Zakia Arabelle Lawrance harus menelan kenyataan pahit saat mendapati suami yang selama ini ia anggap setia ternyata tak lebih dari seorang bajingan.
Setelah perceraian dengan suaminya, dirinya harus memulai kembali hidupnya. Menata kembali masa depannya. Tekadnya bulat untuk membuat siapa saja yang menghina dirinya malu dan tunduk dibawah kakinya.
Namun, ditengah jalan cinta kembali hadir mengusik ketenangan batinnya. Bukan hanya satu namun beberapa pria sekaligus terlibat dengannya. Namun, pada siapakah Zakia menentukan pilihannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Tony terdiam mematung sama seperti Sari. Tony diliputi rasa bersalah di hatinya. Terlebih saat melihat Zakia bersikap baik dan ramah. Berbeda dengan Sari yang kebingungan.
Semua orang tampak lega saat melihat Riny ada bersama Zakia. Pengawal yang mencarinya juga bernama lega, bagaimana tidak mereka disuruh mencari anak kecil yang bahkan tak pernah mereka temui.
"Maaf jika membuat kalian khawatir, tapi adik ini tadi berada di luar sendirian" Zakia menyerahkan Riny ke dalam gendongan Sari.
"Hati-hati dia tertidur. Mungkin dia kecapekan" Ucap Zakia pelan pada Sari.
Dengan hati-hati Sari mengambil Riny dalam gendongan Zakia. Tampak Riny menggeliat kecil saat berpindah ke dalam gendongan Sari.
"Bukan maksud mengusir, kalian sebaiknya bawa anak kalian pulang. Selain lelah, dia juga sepertinya jenuh. Kalian harusnya lebih memperhatikan dia lagi. Pemisi. Assalamualaikum" Ucap Zakia pelan lalu meninggalkan mereka berdua yang terdiam mematung.
Zakia kembali mendekat kearah Tania dan suaminya.
"Eh, yang ketemu mantan suami" Ledek Tania.
"Kenapa? " Tanya Zakia polos.
"Berbunga-bunga gak tuh? "
"Kenapa harus berbunga-bunga? "
"Tau ah, Kia. Kamu emang paling gak bisa diajak bercanda. Tapi sekalinya bercanda malah bikin orang jengkel" Kesal Tania.
"Lah ngamuk"
"Sudah-sudah, kalian ini selalu aja ribut. Kayak tom and Jerry tau nggak" Ucap Albert.
"Mbak Nia tuh"
"Eh apa? "
"Sudah-sudah, ya Tuhan" Zidan hanya terkekeh melihat raut pasrah Albert.
"Mas Zidan, ikut Kia bentar yuk" Ajak Zakia pada Zidan.
"Eh gak ada ya. Mau apa kamu Kia? "
"Kok jadi Mbak Nia yang sewot sih? "
"Kamu mau berduaan sama Zidan, yang ada Mbak bisa disidang ayah"
"Kia ada urusan sebentar sama Mas Zidan. Kebetulan paket Kia udah dateng. Kia mau minta tolong sama Mas Zidan"
"Oh Mbak kira.. "
"Mbak Nia gitu. Selaku berpikiran buruk sama Kia" Kia mengerucutkan bibirnya tanda dia kesal.
"Ya kan... "
"Sudah, Kia sana selesaikan urusan kamu dulu. Bro, titip adek gue ini. Jangan lo apa-apain bisa ngamuk bini gue" Pesan Albert pada Zidan.
"Kita bakal diskusi bukan mau kencan" Balas Zakia sinis.
"Ya siapa tau kan? "
"Mbak Nia usilin Kia lagi, nanti malam Kia gak dateng loh"
"Anceman" Tania mencebik sebal.
"Maaf Kia, bisa kita diskusi besok saja. Aku mau pulang dulu"
"Kok buru-buru sih, Dan? "
"Koper aja ku tinggal di hotel, Nia"
"Maksudnya gimana? "
"Aku baru landing tadi pagi, langsung ke hotel buat mandi sama ganti baju aja. Terus ke acara kamu" Jelas Zidan.
"Besok pagi ya, Mas. Kia tunggu loh" Zakia langsung memotong percakapan Tania dan Zidan.
"Kia Mbah belum selesai bicara ini" Zakia tak menghiraukan ocehan Tania, dia menatap Zidan dengan tatapan memohon.
"Iya besok pagi aku ke sini lagi. Sekarang aku pamit ya, kangen ibu" Pamit Zidan.
"Hati-hati Mas"
"Hati-hati Dan"
"Hati-hati Bro"
"Aku pulang, titip salam sama om dan tante ya"
"Siap"
"Assalamualaikum"
"Waalaikumusalam" Jawab ketiganya kompak.
"Mbak Nia sama Kak Albert mending istirahat aja, tamu nanti malam lebih banyak dari acara pagi ini. Siapkan energi kalian buat berdiri dengan senyum merekah nanti malam" Ucap Zakia mulai menggoda Tania.
"Nah, mulai usilnya" Zakia tergelak mendengar ucapan Tania.
"Kia mau ganti baju dulu. Mau ke resto setelah itu langsung ke hotel buat ngecek ballroom hotelnya"
"Kia, biarkan itu jadi urusan WO "
"Gak papa, Kia tau Mbak Nia sebenarnya takut kalau hasilnya tak memuaskan. Kia paling tahu siapa Mbak Nia, jadi jangan khawatir semua sesuai keinginan Mbak Nia nantinya"
"Mbak hanya takut kamu sakit, Kia"
"Doakan saja Kia selalu dilimpahi nikmat sehat dari-Nya"
"Amin"
Zakia langsung meninggalkan pengantin baru itu untuk ke kamarnya. Zakia hanya berganti pakaian tanpa menghapus make-up di wajahnya. Karena Zakia memang menggunakan make-up tipis, bahkan sangat tipis.
Setelah dirasa tidak ada yang tertinggal Zakia langsung keluar untuk berpamitan pada kedua orang tuanya dan sanak saudara yang menginap. Pastinya jalan untuk dirinya keluar tak semudah itu. Setelah drama cukup panjang bersama Nita, akhirnya Zakia lolos karena bantuan Tania.
Disinilah Zakia berada saat ini. Restoran miliknya, setelah menyapa beberapa karyawannya yang tak lain adalah anak-anak panti tempat dirinya dibesarkan dulu.
Zakia memang sengaja membangun restoran ini untuk anak-anak panti yang sudah lulus sekolah menengah atas. Karena tak mungkin bagi panti untuk terus membiayai kebutuhan mereka, sudah saatnya mereka mencari jati diri mereka sendiri. Jadilah sekarang, anak panti yang sudah lulus dari sekolah menengah atas bekerja padanya.
"Rita, Utami keruangan Mbak ya. Ada yang Mbak bicarakan" Pinta Zakia pada dua karyawannya yang merupakan anak panti.
"Tapi kita beresin meja ini dulu ya, Mbak" Zakia hanya mengangguk saat kedua gadis yang dipanggilnya itu membereskan sisa pembeli yang telah selesai makan.
Zakia berlalu terlebih dahulu ke ruangannya. Sampai di ruangannya ia langsung mengecek laporan harian yang ada di mejanya. Zakia memang sengaja meminta laporan harian yang berisi evaluasi semuanya. Evaluasi menu yang menjadi best seller, karyawan, menu makan baru, bahkan bahan makanan pun Zakia juga turut andil dalam berbelanja. Bukan tak percaya pada karyawannya, tapi Zakia benar-benar ingin mendapatkan bahan dengan kualitas terbaik. Jadi dia harus tau berapa harga dan melihat prospek ke depannya.
"Assalamualaikum Mbak Kia" Ucap dua gadis yang Zakia panggil tadi.
"Wa'alaikumussalam. Kalian duduk lah" Mereka berdua duduk di kursi yang disediakan di depan meja kerja Zakia.
"Tujuan Mbak panggil kalian berdua ke sini, Mbak cuma mau tanya. Kalian sudah lulus SMA tahun lalu. Apa tidak ada niat untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya? " Tanya Zakia pelan menatap dua gadis yang menjadi adiknya di panti.
"Kalau keinginan itu pasti ada Mbak. Tapi kita terkendala biaya, Mbak" Jawab Utami yang diangguki Rita.
"Iya Mbak. Kalau kita lanjut kuliah, kasihan adik kita yang lain, mereka juga harus sekolah" Tambah Rita.
Zakia tersenyum lembut mendengar jawaban kedua gadis ini.
"Kalian kan sudah kerja, Mbak bisa bantu sisihkan gaji kalian untuk biaya kuliah kalian" Tampak ada binar harapan kegembiraan yang Zakia tangkap dalam sorot mata dua gadis itu.
"Betul Mbak? " Tanya Utami dengan semangat. Zakia mengangguk dengan senyum manisnya.
"Boleh Mbak. Tapi kita juga mau sisihkan buat adik-adik kami di panti. Kita kuliahnya di kampus seberang saja, jadi kita gak perlu jajan"
"Iya Mbak betul kata Rita. Jadi dengan begini kita bisa bantu keuangan panti meskipun tak seberapa"
Ya Allah mereka berdua gadis yang baik. Batin Zakia bergemuruh mengucap syukur.
"Untuk panti kalian tak perlu khawatir. Mbak mendirikan restoran ini khusus untuk panti. Dengan kata lain, hasil penjualan dari restoran ini milik panti. Jadi uang kalian bisa kalian tabung untuk keperluan kalian nantinya"
Rita dan Utami bangkit, lalu memeluk Zakia dari kanan dan kirinya. Mereka menangis dalam posisi memeluk Zakia.
"Makasih Mbak Makasih, kami kira Mbak Kia tak peduli lagi dengan kita semenjak menikah" Rita berbicara dengan air mata yang terus mengalir.
"Semenjak Mbak menikah, donatur kita semakin merosot dari tahun ke tahun. Bahkan tahun ini ada beberapa yang rela tak mendaftar ke jenjang selanjutnya karena gak ada biaya"
"Maafkan Mbak, anggap saja kepergian Mbak untuk membuat pemasukan tersendiri untuk panti. Jadi kalian tak perlu khawatir jika tak ada donatur. Karena mulai saat ini panti memiliki penghasilan sendiri"
"Tapi Mbak. Ini uang Mbak, kenapa Mbak kasih ke panti semua? "
"Mbak ikhlas, Mbak tahu bagaimana kerasnya menjadi anak panti. Mbak hanya tak ingin kalian dan adik-adik yang lain bekerja begitu keras hanya untuk bersekolah. Mulai saat ini untuk kalian dan adik-adik kalian harus fokus pada belajar, belajar dan belajar. Mbak yakin kalian semua akan sukses. Ketika kalian sudah sukses nanti kembalilah ke panti untuk menjaga ibu dengan baik. Karena bagaimanapun ibu memberikan kasih sayang pada kita"
"Iya Mbak" Jawab keduanya kompak.
"Mbak mungkin tak bisa sering ke panti, karena Mbak sekarang juga sudah memiliki keluarga. Tapi akan Mbak usahakan seminggu sekali berkunjung. Sampaikan salam Mbak untuk adik dan ibu panti ya"
"Iya Mbak"
"Oh iya Mbak. Kalau kita kuliah, gimana caranya kita bisa kerja? " Zakia tersenyum mendapat jawaban polos dari Utami.
"Utami, kuliah tidak sama dengan sekolah. Kamu bisa menuntut ilmu sambil bekerja. Jadwal kalian tak akan tetap seperti saat sekolah dulu. Jadi kalian bisa tenang untuk itu. Kalian harus fokus dengan kuliah dan jaga kesehatan kalian. Karena kuliah sambil bekerja membutuhkan tenaga ekstra. Tapi Mbak yakin kalian bisa"
"Doakan Mbak dapat rejeki lebih, Mbak rencana mau beli tanah yang di sebelah, yang kita sewa jadi lahan parkir. Ternyata lahan itu sangat luas. Mbak berencana ingin membuatkan mess untuk karyawan. Jadi karyawan yang ngekos atau jauh bisa tinggal di sana. Sama seperti kalian, jadi kalian bisa tinggal di mess juga. Untuk menghemat waktu jika kalian ada tugas kuliah dan harus pulang ke panti. Itu akan membuang energi kalian" Tampak ide Zakia mendapat respon anggukan dari dua gadis didepannya.
"Tapi ingat, meskipun nanti kalian tinggal di mess, tetap pulang ke panti untuk menjenguk adik-adik panti dan ibu panti"
"Itu pasti Mbak. Semoga keinginan Mbak Kia bisa terkabul"
"Amin"