Seorang gadis bernama Anantari yang bercita-cita dirinya menjadi seorang ratu istana kerajaan. Perjuangan menjadi ratu kerajaan tidaklah mudah. Ketika ia ingin mewujudkan mimpi sebagai seorang ratu—terlalu banyak sekali hal yang harus ia hadapi, halangan-demi halangan terus menghampiri.
Namun ia adalah seorang gadis yang hebat. Dan tidak pernah menyerah akan mimpinya. Itu semua ia jadikan petualangan, sebuah petulangan yang panjang yang penuh lika-liku, dan Anantari selalu menjalani petualangannya menjadi seorang ratu dengan sangat riang gembira. Walaupun tidak mudah Anantari mencoba tidak menyerah, sampai mimpi menjadi seorang ratu terwujud.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikhlas M, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Lalu Esa mencoba mengeluarkan seluruh tenaganya. Dia mulai menarik napas dalam-dalam, memejamkan matanya, mengucapkan sebuah mantra.
“Nyala api, bangkitlah. Aku memanggilmu!”
Seketika tubuhnya menjelma menjadi manusia api.
Tatapannya begitu tajam kepada musuhnya.
“Darrrrr!” Petir menyambar. Awan yang tadinya biru kini menjadi kelabu. Menandakan Esa begitu marah.
“Siapa dia sebenarnya? Dia sepertinya sangat kuat. Batin musuhnya bertanya-tanya. Dia mulai ketakutan dengan kekuatan Esa.
Pertandingan semakin menegangkan.
Anantari menohok. Dia tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Dirinya pernah mendengar, bahwa dahulu ada seseorang yang tinggal di desanya yang mempunyai kekuatan sihir yang sangat kuat. Dia menggunakan kekuatan api sebagai senjata utamanya.
Anantari berpikir bahwa itu adalah leluhur dari keluarga Esa. Ketika Esa berada di puncak kemarahannya, dirinya menjelma menjadi Manusia Api dan sangat kuat hingga susah untuk di taklukan.
Lalu Esa melancarkan serangan kepada musuh bertubi-tubi lebih cepat.
“Blarrr, blarrr, blarrr!” Esa melemparkan bola-bola api kepada musuh. Namun musuhnya hanya bisa menghindar. Hanya menggunakan pertahanannya saja.
Esa tidak pernah memberikan musuh sedikitpun celah untuk menyerang. Sekarang Esa lebih unggul. Dia sangat kuat. Sekali saja musuh terkena pukulan Esa, dalam wujud Manusia Api musuhnya akan tumbang.
“Wusssssh!” Esa mulai menyerang musuhnya, menghampirinya. Lalu memukul perut lawannya.
“Brakkkk!” Seketika Esa berada di atas musuhnya memberikan pukulan demi pukulan.
“Boom!” Musuhnya terlempar jatuh dari atas langit ke bawah, oleh pukulannya. Debu-debu mulai berterbangan. Seperti bom yang jatuh dari langit.
“Sangat mengejutkan! Pemuda itu kuat. Dia mempunyai kekuatan bara api. Aku rasa yang memenangkan pertandingan ini ialah orang itu, orang yang mempunyai kekuatan api!” Seru salah satu penonton takjub.
Para penonton begitu takjub dan terheran. Pertandingan begitu menarik.
Juga sang raja, dia begitu takjub dengan Esa. Dia mulai berpikir bahwa Esa akan menjadi prajurit yang tangguh suatu saat nanti.
"Ohok, ohok!” Sang musuh tumbang. Pertandingan usai.
“Tenggg!” Lonceng di bunyikan. mendadakan pertandingan telah berakhir. Dan Esa memenangkan pertandingan.
“Hebat kamu Esa, aku sangat terkesan padamu.” Batin Anantari.
Esa kembali menjadi wujud manusia. Dia sangat begitu lelah. Namun dia senang telah memenangkan pertandingan.
“Sepertinya aku harus beristirahat, aku sangat lelah.” Gumamnya dalam hati.
Lalu dia menghampiri musuhnya yang masih tergeletak di arena pertandingan. Dia melambaikan tangannya kepada pemuda itu.
“Kamu sangat kuat! Aku kagum padamu!” Seru Esa sambil mengulurkan tangannya kepada pemuda tersebut.
“Terimakasih. Kamu juga begitu hebat. Sangat kuat, aku sering bertarung dengan orang-orang kuat. Namun aku tidak pernah sekalipun kalah. Dan kini kamu mengalahkanku. Kamu hebat. Aku terkesan padamu!” Seru lawannya Esa tersenyum kepadanya.
Lalu mereka berdua mulai meninggalkan arena pertandingan. Esa menggendong musuhnya. Selain kuat dan cerdas dia juga baik hati.
...----------------...
Kini giliran Anantari bertarung. Pertandingan ketiga hendak akan di mulai. Anantari melawan seseorang yang berbadan tinggi besar. Itu adalah seorang lelaki yang ia termui ketika raja berpidato sebelum sayembara prajurit di mulai.
Dia seseorang yang selalu membawa Haltere (sebuah alat berat untuk latihan angkat beban pada zaman dahulu). Musuhnya menatap tajam Anantari.
Dia merasakan energi yang sangat kuat yang di pancarkan oleh tubuh Anantari.
Musuhnya tahu jika Anantari bukanlah orang yang sembarangan. Dan dia mulai serius bertarung. Mengerahkan seluruh kekuatannya.
Begitupun Anantari yang bersiap untuk melancarkan serangan. Anantari mulai menarik napas dalam-dalam. Dia memejamkan matanya.
“Tengggg!” Suara lonceng kembali di pukul.
Seketika Anantari menghilang. Lenyap dari arena pertandingan. Dia berteleportasi hanya dalam hitungan detik dia bisa berada di sebelah lawannya. Lalu melancarkan serangan pertamanya. Pukulan yang bertubi-tubi.
“Brak, brak, brak!” Anantari terus melancarkan serangan. Dengan memukul lawannya bertubi-tubi.
Namun lawannya hanya melakukan pertahanan saja.
Dia sedang mencari celah titik lemah Anantari.
Lalu ketika beberapa menit bertarung, lawannya Anantari menemukan titik kelemahan Anantari.
“Itu dia aku menemukan titik lemahnya.” Lalu musuhnya melemparkan Halere nya kepada bahu Anantari. Lemparan yang pas. Haltere itu menghantam cepat bahu Anantari.
“Brak!” Anantari terhempas jatuh.
Namun ketika ia ingin hendak bangun.
“Tingg!” Musuhnya tiba-tiba berada di depan Anantari, dengan cepat dia berteleportasi. Dan menghantam keras bahu Anantari dengan pukulannya.
“Buuuushh!” Anantari terpental jauh.
“Boom!” Tembok arena pertandingan retak karena Anantari terlempar begitu kencang.
“Aa, sakit sekali.” Gumamnya.
Lalu musuhnya tak memberinya ampun. Dia menghantam terus Anantari dengan pukulan-pukulannya.
“Ting!”
“Brak, brak, brak!” Ketika pukulan bertubi-tubi menghantam Anantari. Dia mulai geram. pada saat pukulan ke empat musuh di lontarkan, seketika Anatari mencoba menahan pukulan itu, dengan tangan kirinya. Lalu Anantari mengamuk.
“Sudahlah, aku akan mengakhiri pertandingan ini!” Seru Anantari.
Lalu dia mengucapkan mantra sihir.
Dia memanggil kekuatan dari dewi air.
“Wahai dewi air, dengarlah panggilanku. Aku memanggilmu. Wujudlah! Berikan semua kekuatanmu kepadaku!” Seru Anantari.
Seketika hujan turun mengguyur arena pertandingan.
“Apa ini? Tiba-tiba saja ada hujan. Padahal tadi langit sepertinya sangat cerah. Sepertinya dia bukanlah orang biasa. Dia sama seperti calon prajurit yang bisa menjelma jadi manusia api.” Gumam salah seorang penasihat raja.
“Ya, kamu benar penasihatku. Aku bisa merasakan aura kuat yang terpancar dalam diri wanita itu. Kekuatannya tidak jauh berbeda dengan manusia api tadi.” Sahut sang raja yang sedang menyaksikan sayembara.
“Sudahlah. Kita lihat saja nanti siapa yang lebih hebat.” Gumam sang raja.
Air hujan semakin deras. Anantari mengamuk
“Wahai dewa-dewi kehidupan, berikanlah aku seluruh kekuatanmu untuk bertarung!” Seru Anantari.
“Buuuushh!” Seketika seluruh air mengumpal menjadi satu. Air itu hanya berada dalam kendali Anantari. Dia bisa memerintahkan apa saja yang dia mau.
Kemudian air itu mengumpal membentuk sebuah senjata. Itu adalah tombak, Anantari hendak membentuk kekuatannya menjadi sebuah tombak.
“Musnahkan!” Seketika, air-air menyerang ke arah lawan. Mengejarnya. Sang lawan hanya bisa menghindar dan menahan serangan demi serangan.
Dan dia mencoba melempar kembali Halterenya kepada Anantari.
Namun sayang kali ini perlawannya sia-sia. Seberapa pun musuhnya berjuang, perlawannya tidak cukup mampu untuk menyerang Anantari. Karena haltere itu dapat di tahan dengan mudah oleh kekuatan airnya Anantari.
Dia sekarang jauh lebih kuat di banding sebelumnya.
“Musnahkan!” Seru Anantari.
Seketika segumpalan air berbentuk tombak itu menghantam musuh. Lalu musuhnya terpental jauh beberapa meter. Berguling-guling di atas tanah arena pertandingan.
“Buushhh!” Musuh terlempar jauh oleh serangan Anantari.
Dia mulai tak kuasa untuk menahan serangan dari Anantari, dan dia mulai menyerah. Anantari menang telak kala itu.
“Tenggggg!” Pertandingan selesai. Anantari memenangkan pertandingan.
“Hebat sekali dia. Dia perempuan namun dia sangat begitu kuat. Dia sudah seperti dewi air!” Seru salah seorang yang sedang melihat sayembara.
Lalu selepas sayembara calon prajurit istana selesai. Mereka berteduh di bawah pohon, dengan seseorang teman yang baru saja bergabung dengan mereka.
...----------------...
Di bawah pohon rindang di dekat sungai di belakang halaman istana kerajaan. Anantari berbincang dengan Esa. Dan mereka menemukan teman baru. Itu adalah pemuda pengendali angin tadi yang hendak melawan Esa. Dia bernama Wira.
"Kalian berasal dari desa mana?" Tanya Wira.
"Kami berasal dari desa Sumita." Jawab Anantari.
"Oh kalian berasal dari sana. Pantas saja kalian kuat. Juga orang-orang di sana ramah. Dan baik-baik. Konon katanya nama desa kalian di beri nama Sumita yang berarti (su) perilaku dan (mita) baik." Gumam Wira kepada Anantari dan Esa.
Lalu Esa memujinya. Dia takjub dengan Wira. Dia merasa Wira sama sepertinya. Walaupun kuat, juga pengetahuannya luas.
"Kamu sepertinya tahu banyak tentang desa kami." Sahut Esa kepada Wira.
"Tidak juga. Aku tahu dari nenek ku. Karena aku sering bertanya-tanya tentang wilayah-wilayah kerajaan di kerajaan ini. Kebetulan nenekku memberitahu tentang desa kalian, namun aku masih mengingatnya." Gumam Wira kepada Esa.