NovelToon NovelToon
Lelaki Dari Satu Malam

Lelaki Dari Satu Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Keluarga
Popularitas:840
Nilai: 5
Nama Author: Keke Utami

Rinjani hanya ingin hidup tenang.
Tapi semua hancur saat ia terbangun di kamar hotel bersama pria asing. Dan beberapa jam kemudian mendapati kedua orang tuanya meninggal mendadak.

Dipaksa menikah demi melunasi utang, ia pingsan di hari pernikahan dan dinyatakan hamil. Suaminya murka, tantenya berkhianat, dan satu-satunya yang diam-diam terhubung dengannya ... adalah pria dari malam kelam itu.

Langit, pria yang tidak pernah bisa mengingat wajah perempuan di malam itu, justru makin terseret masuk ke dalam hidup Rinjani. Mereka bertemu lagi dalam keadaan tidak terduga, namun cinta perlahan tumbuh di antara luka dan rahasia.

Ketika kebenaran akhirnya terungkap, bahwa bayi dalam kandungan Rinjani adalah darah daging Langit, semuanya berubah. Tapi apakah cinta cukup untuk menyatukan dua hati yang telah hancur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keke Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. Sesuatu yang ditakdirkan

|Belanda|

Langit masih bersantai di mansion mewah milik kakaknya. Hari-harinya di Belanda terasa lebih lambat dari biasanya. Gala sudah memarahinya pagi ini, tapi Langit memilih tidak menggubris. 

“Bos,” suara Taufan memecah ketenangan, membuka pintu kamar dengan ragu.

Langit mendengus malas, “Apa lagi? Gala masih ngomel? Bilang sama dia, kalau dia masih bawel, saya balik ke Jakarta.”

Taufan menggeleng, “Bukan soal itu. Pak Gala sudah berangkat ke kantor. Saya hanya ingin menyarankan, mungkin sebaiknya Anda mulai mencari tahu siapa perempuan yang bersama Anda malam itu?”

Langit menatap kosong ke arah jendela, “Mau cari ke mana?” gumamnya lesu.

Tiba-tiba nada suaranya berubah, “Fan, saya kok jadi pengen rujak timun, ya?” 

Taufan terlihat kebingungan, “Saya cari dulu,” ia sudah balik kanan.

“Eh, Jangan. Saya maunya kamu yang bikin. Tanya ke Teh Bulan ada terasi nggak, saya pengen sambalnya pakai terasi,” ujar Langit tanpa dosa.

Taufan menarik napas panjang. Di tengah pekerjaannya sebagai asisten direktur eksklusif sebuah perusahaan multinasional, terkadang ia bertanya dalam hati, apakah membuat rujak juga termasuk dalam deskripsi pekerjaannya?

“Makasih, Fan,” ucap Langit ringan saat Taufan mengangguk pasrah.

******* 

|Jakarta|

Rinjani menarik napas saat udara masuk ke rongga dadanya. Darren sangat marah, kilat matanya masih menyala-nyala.

“A-aku … aku nggak tahu,” ucap Rinjani tergagap. Suaranya serak karena tangis, tubuhnya gemetar. “A-aku bener-bener nggak tahu gimana semua–” 

Belum sempat ia menjelaskan, Darren membentaknya, “DIAM!”

Tubuh Rinjani terlonjak. Ia mundur beberapa langkah.

“Keluar dari rumah ini! Saya tidak mau lihat wajahmu lagi!” Darren menunjuk pintu, lalu ia berbalik menghadap meja bar, deretan gelas kristal jatuh dan pecah berhamburan dalam sekali sapu oleh lengan kekar pria itu. 

Beberapa serpihan mengenai ujung strap yang menumpu kaki jenjang Rinjani. Ia terpaku, napasnya tercekat. Baru beberapa jam yang lalu mereka mengikat sebuah hubungan. Dan sekarang ia diusir tanpa arti. 

Langkahnya mulai berat menuju pintu keluar. Namun suara Darren kembali menamparnya.

“Rinjani,”

Ia setengah menoleh. 

“Jangan mimpi hidupmu akan tenang setelah ini. Kamu sudah menipuku!”

Rinjani tidak sanggup membalas, ia hanya melanjutkan langkah dalam diam dengan mata yang basah.

Rintik hujan menyambutnya saat keluar dari rumah itu. Rinjani memilih berteduh di salah satu halte. Duduk di sana dengan baju pengantin yang basah kuyup dan riasan yang sudah luntur, menunjukkan betapa malangnya ia sekarang.

**** 

“Non?!” suara Sulis panik saat membuka pintu.

“Ya Allah, Non … masuk dulu, ayo!” ucapnya sembari menarik tubuh lemah Rinjani ke dalam.

Rinjani diam. Ia hanya menangis. Tangannya gemetar menerima handuk dan segelas air hangat dari Sulis.

“Non …,” Sulis mencoba menyentuh bahunya. Tapi Rinjani hanya memeluknya erat, tangisnya berubah menjadi sesak.

“Non, kita istirahat dan tidur di kamar, ya. Non pasti capek,”

Rinjani menyetujui ajakan Sulis, ia mengikuti Sulis ke kamar, mengganti pakaian, kembali berbaring di kasur tipis yang sudah satu bulan ia tempati.

Satu bulan … hatinya bergejolak. Ke mana ia sampai mengabaikan kondisi tubuhnya, kode dari satu kehidupan yang ada di rahimnya sekarang. 

Rinjani mengelus perutnya.

“Non, lapar?” tanya Sulis yang belum tidur.

Rinjani menoleh. Sulis belum tahu kabar ini. Dan ia tidak berniat menyembunyikannya.

“Darren marah, dia usir aku,” ucapnya, suaranya lirih namun mampu membuat Sulis menahan napas.

“Aku … kata dokter aku hamil.”

Sulis terkejut, “Non?!” 

“Aku nggak tahu, Bi … malam itu aku bangun di kamar hotel, sama laki-laki yang nggak aku kenal … aku bahkan nggak ingat kenapa aku bisa sampai di sana. Dan sekarang …” tangis Rinjani kembali pecah, “Bayi ini muncul … saat aku pikir semuanya udah selesai. Aku … bahkan nggak tahu siapa ayahnya ….” 

Sulis ikut menangis, ia memeluk Rinjani.

“Beri aku satu alasan,” Rinjani histeris, suaranya patah-patah, “Satu alasan aja, Bi … kenapa aku harus mempertahankan bayi ini?”

Sulis mengeratkan pelukan, “Nyebut, Non. Ingat dosa, dia nggak bersalah … jangan bunuh dia ….”

Tangis Rinjani tumpah lagi. Ia menangis sejadi-jadinya, berusaha meluapkan seluruh beban yang ia pikul, saat ia kehilangan segalanya. 

************** 

************ 

Setelah beberapa hari di Belanda,  Langit kembali ke tanah air. Perutnya masih kerap mual, rasa aneh ingin sesuatu masih sering datang. Namun setidaknya ia merasa sedikit lebih bebas saat ingin sesuatu. Meski Langit merasa was-was, takut ngidam itu datang di saat yang tidak tepat. 

“Kita langsung ke kantor, Bos?” tanya Taufan yang menyetir di depan.

Langit mendesah berat, “Kamu senangnya saya kerja terus ya, Fan? Kenapa kantor terus yang kamu pikirin?” 

“Banyak agenda yang tertunda, Bos,” jawab Taufan tenang. 

Langit tidak menghiraukan, “Udahlah, ke rumah Mama dulu. saya kangen masakan Mama.”

Taufan mengangguk, segera melaju menuju kediaman keluarga Alexander. Tak berselang  lama, mobil sudah berhenti di halaman luas. Langit turun dan masuk ke dalam rumah.

“Nah, ini dia pulang,” celetuk Lintang– kembarannya.

Langit duduk di sebelah Olivia, “Mama masak apa? Aku kangen masakan Mama,” 

“Kita tunggu Nafa turun, Papa mau bicara,” ujar Evan.

Setelah Nafa turun dan mereka makan bersama, semua tetap duduk di meja makan sesuai permintaan sang kepala keluarga. 

“Kalian sudah tahu kalau Nafa bukan adik kandung kalian, bukan?” 

Langit dan Lintang mengangguk.

“Papa tidak bisa percaya orang luar. Karena itu, Papa ingin menjodohkan Nafa … dengan salah satu dari kalian.”

Lintang langsung protes, “Aku udah tunangan, Dad.” ia menunjuk cincin yang melingkar di jarinya. Dan menggeleng, menolak keras.

Evan mengangguk tenang, “Itulah sebabnya Papa memilih Langit.”

Langit terdiam. Sendok di tangannya terhenti. Makanan yang semula terasa nikmat kini seperti kehilangan rasa.

Dan untuk pertama kalinya sejak pulang, perutnya terasa mual lagi.

1
Nadin Alina
Hebat sih, Rinjani. Yang semula tuan putri mau berjuang untuk hidup🙃
Nadin Alina
next bab Thor....
Nadin Alina
Ceritanya keren, semangat Thor 🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!