Aluna, 23 tahun, adalah mahasiswi semester akhir desain komunikasi visual yang magang di perusahaan branding ternama di Jakarta. Di sana, ia bertemu Revan Aditya, CEO muda yang dikenal dingin, perfeksionis, dan anti drama. Aluna yang ceria dan penuh ide segar justru menarik perhatian Revan dengan caranya sendiri. Tapi hubungan mereka diuji oleh perbedaan status, masa lalu Revan yang belum selesai, dan fakta bahwa Aluna adalah bagian dari trauma masa lalu Revan membuatnya semakin rumit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Setelah semalam menginap di villa yang dikelilingi udara dingin dan aroma pedesaan yang asri, Aluna dan Revan akhirnya kembali ke apartemen mereka. Sebelum itu, Revan mengajak Aluna ke kantor karena ia harus mengurus sesuatu dulu.
Hingga sore hari barulah Revan mengajak Aluna untuk pulang, bahkan hari ini Aluna tidak berani keluar dari ruang kerjanya karena ia belum siap dengan gosip yang beredar di kantor.
Matahari sore menyinari lorong apartemen dengan lembut saat mereka berjalan berdampingan setelah memarkir mobilnya di basement hingga masuk ke dalam lift.
Hingga mereka sampai di depan pintu apartemen, Revan segera menekan beberapa tombol hingga pintu terbuka. Aluna begitu tidak sabar ia segera berlari ke arah kamarnya.
“Akhirnya, kasur empuk dan selimut favoritku,” gumam Aluna sambil memutar kunci pintu kamarnya.
Tapi... klik. Tidak bisa. Ia mencoba lagi. Klik. Masih tidak bisa. Lalu memutar sedikit lebih keras. Klik. Tetap terkunci.
“Kok nggak bisa dibuka, ya?” gumamnya kesal. Ia menatap kunci itu seolah benda mungil itu sedang mempermainkannya.
Revan yang sedari tadi berdiri santai bersandar di dinding, pura-pura bingung. “Lho? Bukankah kemarin masih bisa dibuka, Lun?"
"Masih ..., nggak pa pa. Nggak masalah."
Aluna mendesah panjang, lalu memelototi pintunya seolah si pintu baru saja menghancurkan harapannya untuk malam santai dengan sheet mask dan drama Korea. “Apa rusak, ya?”
Revan mendekat dan berpura-pura mencoba memutar kenop pintu. Ia mengetuk-ngetuk, menarik, bahkan berakting seperti mau membongkar kuncinya, padahal dalam hati nyengir puas. Karena jauh sebelum mereka pulang, ia sudah menyuruh sekretarisnya_ Bastian memanggil tukang untuk dengan sengaja membuat pintu itu tak bisa dibuka. Tujuan Revan hanya satu, ingin lebih dekat dengan Aluna tanpa menurunkan gengsinya.
“Wah, sepertinya ini harus diperiksa teknisi besok,” katanya dengan nada datar, meski matanya jelas menyimpan niat tersembunyi.
Aluna menoleh curiga. “Bakal lama nggak?"
Revan langsung pasang wajah tak berdosa. “Ya, tergantung seberapa parah rusaknya."
“Tapi barang-barang ku ada di dalam."
"Beli saja yang baru, cuma baju sama skincare kan?"
Gampang banget ngomongnya, aku belinya pakek uang ..., batin Aluna kesal. Ia tidak mau rugi.
Klunting
Tiba-tiba sebuah notifikasi muncul di ponselnya, Aluna membulatkan matanya sempurna karena beberapa detik lalu ia mendapat notifikasi dana masuk ke rekeningnya.
Aku nggak mimpi kan? Aluna sampai mengucek matanya. Lima puluh juta, bukan uang yang sedikit.
Aluna langsung tahu siapa pelakunya, ia menoleh pada Revan dan Revan yang merasa di tatap segera mengalihkan tatapannya ke arah lain, tampak ia mencoba menyembunyikan senyumnya,
"Ini ulah kamu kan?" tanya Aluna.
"Buat beli baju dan skincare." ucap Revan dingin.
Hehhhh ...., Aluna menghela nafas. "Trus, aku tidur di mana dong?" keluhnya.
“Tidur aja di kamarku sampai pintunya diperbaiki. Lagi pula kasurnya lebih lebar, aku juga tidak akan melakukan apa-apa kan sama kamu." ucap Revan dengan sikap tenangnya seperti biasa.
Aluna menyipitkan mata, mencurigai sesuatu. “Tapi awas aja kalau kamu cari kesempatan."
Revan kembali mempertahankan sikap dinginnya. “Kamu tuh terlalu sering nonton drama Korea. Ini dunia nyata. Memang saya akan tiba-tiba kalap trus memangsa kamu.”
Sambil mendengus, "Aku kan cuma jaga-jaga."
"Terserah ...., kalau kamu nggak mau tidur saja di luar."
Aluna akhirnya menyerah. “Oke, tapi jangan coba-coba buat macam-macam.”
Revan segera berbalik menuju ke kamarnya, ia membuka pintu dan mempersilahkan Aluna untuk masuk terlebih dulu.
"Tidurlah dulu, aku mau mandi." ucap Revan kemudian berlalu ke kamar mandi setelah memastikan Aluna masuk.
Aluna tidak menjawab, ini bukan pertama kalinya ia masuk ke kamar itu. Pertama kali ia datang ke apartemen itu, Bastian sudah menunjukan kamar itu sebagai kamarnya. Maksudnya kamarnya dengan Revan, begitulah kira-kira jika mereka sepasang suami istri seperti pada umumnya.
Aluna duduk di tepi tempat tidur, ia mulai memeriksa ponselnya. Sejak kemarin ia bahkan tidak berani menghidupkan ponselnya karena takut dengan gosip.
Saat ponselnya mulai menyala, begitu banyak panggilan masuk dari Tifani.
"Hehhhh, dia pasti sangat mencemaskan aku." gumam Aluna, ia berniat untuk melakukan panggilan balik tapi tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dari dalam.
Ya ampun ...., dia sengaja menggodaku
Bersambung
Happy reading