Feni sangat cemas karena menemukan artikel berita terkait kecelakaan orang tuanya dulu. apakah ia dan kekasihnya akan kembali mendapatkan masalah atau keluarganya, karena Rima sang ipar mencoba menyelidiki kasus yang sudah Andre coba kubur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Khawatir
Feni berlari cepat menuju rak obat, membuka kotak persediaan obat di rumah itu. Tapi tak ada salep luka bakar, padahal Feni sangat yakin kalau pasti ada salep luka bakar di rumah ini.
Feni berpindah menuju laci-laci dan akhirnya menemukan sebuah salep di laci itu. Ia sempat melihat mereknya dan expired produk itu.
Namun saat mengembalikan kotak obatnya, tak sengaja jatuh beberapa mab dari atas meja.
"hati-hati sayang" kata Erlang mendekat kearah Feni.
"Sini tangannya" kata Feni sebelum Erlang membantunya membereskan berkas yang jatuh tadi.
Erlang menyodorkan tangannya, krem putih yang dingin di kulit itu di ratakan di ujung jari Erlang.
"Biar aku yang bereskan berkasnya, kamu tunggu di meja makan aja" pinta Feni setelah urusannya dengan tangan Erlang selesai.
Erlang tak beranjak dari posisinya, Feni berjongkok membereskan map itu tapi beberapa isinya berhamburan keluar.
Tangan Feni memungutnya tapi ia tanpa ada niat melihat sebuah artikel. Tangan Feni terhenti menatap artikel itu cukup lama.
Erlang yang menyadari itu merebut artikel itu dari tangan Feni.
"Kayaknya itu berkasnya kak Rima, kenapa dia punya artikel itu?" Ucap Feni.
Erlang menatap kekasihnya, dan bergantian menatap artikel itu. Artikel itu adalah sebuah berita kecelakaan Feni dan orang tuanya.
"Mungkin ini berkas lamanya Rima" kata Erlang memasukan berkas itu kembali ke mab nya dan menarik Feni menjauh dari tempat itu
Feni menyendoki nasinya kemulut, pandangan kosong dari tadi. Ia terlihat memikirkan sesuatu. Erlang sangat paham sifat Feni, pasti Feni sedang terpikir tentang artikel tadi.
"Sayank" panggil Erlang menggenggam tangannya.
"Hmmm"
"Habis ini mau beli eskrim"
Feni menggeleng. Erlang menghela nafasnya, Feni menolak makanan kesukaannya.
"Memikirkan artikel tadi?"
"Hmmmm Andre pernah bilang, aku harus iklas dengan kepergian papa dan mama. Walaupun banyak berita beredar tentang mereka. Jangan pernah mencoba mencari tau apapun itu"
"itu janji aku sama Andre, jika saat ini kak Rima sedang menyelidiki sesuatu dan itu berhubungan dengan almarhum mama dan papa. Aku sedikit khawatir tentang itu" lanjut Feni.
Erlang menarik nafas dalam, dia sangat paham apa yang dikatakan kekasihnya. Ia sangat tau juga bagaimana Andre menahan dirinya saat di kepolisian untuk tidak menyelidiki kematian papa dan mamanya.
"Jangan cemas kan sesuatu yang belum terjadi. Jika Andre tak akan menyelidiki kasus itu, pasti Rima juga gak akan menyelidiki kasus itu" Erlang mencoba menenangkan.
Feni mengangguk, Erlang mencoba tersenyum. Feni balik tersenyum walaupun terlihat dipaksa
................
"Lang, tumben kesini" Rima keluar dari kantornya. 10 menit yang lalu sebuah pesan masuk dari Erlang.
Wajah Erlang terlihat serius, sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu yang penting.
Rima duduk di bangku sebelah Erlang duduk.
"Ada masalah apa?" Tanya Rima
"Loe lagi mengusut masalah apa?"
"Hah... Kok tiba-tiba. Kenapa?"
"Kemaren gue sama Feni masak di rumah, Febi gak sengaja ketemu berkas yang loe tarok di lemari ruang tengah" kata Erlang.
"Feni baca artikel itu"
Erlang mengangguk.
Rima terdiam sesaat.
"Gue akan hati-hati" kata Rima yang mengerti sebenarnya apa yang ingin Erlang dengar.
"Feni khawatir sama loe, bagaimanapun loe keluarga dia aaat ini"
Rima mengangguk mengerti.
"Andre tau masalah ini?"
Rima menggeleng.
"Tolong jangan kasih tau Andre" lanjut Rima
Erlang mengangguk mengerti.
...****************...