Entah apa yang membuat pernikahan yang baru berjalan tiga tahun hancur berantakan.Kakak kandungku yang menumpang sementara waktu dirumahku karna paska bercerai dengan suaminya,tega bermain api dengan ipar sendiri dibelakangku.
"Tega kalian..."ujarku.
"Maafin mas wan.Mas khilaf wanda."ujar irwan suamiku.
"Apa kurangku selama ini hah,dan kamu Ina sudah aku tampung malah jadi duri dalam pernikahan ku."ujar wanda menunjuk sang kakak yang bernama Ina.
Ina tidak menjawab sepatah katapun,dia hanya diam tertunduk mendengar apa yang adiknya ucapkan.
Kakak yang seharusnya mengayomi adiknya,ternyata menjadi duri dalam rumah tanggaku.Harusnyan dia bisa mengambil hikmah dari kegagalan rumah tangganya,ini malah menghancurkan rumah tangga adik kandungnya sendiri.
Entah mau dibawa kemana pernikahan antar irwan dan wanda selanjutnya?Apakah mereka mampu merajut kembali benang yang terlanjur kusut atau menyerah pada keadaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Sudut mata Ina mulai mengembun,bulir bening jatuh satu persatu dari kedua sudut matanya. Irwan jadi dilema antara istrinya dan Ina.
Irwan kembali meletakkan tas yang ada ditanganya. Membawa Ina kedalam pelukannya.Ina tersenyum samar "ternyata dengan bermodal air mata,Irwan bisa dikendalikan." kekehnya penuh kemenangan dalam hati.
"Sudah ga usah menangis lagi,baik aku akan disini menemanimu." Irwan mengelus punggung dan mencium pucuk kepala Ina yang berada dalam dekapannya.
Begitu mudahnya Irwan jatuh dalam rayuan Ina. Padahal dirumah ada seseorang yang menunggu kedatangannya. Tapi itu dulu sebelum semuanya kebusukannya terbongkar.
Sementara Wanda sudah tak perduli dengan suaminya. Mau pulang atau tidak kerumah sama saja. Tidak ada lagi rasa rindu saat menunggu kepulangan orang yang dicintai. Rasa itu seakan pergi entah kemana berganti rasa benci dan jijik.
"Akan aku biarkan kamu menikmati kesenangan kalian dulu,nanti tiba waktunya kalian akan terkejut dengan kenyataan. Dan bila saat itu tiba akulah orang pertama yang akan tersenyum dan tertawa penuh kemenangan." Ujar Wanda saat memandang foto pernikahan yang tergantung di dinding. Tampak senyum bahagia terpancar dari wajah keduanya.
Seandainya waktu dapat diulang,aku akan kembali mempertimbangkan keputusanku untuk menerima pinangan mas Irwan. Dulu ia begitu gigih memperjuangkan untuk menaklukan hatiku,tapi kini ia juga yang telah menghancurkannya.
Itulah hidup,kadang kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Kembali kepada nasib masing - masing.
Setiap rumah tangga tentu tidak ada yang menginginkan perpisahan.bSemua pasti mengginginkan keutuhan sampai maut memisahkan. Berbeda cerita dengan rumah tanggaku,ditahun ketiga pernikahan diterpa badai yang dibuat oleh suamiku sendiri.
Aku manusia yang mempunyai batas kesabaran.vBertahan rasanya pun tak mungkin. Aku sudah berusaha tapi jika akhirnya berakhir perpisahan itu mungkin jalan terbaik.
Tiba - tiba ponsel Wanda berdering dan tertera nama disana suamiku. Wanda mengabaikan tapi ponsel terus berdering dan sangat menganggu,dengan hati yang berat Wanda akhirnya mengangkat panggilan dari suaminya.
"Assalamualaikum,mas." jawab Wanda sesaat setelah menekan tombol hijau.
"Waalaikumsalam."Jawab Irwan.
"Ada apa,mas?" tanya Wanda berbasa basi
"Mas mau ngabarin,mas hari ini sepertinya pulangnya agak telat,Wanda. Ada klien minta ditemani." ucap Irwan beralasan.
"Ohh." jawab Wanda singkat.
"Kamu ngga apa - apa kan?"
"Hmm..."jawab Wanda malas.
Tanpa banyak kata Wanda langsung mematikan sambungan telpon itu. Ia sudah tau penyebab suaminya tidak pulang tepat waktu." Pasti kerumah simpanannya." ucap Wanda lirih.
"Kalian mau melakukan apa pun aku sudah tidak perduli. Aku diam bukan tak tahu,tapi diamnya aku akan mengejutkan kalian berdua. Kita tunggu kejutan yang akan membuat kalian kejang - kejang." kekeh Wanda.
"Hallo mas Yoga." sapa Wanda saat menghubungi pengacara yang mengurus berkas perceraiannya.
"Ya ,Wanda.Apa apa tumben?" tanya Yoga heran,tidak biasanya Wanda menghubunginya.
"Saya cuma memastikan bahwa berkas - berkas perceraian saya sudah di proses." tanya Wanda.
"Kamu tenang aja,semuanya sudah beres. Paling tiga atau lima hari kedepan surat panggilan pasti sudah sampai ditangan."vjelas Yoga memupus kegiatan wanda.
"Tapi tolong surat panggilan pengadilan untuk mas Irwan kalau bisa jangan dikirim kerumah,lebih baik kirim ke kantornya saja. Kalau dirumah takutnya ia tidak membacakan." ujar Wanda mengutarakan ketakutannya.
"Beres,semua sudah saya atur sebaik mungkin." jawab Yoga.
"Baiklah kalau begitu,saya jadi lega. Makasih ya mas Yoga." pembicaraan seketika berhenti saat Wanda memencet tombol merah.
gda guna nya juga..sama2 muna juga..saling gengsi...yg perempuan gengsi di gedein