya Rizal dengan perasaan yang tak menentu.Debaran di dadanya pun dengan cepat berganti dengan rasa malu karena masih mengharapkan masa lalu terulang kembali.

Bukan tanpa alasan Maura berharap kembali ke masa lalu. Sebab masih ada rasa yang tertinggal di hatinya. Perasaannya masih terpaut jauh pada sosok masa lalu yang selalu hadir laksana bayang-bayang dalam hidupnya.

“Aku pergi dulu. Permisi,” pamit Maura sedikit kecewa. Sosoknya kemudian menghilang dibalik daun pintu yang menutup.

Bersamaan dengan itu Rizal menghela napas panjang, kemudian menghembuskannya perlahan.

“Maafkan aku, Ra,” gumamnya pelan.

****

“Maura mana? Kenapa kamu tidak mengajak Maura, Yud? Bukannya Mama sudah bilang, ajak Maura ke sini. Mama perlu bicara sama kalian berdua,” ujar Elvie setengah mengomel saat melihat putranya hanya datang seorang diri tanpa istri tercintanya.

Yudha sudah bersiap-siap pulang sore itu saat Elvie menelepon, memintanya datang bertemu. Di ruang keluarga sebuah hunian mewah bergaya Eropa Klasik itu Yudha duduk berpangku sebelah kaki. Matanya sibuk memandangi ponsel.

Sederet angka berbaris rapi pada layar ponsel Yudha. Sejak tiba di rumah ini, ia masih sibuk menimbang-nimbang untuk menghubungi nomor itu. Nomor ponsel seorang gadis yang ia dapatkan dari Bu Nana.

Entah mengapa hatinya tergerak ingin menghubungi nomor itu. Tetapi ia kebingungan kalimat pembuka apa yang harus ia katakan untuk menyambung obrolan dengan gadis itu. Gadis yang secara misterius menyita perhatiannya sejak tadi.

“Yud ... Maura mana?” tanya Elvie sekali lagi karena belum ada jawaban dari Yudha. Ditepuknya pelan pundak sang putra begitu ia duduk di sebelahnya.

Yudha pun tersentak. Sontak ia menutup ponsel. Lalu menoleh memandangi ibunya.

“Kenapa Maura tidak diajak ke sini?” Sekali lagi Elvie bertanya. Sengaja ia mengundang sang putra dan menantunya untuk makan malam di rumah karena ada sesuatu yang ingin mereka bahas bersama.

“Dia ada pemotretan untuk iklan parfum hari ini.”

Elvie meniupkan napasnya, ia merasa sedikit kecewa atas ketidakhadiran menantunya itu. Padahal apa yang akan mereka bahas hari ini sangat penting untuk masa depan mereka.

“Sudah Mama duga. Seharusnya istrimu itu beristirahat, bukannya malah sibuk di luaran sana. Memangnya nafkah dari kamu itu tidak cukup?”

“Bukan begitu, Ma. Maura hanya merasa bosan di rumah. Aku mengijinkan dia bekerja hanya sebagai hiburan agar dia tidak merasa bosan.”

“Makanya punya anak dong. Kalau kalian punya anak, kalian tidak akan kesepian seperti ini.”

“Ma, tolong berhenti membahas tentang itu.”

“Memangnya kamu pikir Mama memintamu datang ke sini itu untuk apa? Ya, untuk membahas tentang ini, Yudha. Sudah berulang kali Mama kasih tahu sama kalian, segeralah punya anak. Tapi kalian masih saja ngeyel. Begini kan jadinya? Mama yakin, Maura pasti merasa kesepian. Dan bekerja hanyalah pelariannya saja. Memangnya kalian tidak ingin punya anak?”

Sudah habis kesabaran Elvie meladeni putra dan menantunya ini. Selalu saja mereka menolak jika diajak membahas tentang anak.

“Aku dan Maura sudah sepakat untuk belum punya anak. Jadi Mama tolong jangan pernah membahas tentang ini lagi. Aku capek, Ma.”

“Kalau sikap kamu seperti ini, Mama jadi curiga. Jangan-jangan Maura yang tidak mau punya anak? Dia kan seorang model, mungkin dia tidak mau bentuk tubuhnya rusak karena hamil dan melahirkan. Benar begitu?”

“Tidak seperti itu, Ma. Aku dan Maura ha_”

“Kalau seperti itu, apa tidak sebaiknya kamu menikah lagi, Yud? Carilah istri yang baru, yang lebih taat pada suami.” Tiba-tiba saja Tuan Malik datang, mengalihkan segera perhatian Yudha.

-To Be Continued-

1
FT. Zira
aduh... ini Nadia nekat atau selera homornya yg kelwat tinggi sih/Facepalm//Facepalm/
FT. Zira
inttrogasi calon istri gini amat ya Yud🤭🤭
FT. Zira
kode keras ini namanya/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
FT. Zira
mirisnya jadi bawahan/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
FT. Zira
aku dukung Yudha untuk berpaling/Smug//Smug//Smug/
FT. Zira
keseringan ngalah sama aja bunuh diri dirimu Yud😮‍💨
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
si Maura sok paling tersakiti...
Elisabeth Ratna Susanti
wah parah nih cowok
Elisabeth Ratna Susanti
wah mulai gaswat nih
🌞MentariSenja🌞
maukah kamu menjadi pacarku?
🌞MentariSenja🌞
ya gak salah klo nanti Yudha berpaling, aku dukung mlh.
ngomong rindu tp giliran diladeni ngomong capek ngantuk, kan pengin /Hammer//Hammer//Hammer/
🌞MentariSenja🌞
cinta jgn menjadikan kamu bodohlah Yud
🌞MentariSenja🌞
padahal katanya sakitnya gak ketulungan klo on fire to gak tersalurkan ...eeh ngomong apa sih 🤭🤧
FT. Zira
bahaya ini.. yg di tangan siapa pikirannya siapa🤧🤧
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): udah mulai berhalusinasi dia🤭🤭 saking terlalu lama puasa
total 1 replies
FT. Zira
ketika cinta mulai bersemi😙😙
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): belum cinta sih, lbh ke tertarik saja
total 1 replies
FT. Zira
yakin.. minta maaf.. bukan minta nambah.. ehhh🤭🤭🤭
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): 😅😅😅😅 emang boleh nambah🤭🤭
total 1 replies
Mutinah Soheh
istri sudah selingkuh dengan dokter...
suami mulai ada tanda tanda dengan bawahnya....klop deh
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): 🤧🤧🤧begitulah godaan kk
total 1 replies
🌞MentariSenja🌞
benerlah tolak aja, wong egois gitu...
🌞MentariSenja🌞
duh, lancar bgt bohongnya
🌞MentariSenja🌞
yaelah, mencumbu istri bayangin wanita lain, jadi takut nih...
🌞MentariSenja🌞: bangg bayiikk /Facepalm/
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): ngeri ngeri sedap gimanaaaaa gitu🙄🙄🤭
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!