NovelToon NovelToon
DULU AKU DITINGGALKAN, KINI DISAYANG SULTAN

DULU AKU DITINGGALKAN, KINI DISAYANG SULTAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Karir / CEO / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Alfiyah Mubarokah

Ketika cinta berubah menjadi luka, dan keluarga sendiri menjadi pengkhianat. Dela kehilangan segalanya di hari yang seharusnya menjadi miliknya cinta, kepercayaan, bahkan harga diri.
Namun dalam keputusasaan, Tuhan mempertemukannya dengan sosok misterius yang kelak menjadi penyelamat sekaligus takdir barunya. Tapi apakah Dela siap membuka hati lagi, ketika dunia justru menuduhnya melakukan dosa yang tak pernah ia lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 03 Sibuk Malam Pertama

Di dalam kamar, suasana terasa canggung dan sunyi. Dela duduk di tepi ranjang dengan kepala menunduk, tangannya saling menggenggam menahan gugup. Baru semalam dirinya mengalami kejadian paling aneh dan mengejutkan dalam hidup menikah dengan pria yang bahkan belum sempat ia kenal. Semua terasa begitu cepat, terlalu cepat sampai pikirannya sulit mencerna kenyataan.

Arsen yang baru saja selesai membersihkan diri, berdiri tak jauh dari pintu kamar. Ia tampak kikuk, berusaha memecah keheningan.

“Hai,” ucapnya pelan namun terdengar cukup jelas. “Kita belum sempat kenalan dengan benar. Kenalin aku Arsen.” Ia mengulurkan tangan dengan senyum sopan, mencoba mencairkan suasana yang terasa kaku.

Dela menatap sekilas, ragu sejenak sebelum akhirnya membalas jabatan tangan itu.

“Aku Dela,” jawabnya singkat, suaranya lirih. Sentuhan tangan mereka hanya sebentar, namun cukup untuk membuat pipi Dela terasa panas.

Setelah keheningan beberapa detik, Arsen memecah suasana lagi.

“Aku rasa kaki kamu perlu diurut atau dibawa ke rumah sakit. Sepertinya terkilir waktu jatuh tadi,” katanya sambil melirik kaki Dela yang tampak agak bengkak.

Dela buru-buru menggeleng. “Tidak perlu nanti juga sembuh sendiri,” elaknya.

Padahal sebenarnya seluruh tubuhnya terasa nyeri, terutama di bagian kaki yang sakit saat digerakkan. Tapi untuk pergi berobat, Dela tak punya uang sepeser pun. Semua tabungannya sudah habis diminta ibunya untuk acara lamaran Tika dan Riki.

Ingat hal itu saja membuat hatinya terasa perih. “Sakit hati aja rasanya kalau diingat lagi,” gumamnya dalam hati.

Ia bahkan yang memasak semua hidangan lamaran itu sendiri, tapi justru di hari yang sama ia kehilangan orang yang paling ia cintai.

Arsen menatapnya serius. “Kamu jangan suka menyepelekan luka. Aku lihat kamu jatuh lumayan keras, bahkan kepalamu sempat terbentur kan?” Suaranya terdengar khawatir. Ia merasa bersalah karena semua ini berawal darinya.

“Lagian kamu ngapain sih malam-malam jalan sendirian? Jalannya juga gak lihat-lihat lagi,” lanjut Arsen dengan nada separuh heran, separuh khawatir.

Dela menarik napas panjang. “Aku cuma mau cari udara segar. Di rumah rasanya sesak,” jawabnya singkat, menahan cerita sebenarnya bahwa ia sedang lari dari kenyataan pahit.

Suasana kembali hening. Arsen menatap sekeliling kamar yang sederhana itu, lalu menatap pakaiannya yang masih berdebu dan bau keringat.

“Kamu punya baju cowok gak? Aku butuh ganti,” katanya.

Dela menggeleng pelan. “Aku gak punya baju cowok. Tapi kalau kamu mau bisa pakai punya Bapak. Aku ambilkan,” jawabnya dengan nada sopan.

“Ya boleh yang penting bersih,” ujar Arsen tersenyum kecil. Dela hanya mengangguk lalu beranjak keluar kamar.

Langkahnya pelan karena kaki yang terkilir membuatnya sedikit pincang. Ia menuju kamar ayahnya yang berada di belakang dekat dapur. Sejak Pak Surya sakit, kamar itu jarang didatangi Rena ibunya. Sang ibu memilih tidur sendiri di kamar depan, sementara Dela yang setia merawat ayahnya.

“Bapak,” panggil Dela pelan sambil mengetuk pintu.

“Mas Arsen gak punya baju ganti, boleh pinjam baju Bapak?” Tanyanya.

Pak Surya yang masih terjaga tersenyum lembut. “Iya Nak. Ambil saja di lemari,” jawabnya pelan.

Dela membuka lemari dan mengambil kemeja bersih milik ayahnya. Tapi sebelum pergi, ia menatap ayahnya dengan cemas.

“Kok Bapak belum tidur? Sudah malam loh Bapak lapar? Dela ambilkan makan ya?” Tawarnya.

Surya menggeleng pelan. “Tidak Dela Bapak tidak lapar. Bapak cuma kepikiran kamu.”

Dela mendesah pelan. “Bapak gak usah mikirin Dela. Dela baik-baik saja kok,” katanya meski dalam hatinya sendiri masih guncang.

Surya menatap langkah anak gadisnya yang agak pincang. “Itu kaki kamu kenapa Nak? Jalannya kok agak aneh?” Tanyanya cemas.

“Cuma nyeri sedikit Pak. Mungkin karena jatuh tadi,” jawabnya pelan.

Surya menarik napas panjang, lalu berkata dengan suara lembut tapi tegas, “Nak sekarang kamu sudah jadi seorang istri. Apa pun alasannya perlakukan suamimu dengan baik. Jangan biarkan pernikahan ini hanya jadi main-main, meskipun awalnya dipaksa. Laksanakan kewajibanmu sebagai istri dengan hati yang tulus.”

Dela menunduk terdiam. Kata-kata ayahnya terasa berat tapi penuh makna.

“Iya Pak,” jawabnya singkat. “Bapak sudah minum obat?”

“Sudah,” jawab Surya.

“Kalau begitu Bapak tidur ya. Jangan begadang, nanti sakitnya kambuh,” ujar Dela lembut sebelum meninggalkan kamar.

Sesampainya di kamar, Dela menyerahkan baju ganti pada Arsen.

“Ini baju Bapak. Dipakai aja,” ucapnya singkat.

“Terima kasih,” balas Arsen dengan senyum tipis.

Dela duduk di ranjang, mengelus kaki yang masih nyeri. Ia masih sulit percaya dengan keadaan sekarang. Rasanya hidupnya berubah dalam semalam dari gadis patah hati, menjadi seorang istri dari pria yang baru ia kenal beberapa jam.

Saat hendak berbaring, kepala Dela yang terbentur semalam tak sengaja mengenai bantal.

“Auh sakit,” desisnya pelan sambil menahan perih.

Arsen yang sedang melipat bajunya segera menoleh. “Kamu kenapa?” Tanyanya cepat, wajahnya tampak khawatir.

“Kepalaku sakit. Kayaknya kena benturan waktu jatuh,” jawab Dela sambil memegangi kepala.

Arsen mendekat, duduk di sisi ranjang. “Coba aku lihat,” katanya lembut. Ia menyingkirkan sedikit rambut Dela dan tampaklah benjolan memar di sisi kepala gadis itu.

“Ya ampun Dela. Ini bengkak loh pasti ini penyebab kamu pingsan tadi,” ucapnya prihatin.

“Ada kotak P3K gak?” Tanyanya.

“Ada di lemari kecil,” jawab Dela sambil menunjuk arah.

Arsen segera mengambil kotak itu dan dengan telaten membersihkan luka kecil di kulit kepala Dela. Setiap kali kapas menyentuh kulitnya, Dela meringis kecil. Tapi di balik rasa sakit itu, ada perasaan hangat yang aneh seseorang yang tak ia kenal begitu peduli padanya.

“Terima kasih,” ucap Dela pelan setelah selesai diobati.

Arsen hanya tersenyum. “Sudah istirahat aja. Besok kamu pasti butuh tenaga.”

...****************...

Keesokan paginya, sinar matahari menembus jendela kamar. Dela membuka mata perlahan dan langsung merasakan nyeri tajam di pergelangan kakinya.

“Aduh...” Desisnya. Ia mencoba berdiri tapi tubuhnya goyah.

Arsen yang baru saja selesai berwudhu langsung menoleh.

“Kamu kenapa?” Tanyanya cemas.

“Kakiku sakit banget buat jalan,” ucap Dela menahan perih.

Arsen segera menghampiri. “Udah aku anter ke dokter aja sekarang,” katanya tegas.

Dela buru-buru menolak. “Jangan! Mahal. Pasti biayanya mahal. Ini cuma terkilir, nanti aku bawa ke tukang urut aja.”

“Tapi...”

“Udah aku biasa kayak gini kok,” potong Dela cepat.

Arsen mendesah pelan, menyerah untuk sementara. Ia tahu gadis itu keras kepala, tapi dalam hati ia tetap khawatir.

Pagi itu, Dela benar-benar tak bisa berbuat banyak. Biasanya ia bangun paling pagi, memasak, mencuci, membersihkan rumah, dan menyiapkan sarapan untuk semua penghuni rumah. Tapi kali ini, hanya bisa duduk sambil menahan sakit.

Sementara di ruang makan, Tika dan Eka sudah bersiap hendak ke kantor. Mereka turun dengan tergesa, berharap sarapan sudah tersaji seperti biasa. Namun, begitu melihat meja makan yang kosong melompong, keduanya langsung berdecak kesal.

“Loh mana sarapannya?” Tanya Tika dengan nada tinggi.

“Iya kok meja makan kosong begini? Mbak Dela ke mana sih?” Gerutu Eka sambil menatap jam tangannya.

Suaminya Rian, ikut menimpali dengan nada sinis, “Pengantin baru hasil grebekan warga aja udah bangun kesiangan.”

Eka terkekeh sinis. “Mungkin mereka masih sibuk malam pertama,” katanya sambil mengangkat alis menggoda.

“Ih Mas Rian! Jangan ngomong sembarangan,” sahut Tika, tapi senyum sinis tetap tersungging di bibirnya.

Tak lama kemudian, suara Tika memanggil ibunya terdengar nyaring.

“Bu! Ibu!”

Rena yang sedang menyapu ruang tengah segera datang. “Apa sih ribut-ribut pagi-pagi?” Tanyanya agak kesal.

“Ibu sarapannya mana? Aku mau berangkat kerja, tapi belum makan!” Keluh Tika.

“Iya nih bu,” sambung Eka. “Aku sama Mas Rian juga belum sarapan.”

Rena memutar bola matanya. “Loh Dela gak masak apa? Masa Ibu udah nyuci, beres-beres rumah juga, masih harus masak lagi?”

“Entahlah bu. Dari tadi belum keluar dari kamarnya,” jawab Eka dengan nada sinis.

Rena mendengus. “Haduh anak satu itu. Mentang-mentang pengantin baru bangun kesiangan. Udah kayak nyonya besar aja!”

Tanpa pikir panjang, Rena langsung melangkah menuju kamar Dela, disusul Tika dan Eka di belakangnya. Sambil berjalan, mulutnya terus berkomat-kamit, mengomel tanpa henti.

“Bukannya bantu Ibu beresin rumah. Tau sendiri rumah masih berantakan habis lamaran kemarin!”

Rena sampai di depan kamar Dela lalu mengetuk pintu keras-keras.

“Dela! Bangun kamu!” Suaranya lantang membuat Dela dan Arsen di dalam kamar terkejut.

Arsen buru-buru membuka pintu. “Iya Bu ada apa?” Tanyanya sopan.

“Mana Dela?”

“Ada Bu di dalam,” jawab Arsen cepat.

Tanpa izin, Rena langsung menerobos masuk. Tatapannya tajam melihat Dela yang masih duduk di ranjang dengan kaki diperban.

“Astaga ini kamu ngapain aja dari tadi hah?”

Dela menatap ibunya dengan mata berkaca-kaca, bingung harus menjawab apa. Ia tak sanggup menjelaskan bahwa kakinya sakit dan tidak bisa berjalan. Tapi melihat ekspresi marah sang ibu ia tau, apa pun alasannya Dela tetap akan disalahkan.

1
Nani Haryatiyati
bolehkan aku bahagia Tika 🤣🤣🤣🤣🤣
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
ya gimana kemaren riki memperlakukan dela, begitu juga kamu diperlakukan 😂😂
Mimi Riza
keren
Mimi Riza
di tunggu update nya ya kak 😍
Nani Haryatiyati
nahhh gitu dong del
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Nani Haryatiyati
nahhhh gitu dong dela,tunjukkan pesonamu
Nani Haryatiyati
keluar dela,kluar. ngontrak
Mimi Riza
aku nungguin update nya kak
Nani Haryatiyati
bagus cerita nya 😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!