Karena insiden salah masuk kamar, Elmira Maharani, seorang aktris terkenal terpaksa membuat pernikahan settingan dengan seorang pria cacat yang merupakan fansnya sendiri.
Tak disangka pria yang menikahinya ternyata memiliki dendam dari masa lalu.
Siapa sebenarnya pria lumpuh yang telah menikahinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat Apa?
Rani mematung menatap sebuah bangunan megah tempat Daniel baru saja menghilang di balik pintu kaca. Sebuah gedung perkantoran yang setahunya tak sembarang orang memiliki akses untuk masuk. Tetapi, baru saja ia menyaksikan sendiri bagaimana Daniel yang masih menggunakan kursi roda masuk dengan santainya. Bahkan dua pria bertubuh tinggi besar yang berjaga membungkuk sopan di hadapannya.
Setelah merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan, Rani keluar dari mobil. Melangkah menuju pintu masuk dengan penuh percaya diri. Namun, Rani harus menelan kekecewaan kala seorang pria berseragam navy menghalau jalannya. Bahkan pria itu seolah tak peduli meskipun wanita di hadapannya adalah seorang Elmira Maharani.
“Maaf Bu, mau ke mana?” tanya pria itu dengan sopan.
“Saya mau bertemu dengan Daniel, orang yang baru saja masuk,” jawabnya seraya mengedarkan pandangan ke sana-kemari. Tetapi dari tempatnya berdiri sekarang tak terlihat sosok Daniel.
“Apa Ibu sudah membuat janji sebelumnya?” Rani tercenung mendengar pertanyaan itu. Entah harus menjawab apa.
Setelah beberapa kali memohon untuk diizinkan masuk, petugas keamanan tersebut tak juga memberi jalan. Rani pun harus kembali ke parkiran, duduk bersandar di mobil sambil terus mengamati pintu masuk. Ia akan menunggu hingga Daniel keluar.
Sementara itu di dalam gedung, kedatangan Daniel Mahardika setelah lama menghilang mengejutkan semua orang. Tak hanya staf biasa, para petinggi perusahaan juga sangat terkejut.
“Aku tidak menyangka kamu akan memunculkan diri hari ini.” Kalimat itu menjadi sambutan pertama yang diucapkan Elana mewakili keterkejutannya.
“Aku rasa tidak ada gunanya lagi bersembunyi.” Kekecewaan terhadap Rani menjadi satu-satunya alasan bagi Daniel ingin melupakan segalanya, dan kini jati dirinya telah terbongkar. Daniel tidak memiliki alasan untuk hidup dalam penyamaran lagi.
"Memang kenapa?" tanya Elana sedikit bingung.
"Aku tidak bisa membicarakan hal seperti ini di kantor."
...........
Rani menundukkan kepala ketika melihat Daniel, Aris dan seorang wanita cantik baru saja keluar dari pintu kaca. Ia sempat mengintip untuk melihat sosok wanita yang kemudian naik ke mobil yang berbeda dengan Daniel, lalu meninggalkan parkiran bersamaan.
“Itu kan Bu Elana. Dia kenal Daniel?”
Ingatan Rani berputar ke masa lalu. Wanita cantik bak model itu adalah seseorang yang selalu ketus terhadapnya sejak pertama kali bertemu, tanpa Rani tahu alasannya. Elana yang menjadi produser untuk album pertamanya itu bahkan pernah mengusir Rani dari lokasi shooting hanya karena masalah sepele.
Rani segera menyalakan mesin mobil dan mengikuti dari belakang. Ia semakin penasaran begitu dua mobil di hadapannya berhenti di sebuah kafe yang terletak tak begitu jauh dari gedung kantor tadi.
Rani pun memutuskan untuk mengikuti. Menggunakan sweater rajut, kacamata dan topi untuk menyamarkan wajahnya. Ia juga memilih duduk dalam jarak aman, tetapi pembicaraan ketiga orang itu masih terjangkau oleh pendengarannya.
“Jadi kamu akan mengambil alih Doble M?” tanya Elana, mengingat posisi direktur utama perusahaan itu masih dipegang oleh orang kepercayaan orang tua Daniel.
“Aku tidak tertarik. Setelah menyelesaikan semuanya, aku mau kembali ke London,” jawab Dika seraya mengaduk kopi pesanannya dengan sendok.
“Terus bagaimana dengan Rani? Kamu akan meninggalkan dia?” Sesaat setelah mengajukan pertanyaan itu, tatapan Elana langsung tertuju pada Daniel demi membaca reaksi pria itu.
Benar saja, ada perpaduan antara sedih dan kecewa yang terlihat jelas dalam gambaran wajahnya. “Aku tidak peduli lagi dengannya. Untuk apa menghabiskan waktu untuk memikirkan wanita yang menjual murah tubuhnya?”
Hati Rani seperti disayat ribuan belati tajam. Hinaan demi hinaan yang dilontarkan Daniel benar-benar merobek harga dirinya hingga memaksa sepasang mata lelahnya berair.
“Oh ya, Elana ... Apa kamu yakin orang yang kamu suruh benar-benar menyampaikan kepada Rani bahwa hari itu Daniel kecelakaan?” tanya Aris memotong pembicaraan Daniel dan Elana.
Baru saja kaki Rani akan melangkah pergi meninggalkan kafe, sudah terdengar pertanyaan Aris yang membuatnya membeku di tempat.
“Aris, aku tahu kamu tidak begitu menyukai aku sejak awal. Tapi tolong jangan berusaha membuat Daniel meragukan aku.”
“Aku hanya memastikan. Jangan sampai orang yang kamu kirim memberi informasi setengah-setengah atau bahkan keliru.” Ucapan Aris membuat Elana melotot.
“Bukannya semua sudah jelas, ya?” jawabnya yakin. “Orang suruhanku sudah memberitahu Rani bahwa Daniel kecelakaan. Dan kamu tahu apa? Balasannya hanya menitipkan sebuah surat. Daniel tahu benar seperti apa tulisan tangan Rani. Iya kan, Daniel?”
Daniel mengangguk pasrah. Surat yang dibacanya beberapa hari setelah tersadar dari koma memang adalah tulisan tangan Rani.
Sementara Rani yang duduk di meja lain masih tampak tenang. Namun, hatinya dipenuhi kebimbangan.
“Surat apa? Aku tidak pernah mengirim surat untuk Daniel.”
...........