"Memang ayah kamu gak ada kemana?" tanya Dira yang masih merasa janggal dengan apa yang dimaksud anak itu.
Divan berpikir. Sepertinya ia mencoba merangkai kata. "Kabul. Cali mama balu," jawab Divan. Kata itu ia dapatkan dari Melvi.
****
Bia gadis yatim piatu yang haus akan cinta. Dia menyerahkan segalanya untuk Dira, pria yang dia cintai sepenuh hati. Dari mulai cintanya sampai kehormatannya. Tapi Dira yang merupakan calon artis meminta putus demi karir, meninggalkannya sendirian dalam keadaan mengandung.
Demi si kecil yang ada di perutnya Bia bertahan. Memulai hidup baru dan berjuang sendirian. Semua membaik berjalannya waktu. Ia dan si kecil Divan menjalani hari demi hari dengan ceria. Bia tak peduli lagi dengan Dira yang wara wiri di televisi dengan pacar barunya.
Tapi rupanya takdir tak tinggal diam dan mempertemukan mereka kembali dalam kerumitan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elara-murako, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian Yang Paling Membuatku takut
"Perkenalkan, ia pegawai baru di sini," Mrs. Anne - pemiliki toko roti memperkenalkan seorang pria jangkung dengan rambut lurus dan rahang yang tirus. Lain dengan Bia yang biasa saja, Melvi justru langsung berbinar dan batinnya melayang melihat pria itu.
"Hai, saya Jared. Saya pegawai baru di sini," ucap Jared sambil memperlihatkan senyum manisnya. Bia dan Melvi bergantian menyalami Jared.
"Ibu pikir karena pelanggan semakin banyak, kalian butuh rekan kerja lagi. Tadinya Ibu mencari pegawai wanita, tapi ibu pikir pegawai laki-laki lebih bisa membantu terutama dalam bagian mengangkat barang-barang berat," jelas Mrs. Anne. Melvi dan Bia mengangguk.
Setelah itu, Melvi memaksa Mrs. Anne untuk menjadi mentor Jared. Mrs. Anne menurut saja, justru dengan begitu ia bisa kembali pulang ke rumahnya.
"Bu, saya izin pulang dulu, ya? Hanya sebentar saja karena toko juga sedang jam sepi," ucap Bia.
Mrs. Anne mengangguk sambil tersenyum. "Kau ini seperti rumahmu berada jauh di ujung kota. Kan tinggal menyeberang saja ke sana. Untuk apa izin segala," ucap wanita itu.
Bia menunduk malu. Ia beruntung bisa diterima bekerja oleh wanita itu. Mrs. Anne dan Mrs. Carol sudah berpuluh-puluh tahun saling mengenal. Sehingga ia tidak keberatan saat Mrs. Carol menitipkan Bia untuk bekerja padanya. Lagipula Bia sangat rajin dan sejak ia di sini pelanggan juga semakin ramai.
Bia melepas celemeknya lalu ia simpan di meja kasir. "Mel, aku pulang dulu!" seru Bia. Melvi melambai ke arah gadis itu. Sementara Janed tersenyum menatap punggung Bia yang semakin hilang di kejauhan. "Janed!" panggil Melvi membuat pria itu kaget.
Sementara itu Bia melewati gang menuju lantai bawah rumah susun yang ia tinggali. Ia mengetuk pintu rumah Mrs. Carol. Tidak lama, wanita tua itu membuka pintunya. "Divan tidur?" tanya Bia. Mrs. Carol mengangguk. Bia hanya menengok ke bagian dalam rumah. Setelah itu ia tetap berdiri di depan pintu.
"Kamu itu makan apa tidak, Bi?" tanya Mrs. Carol melihat tubuh Bia yang terlihat kurus. Bia mengangguk. "Dulu tidak tahu karena sedang hamil atau apa, badan kamu gemuk, lho! Makin sini kenapa jadi kurus begini?" tanya Mrs. Carol khawatir.
Bia terkekeh. "Bukan karena hamil, sih! Memang dulu aku gemuk. Mungkin karena pekerjaanku hanya belajar dan diam di rumah. Sekarang sudah bekerja, aku juga harus menjaga Divan," jelas Bia.
Mrs. Carol menggelengkan kepala. Ia heran, gadis itu masih saja terlihat kuat. "Itu, aku ingin bertemu keponakanku. Kebetulan ia dari desa di Selpis. Kemarin ia bilang mendapat pekerjaan di Heren. Aku tahu kau harus bekerja. Karena itu biar Divan aku bawa ke Heren," ungkap Mrs. Carol.
Mendengar kata Heren membuat tubuh Bia bergetar. Seperti ada dentuman di otaknya. "Divan? Dibawa ke Heren?" tanya Bia memastikan ucapan Mrs. Carol.
Wanita tua itu mengangguk. "Iya, lagi pula Divan belum pernah jalan-jalan jauh. Sesekali aku bawa ia ke kota besar. Ia pasti senang."
Bia tidak masalah jika Mrs. Carol membawa Divan jalan-jalan. Hanya saja di Heren ada Dira. Jika mereka bertemu bagaimana. Bia menggeleng. Ia tepuk keningnya. Bagaimana bisa bertemu? Dira sangat menjaga privasinya, tentu tidak sembarangan orang bisa bertemu dengannya. Selain itu, Dira tentu tidak akan mengenali Divan. Jangankan menebak Divan itu anaknya, tahu Bia dia hamili saja tidak.
Bia mengangguk. "Kapan Mrs. Carol akan pergi? Biar aku siapkan perlengkapan Divan. Tapi anak itu sangat aktif, aku takut dia merepotkanmu."
Mrs. Carol tertawa. "Dia menghabiskan lebih banyak waktu denganku daripada denganmu. Tentu aku juga hafal bagaimana dia," ucap Mrs. Carol. Bia mengangguk. Ia mengintip lagi ke dalam rumah. Divan masih belum bangun. "Aku pergi besok pagi jam delapan. Sampai di Heren sekitar pukul dua belas siang. Mungkin kami pulang lusa."
🌿🌿
****Tinggalin jempol ya kakak2 yang manis, cantik, cakep 😘. Sekalian racunin teman satu geng GC nya buat mampir ke sini juga
Doain mudah-mudahan bisa dapat rangkin 🤧😭✌️**
