NovelToon NovelToon
MARINA Ketika Pengorbanan Tak Dihargai

MARINA Ketika Pengorbanan Tak Dihargai

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga / Angst / Penyesalan Suami / Cinta Lansia
Popularitas:27k
Nilai: 5
Nama Author: moon

Marina, wanita dewasa yang usianya menjelang 50 tahun. Telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk keluarganya. Demi kesuksesan suami serta kedua anaknya, Marina rela mengorbankan impiannya menjadi penulis, dan fokus menjadi ibu rumah tangga selama 32 tahun pernikahannya dengan Johan.

Tapi ternyata, pengorbanannya tak cukup berarti di mata suami dan anak-anaknya. Marina hanya dianggap wanita tak berguna, karena ia tak pernah menjadi wanita karir.

Anak-anaknya hanya menganggap dirinya sebagai tempat untuk mendapatkan pertolongan secara cuma-cuma.

Suatu waktu, Marina tanpa sengaja memergoki Johan bersama seorang wanita di dalam mobilnya, belakangan Marina menyadari bahwa wanita itu bukanlah teman biasa, melainkan madunya sendiri!

Akankah Marina mempertahankan pernikahannya dengan Johan?

Ini adalah waktunya Marina untuk bangkit dan mengejar kembali mimpinya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#21

#21

Siang hari itu Diana baru sadar jika ada panggilan masuk dari yang tak terjawab, sejak pagi pikirannya tersita karena mengurus Gwen seorang diri, menelpon suaminya pun tak mendapat solusi meyakinkan. Mereka justru bertengkar, karena Diana ngotot tak mau berhenti kerja padahal sudah lama Fadly memintanya. 

Hari sebelumnya, Diana harus diam tak berkutik ketika atasan memarahinya habis-habisan karena sudah gagal memenangkan sidang hanya karena Diana lebih memilih menjemput Gwen di sekolahnya. 

Benar saja, kini Diana seperti kembali dianggap sebelah mata oleh atasannya, bahkan jatah promosinya pun masih di tangguhkan, karena evaluasi harus kembali diulang dari awal. 

Kini Diana bisa merasa sedikit tenang, karena sementara sampai ada pengasuh baru, Gwen bisa dititipkan pada ibu gurunya hingga jam pulang kantor. 

Ponsel yang berdering membuyarkan lamunan Diana, tanpa melihat siapa peneleponnya, Diana mengangkatnya. “Halo.”

“Kamu sibuk?” 

Diana menjauhkan ponsel dari telinganya, untuk memastikan siapa yang kini menelponnya. “Sedikit, ada apa, Pa?” 

“Bantu Papa memenangkan sidang.” Tanpa basa-basi Johan mengutarakan maksudnya. 

Diana meletakkan pensilnya, “Sidang apa?”

“Perceraian,” jawab Johan singkat. 

“Siapa yang akan bercerai?” 

“Mamamu menggugat cerai,” jawab Johan tanpa mengatakan alasannya. Dan bodohnya Diana ia pun tak bertanya apa alasan dibalik perceraian orang tuanya. 

“Mama benar-benar berubah, Dia aneh, bahkan sekarang tak lagi tinggal di rumah. Papa tahu Mama dimana?” tanya Diana. 

“Tidak, Mamamu marah pada Papa karena Papa tak pernah mengajaknya datang ke acara yang diadakan oleh perusahaan.” 

Diana tertawa, bukannya mendamaikan orang tuanya yang berseteru, wanita itu justru menertawakan sikap Marina, ia berpikir bahwa Mamanya sungguh kekanak-kanakan. “Aku tak menyangka, ternyata Mama sungguh egois dan kekanak-kanakan,” geram Diana. 

“Baiklah, kapan sidang perdananya?” 

“Tiga hari dari sekarang.”  

“Apa yang Papa harapkan?”

“Kabulkan saja keinginan Mamamu, tapi gagalkan pembagian gono-gini, papa ingin lihat apa jadinya Mamamu tanpa uang dari Papa.” 

“Itu tidak mungkin, Pa. Pembagian gono-gini itu harus ada, kecuali jika salah satu pihak tak mempermasalahkan, bahkan sama sekali tak meminta. Mungkin kita bisa mengatur besarannya.” Kembali Diana mengutarakan siasatnya. 

“Baiklah, Kamu atur saja, pastikan Mamamu dapat bagian sesedikit mungkin. 

Sungguh licik, karena keduanya membuat mufakat yang sangat jahat, tanpa memikirkan perasaan dan rasa sakit yang Marina alami. 

“Tenang saja, Pa. Aku yakin, paling lama 5 bulan, Mama pasti akan merengek ingin rujuk kembali dengan Papa.” 

“Dan bilamana saat itu tiba, jangan harap Aku akan mengabulkan keinginan Mamamu.” Johan tersenyum sinis, keegoisan telah membuat mata hatinya buta, hingga tak lagi melihat Marina sebagai wanita baik yang selama 30 tahun menemani dan melayaninya sebagai istri. 

•••

Krek! 

Krek! 

Krek! 

Suara lakban saling bersahutan, sambal-sambal yang sudah di kemas berserakan diatas meja, semua sudah diklasifikasi berdasarkan pemesannya. 

“Bu Ratna, yang di dapur sudah di aduk?” Marina mengingatkan salah satu asisten yang bekerja membantunya dan Farida. 

“Oh iya, hampir saja lupa.” Bi Ratna berjalan cepat kembali ke dapur, guna mengaduk sambal yang sedang dalam proses pematangan. 

Sambal dimasak dengan suhu yang pas jadi jika sampai gosong atau lengket di dasar penggorengan, maka rasa dan aromanya akan berubah. 

Sementara itu, Farida sibuk menulis nama dan alamat pemesan, ia cukup kesulitan mengoperasikan laptop karena belum terbiasa. Jadi sementara ia menggunakan tulisan tangan, tapi wanita itu sudah bertekad akan belajar dari anaknya. 

“Mana alamat yang Aku minta untuk ke Rumah Sakit?” tanya Marina. Wanita itu benar-benar berniat memperkenalkan produk buatannya. 

Hari itu, sebelum pamit pulang dari Rumah Sakit, Marina  sempat meminta nomor telepon salah seorang resepsionis di sana. Saat itu Marina berpikir bahwa setelah bercerai ia tak memiliki tempat tujuan, maka Rumah Sakit tersebut bisa menjadi pilihan, sekalian Marina melakukan kerja sosial. Asal dapat makan 3 kali sehari sepertinya tak jadi masalah. 

Tapi kini keadaan telah jauh berbeda, dan sebagai ucapan terima kasih, Marina ingin berbagi, sekalian ajang promosi produk jualannya. 

Setelah dirasa siap, semua bungkusan tersebut akan dibawa ke pihak ekspedisi agar segera meluncur ke tempat tujuannya masing-masing. 

•••

Sonia datang mengunjungi Cafe miliknya, Cafe yang ia dirikan bersama Joice kawannya sesama para sosialita. Senyum di wajah Sonia mengembang karena Cafenya semakin ramai dari hari ke hari, banyak menu makanan dengan harga murah, namun terlihat mewah, hingga cafe tersebut banyak didatangi para pelajar dan mahasiswa. 

“Hai, baru datang?” sapa Joice yang sudah berjaga di meja kasir. 

“Iya, bosan juga di rumah, jadi iseng-iseng ke sini sambil mengawasi para pegawai yang sibuk kerja.” Sonia melihat-lihat buku besar yang ditulis secara manual oleh Joice. 

Wajah Sonia tersenyum lebar manakala melihat angka omset harian mereka yang terus bertambah besar, dan beberapa bulan terakhir ini Sonia sudah menikmati hasil Cafe mereka, yakni pembagian keuntungan yang masuk ke rekeningnya. 

Joice memberi usulan memilih lokasi mereka saat ini karena dekat dengan beberapa sekolah dan ada kampus swasta, di samping itu belum banyak pesaing yang memiliki usaha seperti mereka, jadi perputaran modal masih dalam batas aman terkendali. 

“Ibu Bos pulang saja, biarkan kami para bawahan yang menghandle pekerjaan di sini,” cetus Joice. 

Mendengar panggilan bos yang ditujukan padanya, Sonia merasa sedikit melambung, angan-angannya sangat besar bahwa suatu saat Cafe akan terus berkembang dengan cabang baru di beberapa lokasi strategis. 

“Ibu Bos kan juga harus tahu seluk beluk Cafe,” jawab Sonia, seraya membuka-buka buku menu, padahal ia sama sekali tak ahli dalam hal memasak. 

Karena Joice yang merekrut tukang masak, dan semua pegawai yang bekerja di sana, sementara Sonia cukup menyumbangkan modal, tanpa tahu seluk beluk perputarannya. 

Joice mengambil buku menu yang kini sedang Sonia lihat, “Sudah, Kamu duduk saja,” titah Joice dengan senyum manisnya, “Aku akan minta pelayang menyuguhkan juice dan salad segar.” 

“Ah, Kamu memang paling tahu seleraku, supaya tetap glowing dan awet muda.” Sonia pun duduk di tempat paling strategis, sambil mengkhayalkan apa yang akan ia lakukan nanti jika Cafe telah maju pesat. 

Joice tersenyum misterius melihat tingkah Sonia, tapi tak lama kemudian wanita itu mendatangi dapur guna memasan Juice dan salad untuk Sonia. 

1
Patrick Khan
cie cie.. pesan nya kyk taun 90 an ya.. apa kabar datar bgt😂😂😂
moon: dih, kan jual mahal dulu, biar gak keliatan amad modusnya /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Yayuk Bunda Idza
" baik mas ulat bulu " 🤣🤣🤣🤣🤣
Yayuk Bunda Idza
kalo sama Bu Marina apa mungkin bisa punya baby ya Thor?? Weh q dah kepo aja padahal mereka pdkt aja belum
Yayuk Bunda Idza
nikmati sayur SOP mentah pak Johan wkwkwk....
Yayuk Bunda Idza
habis tu baru nyadar si iga udah jadi arang wkwkwk....
Yayuk Bunda Idza
weleh Thor jadi ingat film tersohor nya "ada bawang baik ada bawang jahat, ada aja othor ni....hahaha
bawang jahatna ya si Sonia
Aan
Apa kabar perceraianmu, smg lancar jaya
Ma Em
Semoga perceraian Marina dgn Johan cepat selesai agar Marina bisa cepat menikah dgn tuan Gusman.
Aan
hahahahahaha hahahahahaha hahahahahaha hahahahahaha hahahahahaha hahahahahaha hahahahahaha hahahahahaha hahahahahaha hahahahahaha
aku ngakak bukan cuma senyum2
Rahmawati
tuan Gusman lagi kasmaran
Rahmawati
wah parah,masak dikasih sop mentah dan iga gosong
Rahmawati
wkwwkwk, yg sabar ya agung, maklum orang tua
Rahmawati
tuan Gusman batalin meeting penting hanya utk menyapa marina
3sna
ubur ubur ikan lele jangn kasih kendor le,kalo perlu tak pinjemin jaringnya nih gus biar gas /Grin/
Ayesha Almira
mulai mo JD pebinor...smga sukses tuan Gusman .
Nar Sih
semagatt tuan gusman ,jdi prmbinor gk apa,,kok yg penting suka sama suka💪👍
Anjellita
wkwkkkkkkj
itu bapak Gusman kira kira puber keberapa ya🤣🤣🤣
Adinda
pasti ulah Ibu tirimu yang membunuh istri dan anakmu
Aditya hp/ bunda Lia
wkwkwkkk ... berondong tua ??
Setyowati Setyowati
ABG tua lagi puber ...bercita cita jadi pebinor ..
tp sayangnya aku malah dukung banget tuan Gusman sama Marina .. semangat tuan Gusman ..para pembaca mendukungmu
Nar Sih: jdi gak sabar nih kak moon tunggu keluar nya tuan gusman
moon: tuan gusman akan keluar disaat yang paling paaaasss!!!
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!