"Loh, Kok Bisa Kamu Suka Aku?"
Kalau ada penghargaan “Cewek Paling Ngejar Cowok di Sekolah”, semua orang sepakat,pialanya pasti buat Mayra.
Axel adalah cowok paling dingin di sekolah. Tatapannya kosong, sikapnya rapi, dan geraknya terlalu sempurna untuk sekadar remaja SMA.
Saat dunia modeling mempertemukan mereka di bawah sorotan kamera, chemistry yang tak seharusnya ada justru tertangkap jelas.
Mayra mengira Axel hanya sulit didekati.
Ia tidak tahu bahwa Axel adalah manusia ciptaan.
Di antara audisi, photoshoot, dan rahasia yang tak boleh terbongkar, satu pertanyaan mulai menghantui mereka berdua:
Jika perasaan tidak pernah diprogram…
loh, kok bisa kamu suka aku?
~Salam Hangat Dari Penulis🤍
ig:FahZa09
Tiktok: Catatan FahZa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku bukan penguntit
Jam istirahat,
Axel menunduk serius, matanya fokus pada buku fisika. Pensil di tangannya bergerak cepat, meninggalkan coretan rapi.
Dari pada ke kantin,atau nongkrong bersama teman-teman,Axel lebih banyak menghabiskan waktu istirahatnya di perpustakaan sekolah.Menurutnya tempat itu lebih hening,lebih terasa nyaman dan menenangkan.
Tentu kebiasaan ini sudah Mayra ketahui sejak lama.
Meski bagi Mayra duduk dengan membaca buku terasa membosankan tapi,kalau ada Axel di dalamnya
rasa bosan itu langsung lenyap.Ia ikut larut dengan ketenangan Axel.
"Axel,aku temenin ya" Mayra sudah di samping Axel,mengerling manis ke arahnya.
"Dasar penguntit".Suara Axel dingin tanpa ekspresi,menoleh pun tidak.
"Aku,bukan...." belum selesai kalimat Mayra tapi,suara Axel lebih cepat memotongnya.
"Kan aku sudah peringkat kan"
Mayra terdiam, kata-kata Axel tadi, sebutan untuknya tadi,seperti 'Tu.. tunggu itu menyakitkan.Dia benar-benar mengatakan aku penguntit'
"Kamu masih mengelak,kalau kamu bukan penguntit?"
"Kamu salah paham Axel,aku bukan mau ngikutin kamu.Aku mau belajar,kan tadi kamu bilang aku harus kejar ketertinggalan aku.Karna aku libur 3 bulan".
Axel diam saja mendengar penjelasan Mayra.'Benar juga,tadi aku bilang begitu padanya'.
"Baiklah,kamu belajar saja." Axel menaruh buku catatan bersampul coklat tepat di depan Mayra.
Tapi, walaupun itu hati Mayra masih tidak terima dengan sebutan tadi.
"Aku nggak tahu ya,kamu punya masalah apa.Tapi aku nggak suka kalau kamu tuduh aku sebagai penguntit"
"Oke kalau begitu" Reaksi Axel hanya datar begitu,membuat Mayra menahan geram.
"Kenapa kamu nggak minta maaf?"
"Nggak perlu".
Maunya Mayra,Axel meminta maaf satu kali saja.Dia pasti akan memaafkannya langsung.Tapi mendengar itu,membuatnya mendengus kesal.Tangannya menyilang di dada.Yang membuat Axel merasa 'Sebenarnya dia tidak benar-benar mau belajar'.
Axel berdiri,mengemasi buku catatannya.
"Mau kamu belajar atau tidak, terserah saja".
Cowok tinggi itu sudah hendak pergi,membuat Mayra mendongak karna posisinya yang jadi sangat kecil ketika duduk sedang Axel berdiri.Hatinya kacau mendengar kalimat terakhir barusan,bagi Mayra itu seperti 'Ya...ampun,kasarnya!".
***
Sore itu,Mayra dicafe bersama kedua teman sejak kecilnya Nathan dan Hanz.
"Arghhh!!!"
"Aku benar-benar marah, bisa-bisanya dia bilang aku penguntit.Padahal dia sendiri yang bilang akan mengajariku." Mayra meremas mug berwarna putih di kedua tangannya.
"Hari pertama mu di sekolah sangat buruk ya" Nathan yang duduk di samping Mayra tersenyum gemas melihat Mayra yang melampiaskan kekesalan.
"Aku benar-benar tidak terima".
Mayra menatap isi cangkirnya, lalu menghembuskan napas keras sampai permukaan cokelat panas di dalamnya ikut bergoyang.Ujung hidungnya merah, dan bibirnya mengerucut kesal seperti anak kecil yang gagal menang lomba.
Ia memutar gelas di meja berkali-kali, lalu menggenggamnya erat sampai buku jarinya memutih.
Nathan di sampingnya cuma bisa menahan tawa, sementara Mayra terus bergumam tak jelas.
Sendok di piring kecil bergetar ketika ia menaruh mugnya terlalu keras.
“Dia manusia sialan,yang kasar banget!" ujarnya dengan nada setengah bergetar.Ia menyandarkan dagu di tangan, menatap kosong ke arah jendela, matanya memantulkan langit sore yang kelabu.Tapi rahangnya masih menegang,amarahnya belum reda sama sekali.
Nathan mengangkat alis, tersenyum kecil.
“Ngomong-ngomong kok kamu bisa kebetulan menyukainya ya?”
Mayra menoleh cepat, rambutnya ikut berantakan karena gerakan spontan itu."Karna itu dia jadi lebih menyebalkan!”
Nathan tertawa kecil, tapi Mayra hanya mendengus pelan, memutar sendok di dalam cangkir hingga menimbulkan suara cling cling yang tak beraturan.
"Jadi,buku catatan nya kau apakan?" Hanz yang dari tadi hanya diam,ikut bersuara
Tangan Mayra terangkat,seperti sedang mengeluarkan kekuatan,sorot matanya di buat menegangkan.
"Aku bawa pulang,kalau dia mau ambil akan aku balas seperti yang ia lakukan padaku" Suaranya terdengar menakutkan.
Tapi,itu justru terdengar menarik bagi Nathan,matanya membulat seolah takjub dengan apa yang Mayra lakukan."Cerdas!" menurutnya.
"Tapi,Mayra apa sebenarnya justru bagus dia bersikap seperti itu pada seorang gadis"
"Tandanya dia bukan cowok yang mudah untuk dekat dengan banyak cewek"
Suara Hanz terdengar lebih bijak,dari pada Nathan, Hanz memang lebih dewasa dan lebih bisa di andalkan pendapatnya.
Tapi bagi Nathan,kalimat Hanz terasa menyindir dirinya,Nathan adalah cowok playboy memanfaatkan ketampanannya untuk mendekati cewek mana saja yang ingin ia dekati.Lalu seenaknya dia tinggal pergi.
Bahkan sudah beberapa kali Nathan merayu Mayra untuk di jadikan kekasihnya.Tentu saja Mayra menolak,secara terang-terangan.
"Hanz,wajah tampanku ini sangat rugi jika harus di sembunyikan dan mengikuti pendapatmu tadi."
Membuat Mayra merasa muak,Nathan terlalu percaya diri.
*
*
*
~Salam hangat dari penulis🤍