NovelToon NovelToon
Noktah Merah

Noktah Merah

Status: tamat
Genre:Romantis / Patahhati / Tamat
Popularitas:13.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: Asri Faris

Mencintaimu seperti menggenggam bara api. Semakin dalam aku menautkan hati ini semakin nyata rasa sakit yang dirasakan, dan itu membuat aku semakin sadar, tidak ada ruang sedikitpun di hatimu untukku. Aku begitu sangat mencintainya, tapi tidak untuk dia, dia bahkan tidak pernah melihat kesungguhan aku sedikit saja.


Nabila maharani bagai menelan pil pahit dalam hidupnya, di malam pengantin yang begitu bahagia, ia disuguhkan dengan takdir atas kehancuran dirinya. Ternoda di malam pengantin, sesuatu yang ia jaga terenggut paksa oleh sahabat sekaligus adik iparnya. Bisma maulana ikhsan kamil, ada apa denganmu???

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 21

Bila diliputi rasa gelisah yang tak berkesudahan. Hingga Dokter keluar dari ruang pemeriksaan dan memberikan keterangan.

"Keluarga pasien ananda Razik," seru dokter dengan name tag Najwa.

"Iya, Dok. Saya ibunya, apa anak saya baik-baik saja?" Bila menyorot Dokter itu dengan perasaan cemas.

"Sebaiknya urus pendaftaran dulu ya, Bu, sementara pasien akan dipindahkan ke ruang rawat inap."

"Iya, Dok, segera saya laksanakan," jawab perempuan itu cepat.

"Ibunya Razik, nanti bisa datang ke ruangan saya untuk keterangan diagnosa Razik," pungkasnya sebelum beranjak. Bila mengangguk ngerti. Setelah melakukan pendaftaran, Bila segera menemui Dokter Najwa yang sudah menunggu di ruangannya.

"Ustadz, saya titip Razik sebentar, saya harus ke ruang Dokter Najwa," pamitnya seraya bergegas.

"Iya, Bila. Kabari aku segera bila ada yang perlu dirembug," ucap pria berumur dua tahun lebih tua dari Bila itu.

Bila memasuki ruangan Dokter Najwa. Setelah mengetuk pintu, ibu dari satu anak itu dipersilahkan duduk di kursi yang telah tersedia.

"Dokter, sebenarnya anak saya sakit apa? Apa ada indikasi yang serius?" tanyanya gusar.

"Untuk pemeriksaan tahap awal, ananda Razik sepertinya kecapean. Namun, untuk lebih jelasnya, sebaiknya kita melakukan pemeriksaan lebih lanjut, seperti cek lab."

"Kenapa harus cek lab Dokter, bukankah Dokter bilang kemungkinan hanya kecapean, lantas saya harus bagaimana?"

"Sebaiknya Anda berembug dulu dengan suami Anda, Bu, sejauh ini belum ada indikasi yang mengarah ke suatu penyakit yang menjurus, namun untuk lebih jelasnya, Razik melakukan cek up lanjutan."

"Iya, Dok. Lakukan saja yang terbaik, saya akan mengikuti anjuran Dokter."

"Begini, Bu, berhubung, alat-alat medis di sini masih kurang lengkap, sebaiknya Ibu rujuk saja ke kota besar. Di sana akan lebih jelas, dan mendapatkan penanganan yang maksimal. Semoga dugaan saya tidak benar."

"Iya, Dok, akan saya pertimbangkan," jawabnya gusar.

Usai dari ruang dokter, Bila langsung menuju ruang rawat Razik, di sana masih ada Ustadz Zaki yang setia mendampingi.

"Maaf, Ustadz, merepotkan Anda, terima kasih sudah menjaga, silahkan kalau Ustadz mau pulang, saran dokter, Razik masih harus menjalani pemeriksaan lanjutan," ucapnya merasa sungkan.

"Bila, jangan merasa tak enak, kamu sudah seperti keluarga sendiri di pesantren, apalagi Umi, sudah menganggap Razik seperti cucu sendiri. Saya temani kamu jaga di sini ya? Jangan khawatir, nanti saya tidur di luar."

"Hmm, jangan Ustadz, lebih baik Ustadz pulang saja, di rumah anak-anak sudah menunggu kajian dari Ustadz."

"Tapi, bagaimana denganmu?"

"Jangan khawatir Ustadz, saya tidak apa-apa." Karena jadwal mengajar di pesantren yang padat, membuat Ustadz Zaki mengiyakan.

"Bunda ...." Si kecil Razik tersadar dari tidur sementaranya. Begitu siuman, anak itu langsung mencari ibunya.

"Iya, sayang, Bunda di sini nak, apa yang sakit sayang." Razik menggeleng lemah.

"Pengen pulang, di sini tidak bisa main, tidak enak suruh tidur terus," ucapnya menggemaskan.

"Kan Razik sakit, tunggu besok ya, sebentar lagi pasti sembuh."

"Azik sudah sehat, Bunda lihat sendiri, Razik sudah bisa bergerak lincah." Bocah kecil itu terus berceloteh di atas ranjang, merasa tak nyaman.

Setelah dirawat selama dua puluh empat jam, Razik terlihat segar bugar. Anak itu pun sudah boleh pulang, namun tetap harus banyak istirahat di rumah.

"Hore ... pulang! Pulang!" seru Razik girang, begitu Ustadz Zaki meluangkan waktunya untuk menjemput.

"Terima kasih Ustadz, lagi-lagi saya merepotkan," ujar Bila merasa sungkan.

"Sama-sama, Bila." Ustadz Zaki mengangguk dengan senyuman.

Mereka pulang ke pesantren pas kumandang dhuhur. Setelah menepikan mobilnya di halaman pondok, Ustadz Zaki langsung pamit menuju masjid.

"Bun, Razik mau ikut sholat di masjid ya," rengeknya maksa.

"Sayang, kamu masih perlu istirahat, Razik sholatnya di rumah saja ya, nanti ditemani Bunda."

"Jangan khawatir, Bun, Razik merasa sudah sehat." Bocah kecil itu berhambur, lari-lari kecil menuju masjid yang tak jauh dari rumah utama. Semenjak datang ke pesantren, Bila yang waktu itu datang dengan kondisi berbadan dua, secara khusus mendapat tempat di hati Umi Rumi, istri dari pak kyai.

Bila diperbolehkan tinggal di dhalem (rumah utama), perempuan itu sangat bersyukur, di tengah kondisinya yang putus asa bisa mendapat tempat dengan orang-orang baru yang menyayanginya.

Satu kesalahan terbesar dalam diri Bila, ia tidak pernah jelas jujur dengan statusnya saat ini. Perempuan itu hanya menjelaskan pernah menikah, dan sedang mengandung. Sengaja singgah ke pesantren untuk belajar dan ingin menenangkan diri. Berharap besar, dengan berada di lingkungan yang baik, dan mempunyai kegiatan positif, Bila bisa mengikis memori yang menyakitkan.

Tidak mudah untuk Bila bangkit, setiap malam-malam menyapa, hatinya selalu diliputi gerimis tangis dan kesedihan. Memohon ampunan atas tindakannya itu di setiap sujud panjangnya. Ia tidak pernah memilih menjadi seperti ini, hingga tepat di hari kelahiran Razik, alhamdulillah semua dimudahkan. Bila juga mengabari orang rumah. Ayah dan Bunda menangis haru melihat gambar bayi mungil dalam dekapan putrinya.

Berkali-kali Bunda menyuruh Bila untuk pulang, namun Bila belum siap untuk kembali. Bila lebih kepada tidak siap untuk melanjutkan hidup dengan Bisma. Setelah mengabari kelahirannya, Bila mengirim foto anak mereka, sekaligus sebuah pernyataan yang sangat menyakitkan untuk pria itu. Berkali-kali Bila meminta Bisma untuk menceraikannya, namun Bisma selalu menolak. Entahlah, setahun berpisah tidak membuat pria itu menyerah. Bila yang lelah, membiarkan saja kehidupannya mengalir seperti air. Hingga sekarang Razik tumbuh menjadi anak yang pintar.

"Umi, berat hati Bila sampaikan, Pesantren ini sudah seperti keluargaku sendiri, namun, sepertinya Bila harus kembali," pamit Bila di suatu sore.

"Kamu sudah mendapatkan jawaban, Nak. Umi senang kamu akhirnya pulang, semoga hatimu sudah ikhlas." Umi Rumi berhambur memeluk Bila, sudut matanya mengembun, beliau adalah saksi bisu perjalan Bila yang tak mudah.

"Kalau boleh jujur, Umi sebenarnya keberatan untuk melepasmu, Bila. Kamu sudah seperti anak Umi sendiri, dan Razik, pasti Umi akan sangat merindukannya." Umi Rumi tidak mempunyai anak perempuan, kehadiran Bila di sana memberikan warna tersendiri untuk beliau.

Banyak pertimbangan yang diambil Bila, selain karena kedua orang tuanya. Bila juga harus meminta penjelasan tentang statusnya. Bila masih tidak mengerti, kenapa selama tiga tahun lebih berpisah, tidak cukup membuat pria itu menyerah dan menjatuhkan talaq. Itu sungguh sangat mengganjal di hati Bila, ia diliputi rasa bimbang untuk melangkah ke depan.

"Kamu mau pulang kapan? Biar saya antar, sekalian silaturahmi dan berkenalan dengan orang tuamu," tawar Ustadz Zaki memperjelas.

"Lusa, Ustadz. Terima kasih, nanti Bila pulang sendiri saja."

"Tidak pa-pa, Bila. Kebetulan saya memang ada agenda di kota, minggu depan," jelas Ustadz Zaki. Pria lulusan Kairo itu didaulat menjadi salah satu dosen tamu di salah satu universitas terkemuka di Jakarta. Suatu kehormatan yang sempat membuatnya bimbang untuk meninggalkan pesantren. Namun, hari ini juga, pria itu mendapat jawaban untuk mengiyakan.

.

Tbc

1
Cee Suli
part ini bikin nangis🥺🥺
Surati
bagus ceritanya 👍🙏🏻 semangat thor 💪
Wahyunni Winarto
akhirnyaa cinta tdk akan salah memilih untuk pulang🥲🥲
Wahyunni Winarto
nyesekkk sekali😭😭😭
Bundanya Syahdan
ya ampun razik, kamu datang disaat yg tidak tepat nak 😭
Bundanya Syahdan
mana ketemu mantan lagi 😭
Hani Hani89
novelnya judul nya apa yg sama Azmi
Bundanya Syahdan
wah akhirnya bila balik juga, dan langsung ketemu bisma nhhak tuh 😭
Bundanya Syahdan
ayo bisma pepet teroooss 🤭🤣
DozkyCrazy
Luar biasa
Faris Fahmi
percuma menyendiri di pesantren bila
kalo masih memendam kebencian
aturan berkumpul aja sama emak2 tukang gosip, baru maklum kalo masih benci sama bisma
Linda Febri
Luar biasa
Mumun Munawwaroh
itu suamimu bila
gia nasgia
candunya Bisma
Gita mujiati
Luar biasa
Gita mujiati
Lumayan
Idhar Dar
Bagus masih mau lanjutannya
Jumi Nar
Luar biasa
Borahe 🍉🧡
jodohnya Gua Azmi nih. hahaha
Borahe 🍉🧡
haha "kok mau?? "
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!