Bagai mimpi buruk yang nyata, jelas, lagi menekan seorang gadis bernama Sharena setelah dijadikan alat tukar hutang ayahnya pada seorang Presdir kejam, Keanu Abraham. Bukan hanya itu, kehidupannya bagai di neraka semenjak terperangkap dalam kebencian Keanu yang menuduhnya sebagai penyebab kematian saudaranya. Benci, dendam, berselimut luka dan cinta.
“Tegakkan kepalamu, sambutlah neraka di depanmu!” (Keanu Abraham)
“Aku tidak pernah melakukan seperti yang kamu tuduhkan.” (Sharena)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Sharen dengan terpaksa menceburkan kakinya ke kolam, sadar pada posisi yang tidak layak, langsung menarik kedua tangannya yang bersarang di pundak Keanu. Ia menoleh ke arah lain dengan salah tingkah.
Keanu sendiri langsung kembali renang tanpa ekspresi. Sementara di sisi lain, Mesya menatap jengkel melihat adegan live di matanya tersebut. Dirinya merasa geram dengan apa yang nampak di depannya. Berlalu begitu saja dengan hati panas.
Keanu menyudahi acara berenangnya, duduk di kursi rotan pinggir kolam.
"Handuk!" pinta pria itu pada istrinya.
Sharen langsung menarik diri, mengambil handuk yang tak jauh dari tubuh Kean duduk. Membuatnya menghela napas pelan, menyerahkan benda itu pada suaminya.
Pria itu dengan tenang mengeringkan tubuhnya sendiri. Netranya menatap istrinya yang nampak menatap arah lain.
"Keringin kepalaku!" titah pria itu sembari melempar pelan handuk ke tubuhnya.
Perempuan itu mendekat, melakukan sesuai perintah. Keanu menikmatinya sembari duduk manis menghabiskan jus di gelas.
Sharen menghentikan pergerakannya saat pria itu berdiri. Meninggalkan kolam begitu saja tanpa kata. Pria itu membersihkan diri di kamar mandi.
Keanu mengenakan pakaian yang sudah disiapkan istrinya. Beranjak dari kamar, menikmati waktu sore hari di ruang kerja.
Suara ketukan pintu terdengar masuk ke ruang kerja, rupanya Mesya yang bertamu di sana.
"Keen, aku masuk ya," ujar perempuan itu meminta izin.
"Ada apa, Mesya?" tanya Kean tanpa menoleh ke arah pintu. Pria itu tengah sibuk dengan macbooknya.
"Apa malam ini kamu ada waktu, aku ada acara menghadiri pesta ulang tahun sahabatku. Bisakah kamu menemaniku?" pinta Mesya menunggu moment ini.
"Liam? Aku akan datang juga nanti," jawab Kean yakin.
"Kamu dapat undangannya juga, wah ... Kita bisa berangkat bersama. Oke, aku harus siap-siap dulu, aku akan menemuimu nanti di satu jam kemudian," ujar Mesya bersemangat sekali.
Saat keduanya tengah mengobrol, Sharen datang membawakan secangkir kopi panas. Perempuan itu menempatkan tepat di meja kerja. Melirik keduanya dalam diam, lalu beranjak seolah tidak ada urusan apa pun. Atau lebih tepatnya tidak ingin tahu urusan keduanya.
Mesya balas melirik sengit, perempuan itu gemas sekali melihat keberadaan Sharen yang tak ubah bagai benalu dalam kehidupannya, bersama pria yang begitu Mesya harapkan dan cintai sedari dulu.
Kean sendiri tidak mengiyakan atau pun menolaknya tawaran Mesya. Membiarkan saja semua itu terjadi. Pria itu memang awalnya tidak begitu minat untuk datang, tetapi sepertinya malam ini butuh hiburan juga.
"Baiklah, aku akan datang lagi satu jam kemudian," pamit Mesya beranjak dari ruang Keanu.
Pria itu tidak menanggapi, melirik kopi yang tersaji lalu perlahan menyeruputnya hingga sisa separonya. Berlalu begitu saja meninggalkan ruang itu, menuju kamarnya.
Sharen yang tengah di kamar langsung waspada begitu Kean masuk.
"Ikut, ayo pergi!" ajak pria itu berlalu tanpa menunggu jawaban Sharen.
"Ke mana? Ini kan sudah hampir petang," kata Sharen merasa keberatan.
"Kamu tidak boleh protes, diam dan ikut saja tanpa banyak bertanya," ucap pria itu tak mau tahu alasan apa pun.
Keduanya menuju mobil, dengan Keanu menyetir sendiri. Sharen duduk di sebelah jok kemudi. Terdiam sembari menatap arah luar jendela. Entah dirinya akan dibawa ke mana. Pria itu memarkirkan mobilnya di depan sebuah butik kenamaan.
Sharen sedikit ragu saat hendak masuk, untuk apa lagi pria itu sore-sore membawa ke butik.
"Selamat datang, Tuan, kami mempunyai koleksi terbaru," ucap karyawan butik menyambut kedatangan Kean bersama istrinya.
"Pilihkan gaun yang paling indah untuk istriku," ujar pria itu menyeru.
Sharen terdiam sesaat, melirik suaminya dengan enggan.
"Mari Nona, silahkan ikut kami," ujar staf butik mempersilahkan. Sementara pria itu menanti dengan sabar.
Sharen mencoba beberapa pakaian yang sudah dipilih, lalu mengenakan satu persatu. Meminta pendapat bak model di depan suaminya.
Keanu akan menilai setiap pakaian yang baru saja perempuan itu kenakan. Hingga merasa puas, pas, dan cocok.
Sharen mencoba berkali-kali, tetapi pria itu selalu menggeleng, hingga membuat gadis itu merasa jengkel.
"Silahkan coba yang ini, Nona," ujar karyawan butik itu menunjuk gaun hitam bertali satu dengan panjang dua centi di atas lutut.
Sharen merasa pakaian yang dikenakan sedikit terbuka, ia takut akan menjadi bahan kemurkaan Keanu seperti waktu yang menuduhnya menggoda. Perempuan itu sungguh tidak nyaman, dan berharap pria itu akan menggeleng dengan cepat.
Gadis itu kembali menghadap suaminya, dengan perasaan gugup bercampur takut. Tidak begitu seksi, hanya saja sedikit terbuka tanpa lengan. Terlihat begitu gerli, manis, dan cantik tentunya.
"Ghem!" Sharen berdehem untuk mencuri atensi suaminya yang belum juga melihatnya. Pria itu tengah sibuk menatap layar ponselnya.
Mendengar deheman yang cukup mengulik telinganya, pria itu memindai tatapan fokus pada suara itu dari layar ponsel. Sejenak merasa terpana, kemudian langsung berdiri dari kursi.
"Aku ambil yang ini saja," kata pria itu beranjak.
Pegawai butik tersebut mengangguk seraya menerima black card sebagai alat tukar pembayaran.
Sharen berjalan pelan mengikuti suaminya ke mobil. Setelahnya membawa kembali ke rumah yang sudah ditunggu oleh penata rias. Perempuan itu benar-benar make up bak ratu, tetapi Sharen lebih mempersiapkan diri setelahnya, mengingat pria itu susah ditebak dan tak terduga maunya. Ia bagai boneka berkedok istri idaman.
"Mari Nona, kami akan membuat Anda sangat cantik malam ini," ucapnya sopan.
Sharen mengikutinya, sementara Kean kembali ke kamar mempersiapkan diri.
"Keen, apa kamu sudah siap? Aku masuk ya?" Mesya datang lebih awal mengetuk pintu kamarnya.
"Tunggu di mobil saja!" seru pria itu menyahut tanpa mempersilahkan masuk.
Mesya mengiyakan, menanti di teras depan dengan sabar.
Keanu sendiri keluar setelahnya, menunggu Sharen yang tengah mengenakan sepatunya.
"Kamu udah siap Keen, ayo!" ujar Mesya mendekat. Terpana melihat penampilannya yang begitu menawan.
"Ayo sayang!" seru Kean menginterupsi istrinya dari balik ruangan.
Mesya gagal fokus dengan panggilan itu, yang ternyata sama sekali bukan untuknya. Melihat Sharen keluar dengan begitu anggunnya, perempuan itu hampir tak percaya. Seketika mengumpat kesal dalam benaknya.
"Loh, bukannya kita mau pergi ke pesta berdua? Sharen diundang juga?" tanya Mesya dengan hati mendidih, menekan sabar yang hampir tumpah.
"Aku yang dapat undangannya, sah-sah saja kan membawa partner, kamu kenapa? Merasa keberatan? Tidak jadi bareng?" tanya Keanu berlalu sembari menarik tangan Sharen. Membuat Mesya menatapnya penuh kebencian.
"Aku bawa mobil sendiri saja!" ujar perempuan itu tak sudi menumpang di antara Sharen dan Kean.
"Owh ... terserah!" jawab Keanu masa bodoh.
Pria itu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tepat berhenti di depan rumah Liam, teman Kean dan juga mengenal Mesya. Keanu keluar lebih dulu, mengabaikan Sharen di belakangnya. Pria itu menanti di ujung meja hadir. Sharen berjalan cepat mengikutinya, sedikit terburu hingga membuat heels yang dikenakan terkena, membuat gadis itu hampir terjatuh. Beruntung seseorang di belakangnya menangkap tubuhnya.
Keanu yang melihat itu terpaku di tempat, menatap tajam adegan tak terduga di depannya.
.
Tbc
.