Ditahun ketiga pernikahan, Laras baru tahu ternyata pria yang hidup bersamanya selama ini tidak pernah mencintainya. Semua kelembutan Hasbi untuk menutupi semua kebohongan pria itu. Laras yang teramat mencintai Hasbi sangat terpukul dengan apa yang diketahuinya..
Lantas apa yang memicu Laras balas dendam? Luka seperti apa yang Hasbi torehkan hingga membuat wanita sebaik Laras membalik perasaan cintanya menjadi benci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah permainan
"Mba laras!"
Laras menoleh kebelakang, orang yang memanggilnya adalah Hera, wanita yang merupakan istri simpanan Hasbi selama ini.
Benar demikian! Karena pernikahan Laras dan Hasbi tercatat dimata hukum dan negara, Ada resepsi yang digelar, nama Laras diakui banyak orang sebagai Nyonya Hasbi.
Sedangkan hubungan mereka?
Laras tidak tahu, dan tak mau tahu!
"Ya, ada yang bisa dibantu?" Laras mengulas senyum terpaksa, matanya menilai setiap jengkal tubuh wanita yang kini menjadi sumber lukanya.
Cantik, sosok yang layak dipuji.
"Bisa bicara sebentar?" Hera menelengkan kepalanya.
"Oh Iya. Kita keruang tamu saja." Jawab Laras dengan senyum manis. Cuma kamuflase.
Hera memandang Laras dengan penuh makna. Sedangkan Laras sungguh tidak mengharapkan basa-basi perempuan itu.
Laras tidak mau termakan segala drama yang Hera ciptakan.
"Kata Bang Hasbi, Mba yang memintaku tinggal disini," wanita itu menjeda, kemudian tersenyum lebar, "aku ingin mengucapkan terima kasih." sambungnya dengan rona wajah memancarkan kepuasan.
Bang Hasbi?
Waw...
Bulu kuduk Laras merinding mendengar panggilan yang disematkan Hera untuk suaminya. Dari panggilan saja terasa janggal kalau mereka hanya kenal sewajarnya, dramanya rekan Hasbi adalah suami perempuan tersebut, tapi yang di tampilkan justru sebaliknya.
Entah sengaja atau Hera kurang mendalami peran.
"Sebenarnya, aku meminta suamiku cari pengasuh, jadi..., bukan aku yang memilihmu."
Sebenarnya Laras ingin bersikap manis-manis busuk pada Hera. Tapi ego dan sakit hati yang tidak berkesudahan membuatnya mengangkat dagu setinggi mungkin, Agar Hasbi tidak kembali menginjak harga dirinya.
"Tapi kata Bang Hasbi...,"
"Hera! Namamu Hera kan? Aku tekankan padamu. Nayla dan Cantika memang anak kandungmu, tetapi aku memiliki legalitas mengadopsinya, itu berarti aku kini adalah ibu kandung mereka secara hukum, di akta kelahiran mereka akan tercantum namaku dan nama suamiku sesuai ketentuan, mengenai Hasbi mengizinkan kamu tinggal, itu seperti yang ku katakan diawal, kami butuh pengasuh, jadi... meskipun kamu adalah ibu kandung mereka, aku tak mengizinkan Naila dan Cantika memanggilmu Mama, mereka akan memanggulmu Ibu pengasuh!"
"Laras!" Hasbi datang terburu-buru, menghampiri istrinya. Menariknya menjauhi Hera yang tengah diliputi kemarahan karena ucapan Laras.
"Laras, Please! Jangan kekanak-kanakan," sentak pria itu, tangan besar Hasbi mencengkram pergelangan tangan Laras.
Laras menepis tangan Hasbi, Menatap tajam pria yang berdiri dihadapannya, "Kamu belum menjelaskan padanya mengapa dia di panggil kesini?" Laras, pura-pura marah.
Hasbi gelagapan.
"Iya, Aku belum mengatakannya. Aku minta maaf untuk itu. Tolong mengerti, Hera baru sembuh dari depresi, aku nggak tega mengatakannya." iba Hasbi, meminta pengertian Laras.
"Itu berarti, kesepakatan kita sebelumnya, batal." Pungkas Laras.
"Apa maksud kamu?" Tanya Hasbi dengan nada kaget.
"Aku nggak mau dia disini! Lebih baik cari pengasuh beneran, kita bayar tiap bulan."
Wajah Hasbi langsung panik. "Aku minta maaf. Karena belum bicara sama Hera tentang ini, tapi aku bersumpah akan menyampaikannya, aku hanya perlu waktu. Aku janji." kata Hasbi sambil meraih tangan Laras.
Laras ingin tertawa, ia baru menyadari ternyata pria yang menikahinya tiga tahun lalu ini begitu lihai mengobral janji, Hasbi bahkan tak segan menyerukan sumpah demi menutupi kebrengsekannya.
"Ya, baiklah." saut Laras tidak membalas drama murahan Hasbi, ia juga menguji hatinya sendiri, bahwa kebohongan Hasbi tak lagi menoreh luka di atas luka yang memang sudah mati rasa.
"Aku harap kamu memaklumi kondisi Hera, aku janji, setelah kondisinya baik, akan ku perjelas tujuan kita membawanya ke rumah ini." Hasbi masih berusaha melunakkan hati Laras, sedangkan Laras tidak perduli dengan dustanya.
"Tuan, Nyonya... Nona Hera pingsan!" dengan tergopoh-gopoh seorang pelayan menyampaikan pesan.
"Apa?" Di detik yang sama langkah Hasbi menjauh, langkahnya sangat cepat. Melihat punggung pria itu menghilang, Laras tertawa kecil dengan sinis.
"Baiklah, drama murahan akan segera dimulai."
Mata Laras memejam, terlihat sangat tenang. Tapi di balik tembok, seorang ibu justru menatapnya penuh khawatir.
"Hasbi, semoga firasat ibu salah!"
#####
Hai teman-teman
Terima kasih atas dukungannya.
Semoga kedepannya bisa up tiap hari ya...