NovelToon NovelToon
Hamil Anak Sang Pewaris

Hamil Anak Sang Pewaris

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: bgreen

Laura Clarke tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis. Pertemuannya dengan Kody Cappo, pewaris tunggal kerajaan bisnis CAPPO CORP, membawanya ke dalam dunia yang penuh kemewahan dan intrik. Namun, konsekuensi dari malam yang tak terlupakan itu lebih besar dari yang ia bayangkan: ia mengandung anak sang pewaris. Terjebak di antara cinta dan kewajiban.

"kau pikir, aku akan membiarkanmu begitu saja di saat kau sedang mengandung anakku?"

"[Aku] bisa menjaga diriku dan bayi ini."

"Mari kita menikah?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bgreen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

hari pernikahan

Seminggu kemudian, mentari musim dingin menyinari Villa Kody dengan cerahnya.

Laura duduk di depan meja rias, menatap pantulan dirinya di cermin.

Pikirannya kosong, namun hatinya bergemuruh—campuran antara cemas dan pasrah.

Sudah seminggu mereka tinggal di villa mewah ini. Seminggu yang terasa seperti mimpi—atau lebih tepatnya, jebakan.

Hari ini, ia dan Kody akan menikah. Pernikahan sederhana, hanya dihadiri keluarga terdekat, di taman villa yang menghadap ke pergunungan.

Laura menghela napas. Ia tak bisa menghindar. Kody tak akan pernah melepaskannya, terutama karena benih Kody kini bersemi di rahimnya.

Sentuhan lembut di perutnya menyadarkannya pada kenyataan pahit ini.

Bayangan Kody muncul di benaknya—tatapan mata yang penuh obsesi, senyum yang menyimpan misteri.

Udara dingin menusuk kulitnya, namun keringat dingin membasahi telapak tangannya.

Ia meraih lipstik merah menyala, mencoba mengalihkan perhatian dari kegelisahan yang mencengkeram.

Warna merah itu terlalu mencolok, pikirnya, tidak cocok dengan hatinya yang hancur.

"Laura!" seru Fia, memasuki kamar Laura yang sudah siap dengan gaun putih sederhananya.

Laura tersentak dari lamunannya dan menoleh ke arah suara itu. Fia, Aunty Grace, dan Aunty Celia masuk ke kamarnya, membawa serta kehangatan yang sedikit meredakan kegelisahannya.

Laura tersenyum tipis melihat mereka. "Hai," sapanya lirih.

"Kau sangat cantik sekali," puji Aunty Grace, matanya berbinar.

"Terima kasih, Aunty," jawab Laura, mencoba menyembunyikan perasaan campur aduk di hatinya.

Aunty Celia menggenggam tangannya dengan lembut. "Laura, aku tahu ini pasti mendadak bagimu. Namun, Aunty sangat senang karena kau akan menikah dengan Kody. Walaupun Kody terlihat dingin di luar, yang perlu kau tahu, dia anak yang baik dan penyayang. Aunty yakin, Kody akan memperlakukanmu dengan baik karena dia tak akan mengambil keputusan menikah jika dia tak benar-benar mencintai wanita yang akan ia nikahi."

"Celia benar, Laura," timpal Aunty Grace, mengangguk setuju. "Jika Kody menyakitimu, katakan pada kami. Kami yang akan berdiri di depanmu dan memberikannya pelajaran."

"Ya... Aunty akan menghajarnya jika Kody berani membuatmu menangis," sahut Aunty Celia, dengan nada bercanda yang membuat Laura sedikit terhibur.

Laura tertawa tipis mendengar ucapan Aunty Grace dan aunty Celia.

Ia mengangguk, merasa lega karena Aunty Grace dan Aunty Celia begitu peduli padanya.

Kehadiran mereka seolah memberikan kekuatan tambahan untuk menghadapi hari ini.

Ceklek...

Pintu kamar terbuka. Connie masuk dengan wajah ceria. "Pengantin wanita, sudah waktunya acara dimulai," ucap Connie dengan senyum manis.

"Sudah waktunya? Ayo, kita harus bersiap," ucap Aunty Celia, membantu Laura membenarkan gaun pengantin sederhananya. Sentuhan lembut Aunty Celia membuatnya merasa lebih tenang.

Mereka semua keluar dan menuju ke halaman belakang Villa yang sudah dihias sederhana.

Angin sepoi-sepoi membawa aroma bunga yang menenangkan.

Di kejauhan, pergunungan tampak berkilauan di bawah sinar matahari.

Laura menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan jantungnya yang berdebar kencang.

*

Di ujung altar, Kody sudah berdiri dengan tegap. Di sampingnya, Hugo berdiri sebagai pendamping pria, memberikan senyum singkat pada Laura saat ia mendekat.

Seorang pendeta dengan wajah teduh berdiri di depan mereka, siap memberkati pernikahan ini.

Di bangku-bangku yang tertata rapi, Uncle Marco duduk di barisan depan, diikuti oleh Aunty Celia, Aunty Grace, Fia, dan Connie.

Mereka semua hadir sebagai saksi pernikahan sederhana Kody dan Laura.

Tatapan penuh dukungan dari mereka memberikan sedikit kehangatan di tengah kecamuk perasaan Laura.

Kody terpana. Laura, dalam gaun pengantin sederhana, tampak begitu memukau.

Matanya tak lepas dari Laura yang berjalan anggun ke arahnya, membawa seikat bunga mawar putih.

Setiap langkahnya seolah menghipnotis Kody, membuatnya tak bisa mengalihkan pandangan.

"Tutup mulutmu, Kody. Aku takut liumu keluar," bisik Hugo, mengejek ekspresi Kody yang begitu terpukau dengan kecantikan Laura.

"Damn it, Hugo," umpat Kody, tersadar dari lamunannya. Ia berusaha mengendalikan ekspresi wajahnya, memasang tampang tenang dan dingin seperti biasa.

Laura akhirnya tiba di altar kecil. Pendeta pun memulai pemberkatan, membacakan kata-kata suci yang mengikat mereka dalam pernikahan.

Semuanya berjalan lancar. Kody dan Laura menandatangani surat pernikahan, mengesahkan mereka sebagai suami istri di mata hukum dan agama.

Tibalah saat yang dinanti-nantikan. Pendeta mempersilakan kedua mempelai untuk berciuman sebagai tanda sahnya pernikahan mereka.

Laura tampak gugup, hanya bisa diam menatap Kody di depannya. Namun, Kody justru terlihat santai, seolah sudah tak sabar untuk melakukan hal ini.

Tanpa ragu, Kody memegang tengkuk leher Laura, menariknya mendekat, dan menciumnya.

Awalnya hanya kecupan lembut, namun Kody segera memperdalam ciumannya.

Lumatan lembut yang perlahan berubah menjadi semakin dalam dan bergairah membuat Laura sedikit terkejut.

"Hmph..." desah pelan Laura saat Kody semakin agresif menciumnya. Ia merasakan sensasi aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

"Kody... hmph... cukup," ucap Laura, mendorong pelan dada Kody agar menghentikan ciumannya. Napasnya tersengal-sengal, jantungnya berdebar kencang.

Terdengar suara tepuk tangan dan sorak riuh dari keluarga yang hadir.

Semua bahkan tertawa melihat tingkah Kody yang tak sabaran saat mencium Laura dengan begitu bergairah.

Kody tersadar dan melepaskan ciumannya. Ia melihat bibir Laura yang basah dan sedikit bengkak akibat ciuman liarnya.

Lipstik yang dipakai Laura pun sedikit berantakan. Dengan lembut, Kody mengusap lipstik yang berantakan di bibir Laura dengan ibu jarinya. Sentuhan itu membuat Laura merinding.

Tak dapat dipungkiri, Kody begitu bergairah saat dekat dengan Laura.

Sejak ia melihat Laura berjalan mendekatinya, ia sudah tak bisa menahan hasratnya untuk memeluk wanita yang kini telah menjadi istrinya.

Kody tak mengira jika dirinya akan begitu menginginkan wanita ini.

"Maafkan aku," bisik Kody, suaranya serak. "Aku terlalu terbawa suasana."

Laura hanya tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan kegugupannya.

Ia tak tahu harus berkata apa. Yang jelas, ia merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Sesuatu yang membuatnya tertarik pada Kody, namun juga membuatnya takut.

*

Acara pun berlanjut ke acara makan-makan sederhana. Semua orang menikmati hidangan sederhana yang sudah dimasak dengan penuh cinta oleh Aunty Grace khusus untuk pesta pernikahan Kody dan Laura.

Aroma masakan rumahan itu memenuhi udara, menciptakan suasana yang hangat dan akrab.

Beberapa orang berbincang riang, berbagi cerita dan tawa. Laura hanya menikmati makanannya, sesekali menjawab pertanyaan atau menimpali percakapan saat ada yang mengajaknya berbicara.

Ia masih merasa canggung dan belum terbiasa dengan status barunya sebagai istri Kody.

"Laura, ceritakan bagaimana kalian bisa bertemu?" tanya Connie, dengan nada penasaran.

"Ya?" ucap Laura sedikit kaget. Pertanyaan itu membuatnya bingung. Bagaimana ia harus menceritakan pertemuan yang begitu singkat dan penuh kejutan dengan Kody?

Belum sempat Laura menjawab, Kody sudah menyahut dengan santai. "Kami bertemu di hotel dan melakukan one night stand. Itu sebabnya Laura saat ini mengandung anakku."

Jawaban Kody itu sontak membuat semua orang terkejut, termasuk Laura sendiri. Ia menatap Kody dengan tatapan tak percaya. Mengapa Kody harus mengatakan hal itu di depan semua orang?

"Wauw... kau tak pakai pengaman saat itu?" tanya Hugo, dengan nada penasaran yang kentara.

Kody yang dikenal tidak akan menikah dan menjalani hubungan serius dengan wanita, bisa tidur dengan wanita yang baru ia kenal dan tidak menggunakan pengaman.

Hal itu membuat Hugo sedikit bingung dan memiliki firasat jika Kody sudah menyukai Laura sejak pertama kali mereka berdua bertemu.

"Ini yang dinamakan jodoh. Dan kau, Hugo, kau harus menikah juga. Kenalkan wanita pilihanmu pada Mommy dan Daddy. Jangan banyak bermain-main dengan wanita," ucap Aunty Celia, dengan nada menggoda.

Fia tertawa mendengar Aunty Celia menceramahi Hugo. Hugo menatap Fia dengan tatapan tajam, namun Fia dengan santai menjulurkan lidahnya, mengejek Hugo yang terkenal sebagai playboy.

Suasana menjadi sedikit lebih cair setelah itu. Semua orang kembali berbincang dan tertawa, mencoba mengalihkan perhatian dari kejutan yang baru saja terjadi.

Namun, Laura masih merasa tidak nyaman. Ia merasa seperti menjadi pusat perhatian dan semua orang sedang membicarakannya.

Ia melirik Kody, yang tampak santai dan tidak terpengaruh dengan apa yang baru saja terjadi.

Laura bertanya-tanya, apa yang sebenarnya ada di pikiran pria ini? Mengapa ia begitu sulit untuk ditebak?

1
Lucyana H
visulnya lebih suka yg asia,
aurel
hai Thor aku sudah mampir jangan lupa mampir juga di karya aku " istri ku adalah kakak ipar ku "
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!