NovelToon NovelToon
Jangan Panggil Ibukku Wanita Gila

Jangan Panggil Ibukku Wanita Gila

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Selingkuh
Popularitas:11.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ayumarhumah

Ardina Larasati, sosok gadis cantik yang menjadi kembang desa di kampung Pesisir. Kecantikannya membuat seorang Regi Sunandar yang merupakan anak pengepul ikan di kampung itu jatuh hati dengannya.

Pada suatu hari mereka berdua menjalin cinta hingga kebablasan, Ardina hamil, namun bukannya tanggung jawab Regi malah kabur ke kota.

Hingga pada akhirnya sahabat kecil Ardina yang bernama Hakim menawarkan diri untuk menikahi dan menerima Ardina apa adanya.

Pernikahan mereka berlangsung hingga 9 tahun, namun di usia yang terbilang cukup lama Hakim berkhianat, dan memutuskan untuk pergi dari kehidupan Ardina, dan hal itu benar-benar membuat Ardina mengalami gangguan mental, hingga membuat sang anak yang waktu itu berusia 12 tahun harus merawat dirinya yang setiap hari nyaris bertindak di luar kendali.

Mampukah anak sekecil Dona menjaga dan merawat ibunya?

Nantikan kelanjutan kisahnya hanya di Manga Toon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Ia berjalan keluar panti tanpa menoleh ke belakang, karena ia tahu jika sekali saja pandangannya berbelok ke belakang maka gadis yang menginjak remaja itu akan susah ditinggalkan. Begitu ia duduk di balik kemudi, Regi meninju setir dengan keras.

“Brengsek!”

Satu kata kasar lolos dari bibirnya. Tangannya gemetar hebat. Air mata menitik tanpa izin.

“Mereka pikir dengan uang dan surat mereka bisa merampas anakku…?” gumamnya parau.

Ponsel langsung ia angkat, dan menelpon sekretaris kepercayaannya. “Siapkan pengacara terbaik,” ujarnya pada sekretarisnya tanpa jeda.

“Aku mau urus hak asuh anakku. Hari ini juga.”

  "Baik Pak, kalau begitu saat ini aku kirim langsung orangnya," sahut sekretaris itu.

  Regi menutup panggilannya, pandangan tajam ke depan, lalu mobil melaju kencang membela jalanan malam, yang mulai dihiasi oleh gemerlap lampu-lampu kota.

☘️☘️☘️☘️☘️

Tak sampai sejam kemudian, mobil Regi sudah sampai di depan pagar rumahnya, pintu otomatis langsung terbuka, ia menginjak rem mendadak begitu mobil sudah memasuki halaman.

  Regi turun dengan langkah tergesa-gesa, tatapannya menghunus sambil memegang map coklat yang berisi surat penitipan Dona.

Sementara Halik dan Nindi tampak terkejut melihat kedatangan anaknya kembali dalam kondisi emosi tak terbendung.

“Kamu habis dari panti ya?” tanya Nindi dingin.

Regi melempar map surat penitipan itu ke meja. “Apa ini?!” gertaknya dengan tatapan tajam.

Halik mengambil map itu tanpa ekspresi, wajahnya mulai diangkat menghadapi ke arah Regi. “Langkah yang masuk akal.”

Regi menyeringai tatapannya tajam seolah ingin melawan seseorang yang berbuat tidak adil dengan anaknya

“Masuk akal," katanya pelan tapi tajam. "Kalian menghalangi aku dengan cara licik,” ujar Regi lirih, penuh luka.

“Kalian memakai hukum sebagai tameng.”

Nindi bangkit dengan pandangan datar, yang tidak ingin disalahkan. “Kami hanya lebih cepat berpikir.”

“Cepat?” suara Regi meninggi. “Itu anak kecil yang sedang ketakutan, Ma!”

“Kelihatannya kamu yang terlalu emosional,” balas Nindi dingin. “Anak itu aman.”

“Aman tanpa ayahnya?!”

Regi mendekat, rahangnya mengeras, tatapannya menghunus seolah lawan bicaranya bukan orang yang melahirkannya ke dunia.

“Seharusnya kalian itu melindungi Dona ... karena dia itu satu-satunya cucu yang kalian punya!" sentak Regi dengan kepalan tangan yang kuat. "Tapi apa kalian seorang nenek dan kakek yang tidak punya hati, kalaupun kalian membenci Dona seharusnya biarkan saja ia hidup bebas bukan terkurung di tempat yang tidak ia sukai."

Halik menatap anaknya lama sebelum berkata berat. “Kalau kamu mau mengambil Dona, tempuh jalur hukum.”

Regi tersenyum pahit. “Baik.”

Ia berbalik, melangkah pergi. Namun sebelum keluar, ia menoleh sekali lagi.

“Perang ini kalian yang mulai.” ucapnya sinis “Dan aku… tidak akan mundur, meskipun itu melawan darah dagingku sendiri.”

☘️☘️☘️☘️☘️

Waktu berjalan tanpa benar-benar terasa.

Hari-hari dilalui Regi dengan mengurus segala sesuatu yang dulu ia abaikan, tes DNA, laporan kepolisian, pengurusan status pengakuan anak, serta perlawanan administratif terhadap dokumen penitipan yang dibuat atas nama orang tuanya sendiri.

Ia datang ke panti hampir setiap hari, tidak pernah absen bahkan menghabiskan waktu berjam-jam duduk menemani Dona menggambar, membacakan dongeng, atau sekadar menggenggam tangan kecil itu agar ia tahu, kali ini, ia tidak sendirian.

"Om, kapan kita pulang, aku susah gak sabar nih," ucap anak itu yang sudah mulai ceria.

"Sabar Sayang, Papa sedang berjuang, di sini Dona bantu dengan doa ya," sahut Regi.

Anak itu mengangguk cepat sambil menggenggam boneka pemberian dari Regi, ada harapan dan kata yang ingin diutarakan oleh gadis cantik bermata teduh itu.

"Om, kira-kira tahu gak kabar Ibu?" tanya anak itu.

Regi tersenyum menatapnya dengan tatapan bangga. "Alhamdulillah ibumu sedikit ada perubahan, dia sudah tidak berteriak lagi, dan kata dokter dia sudah mulai mengingat keluarganya termasuk kamu," sahut Regi.

Mendengar kata-kara itu Dona tersenyum lepas, angannya mulai berandai jika nanti urusan sudah selesai ia ingin sekali menjenguk ibunya.

"Om, jika semua sudah selesai kita tengokin Ibu ya," pinta anak itu.

"Itu pasti Sayang," sahut Regi.

Waktu semakin berputar cepat tanpa di sadari matari sudah tenggelam, dan Regi pun memutuskan untuk pulang karena masih ada sesuatu yang harus ia urus mengenai sidang di pengadilan, pria itu langsung mengecup rambut sang anak sebagai salam perpisahannya.

☘️☘️☘️☘️

Beberapa minggu kemudian, hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Pagi itu ruang sidang Pengadilan Negeri terasa dingin dan penuh ketegangan.

Regi berdiri tegak di ruang tunggu bersama tim kuasa hukumnya, tatapannya tegas dan sedikit dingin, dengan penuh tekad ia yakin akan berperang meskipun dengan kedua orang tuanya sendiri.

Dari balik pintu kaca, Dona terlihat duduk bersama pendamping panti, meringkuk dengan mata sembab, jemarinya menggenggam boneka kelinci lusuh.

Tatapannya mencari satu wajah, saat mata kecil itu menemukan Regi, Dona langsung bangkit berdiri.

“Om…”

Suaranya tipis namun sampai ke dada Regi bagai hantaman. Ia memberi isyarat kecil, telapak tangan terbuka di dada.

"Aku di sini, aku gak pergi," kata Regi.

☘️☘️☘️☘️

Sidang dimulai, semua mata menatap lurus kedepan suasana sejenak hening sebelum akhirnya Hakim mengetukkan palu.

Agenda perkara dibacakan:

Permohonan penetapan hak asuh anak atas nama Dona Ardina.

Di sisi termohon, duduk Halik dan Nindi.

Wajah mereka dingin, tak menunjukkan rasa gentar.

Seolah panti hanyalah empat tembok, tempat anak kecil sekadar “dititipkan”, bukan dikurung dari ayah kandungnya.

Kuasa hukum Regi berdiri lebih dulu. “Yang Mulia, klien kami adalah ayah biologis dari anak bernama Dona Ardina. Hasil tes DNA resmi dari lembaga berwenang menunjukkan kecocokan 99,99 persen.” ucap kuasa hukum dengan tegas.

Dokumen diserahkan ke hadapan majelis. “Klien kami tidak pernah melepas hak asuh. Anak tersebut berpindah ke panti tanpa persetujuannya, melalui penitipan sepihak yang dilakukan oleh pihak keluarga klien.” lanjut kuasa hukum Regi.

Halik menggerakkan rahangnya. Nindi menyahut cepat melalui kuasa hukumnya.

“Yang Mulia, benar klien kami menitipkan anak tersebut secara resmi ke panti. Saat itu, ayah biologis anak itu tidak berada di kota ini selama bertahun-tahun dan tidak memberikan nafkah maupun pengasuhan.”

Kata-kata itu menghantam dada Regi, seolah keputusan itu murni keinginan Regi sendiri, dan bodohnya Regi mau dijadikan alat oleh kedua orang tuanya.

Sementara Hakim menoleh padanya. “Saudara Regi, benarkah Anda menghilang selama dua belas tahun?”

Regi berdiri, dadanya terasa sesak, tapi ia memilih jujur.

“Benar, Yang Mulia.”

Ruang sidang bergemuruh pelan, tapi langkah Regi tidak berhenti di sini. “Tapi bukan karena saya tak mau mengakui anak saya.”

Regi mengangkat wajah, matanya merah. “Saya disuruh pergi. Dipaksa menjauh. Dijauhkan dari semua pemberitaan tentang Dona. Saya baru mengetahui keberadaannya kembali beberapa bulan lalu.”

Tatapan Regi menancap ke arah Halik dan Nindi.

“Saat saya tahu… saya langsung datang.”

Hakim mengangguk pelan, lalu berkata. “Selama bertahun-tahun, memang Anda tidak menjalankan fungsi ayah. Namun… tidak ditemukan bukti bahwa Anda menyerahkan hak asuh secara hukum kepada siapa pun.”

Hakim memandangi berkas panti, lalu berkata kembali. “Penitipan oleh kakek-nenek biologis hanya bersifat sementara, bukan pengalihan wali sah.”

Nindi tampak gelisah. Halik mengepalkan tangan.

Hakim melanjutkan lagi. “Ditambah bukti tes DNA, iktikad klien untuk mengurus status hukum Dona, serta bukti kunjungan rutin…”

Ia berhenti sejenak.

“Maka…”

Dona mencengkeram bonekanya makin kuat saat palu hakim terangkat.

“Majelis memutuskan…”

Suasana berubah hening, bahkan helaan napas pun terdengar jelas di ruang itu.

“…mengabulkan permohonan pemohon.”

Suara palu menghantam meja pengadilan. “Menetapkan Saudara Regi sebagai ayah kandung sekaligus wali sah atas anak bernama Dona Ardina.”

Air mata Dona jatuh tepat saat kalimat itu berucap di dalam ruangan sidang, Hakim melanjutkan dengan suara tegas.

“Pihak panti diwajibkan menyerahkan Dona Ardina kepada pemohon seketika setelah administrasi pengalihan selesai dilakukan.”

Desahan lega pecah dari dada Regi.Ia menutup wajahnya sesaat, menahan tangis yang selama ini ia kubur dalam penyesalan.

Dari arah kursi pengunjung, Dona bangkit berdiri. Boneka kelincinya terjatuh ke lantai, namun ia tidak peduli lagi.

“Papa ....!”

Regi refleks melangkah maju, mengulurkan tangan. Gadis kecil itu berlari sekuat tenaga, langsung menubruk dadanya.

Pelukan itu bukan lagi pelukan takut, itu pelukan bahagia dimana seorang anak menemukan rumah untuk pulang selama 12 tahun ini.

“Papa di sini, Nak…” bisik Regi gemetar sambil mengeratkan dekapannya.

Isak Dona pecah di pundaknya. “Aku pikir Papa gak mau aku lagi…”

“Habis ini… Papa gak akan ninggalin kamu. Janji.”

Di sisi lain ruang sidang, Nindi menunduk, wajahnya pucat pasi. Halik memalingkan muka, rahangnya mengeras menahan amarah yang tak bisa lagi ia sembunyikan.

Hakim mengetukkan palu sekali lagi. “Sidang dinyatakan selesai.”

Bersambung ....

Gimana deg-degan gak?

Oh ya gak kerasa udah 20 bab minta doanya ya men teman semoga lolos mendapatkan 20 bab terbaik 🤲🤲🤲🤲🤲

1
Sugiharti Rusli
semoga kamu berani menghadapi Ardina dan semoga sudah ada kemajuan dengan kesehatan mentalnya yah,,,
Sugiharti Rusli
apalagi kamu sudah menyia-nyiakan putri kamu selama bertahun-tahun
Sugiharti Rusli
sebagai seorang ayah, kamu harus mengambil segala resiko dan yakin kalo langkah kamu benar,,,
Sugiharti Rusli
karena ayah kamu tuh tahu kalo yang sekarang bisa dia permainkan adalah rasa takut kamu dengan ancamannya
Sugiharti Rusli
Regi kamu jangan serba ragu dan takut, bagaimana nanti si Dona nasibnya kalo seperti itu kamunya,,,
Dew666
🍭🍭🍭🍭
Kasih Bonda
next Thor semangat
Amalia Putri
Bener -bener ni kakek serakah,thor buat Regi Dona Andriana kumpul dan bahagia lanjut thor💪💪💪💪
Lisa: Setuju Kak..kakek itu jahat banget..ayo Regi semangat cari partner utk melawan Halik
total 1 replies
Sugiharti Rusli
semoga saja karena harta yang kamu kumpulkan selama ini berasal dari harta haram milik Farid, itu akan tenggelam oleh keserakhan kamu sendiri pada akhirnya
Sugiharti Rusli
apalagi cucu kamu Dona bukan anak yang cengeng dan tidak tahu arti kata berjuang, apalagi sekarang ada sang ayah di sisinya
Sugiharti Rusli
ayah kamu tuh ga tahu kalo hubungan darah tuh kental dan tidak mudah dipisahkan oleh harta seberapapun banyak nya,,,
Sugiharti Rusli
selama apa yang kamu perjuangkan itu darah daging kamu sendiri, Tuhan ga tidur dan akan kasih jalan,,,
Sugiharti Rusli
kamu harus bangkit kembali Regi, karena ayah kamu telah dibutakan oleh dendam nya sendiri,,,
Wien Daffa
Bagus bawa pergi jauh dari jangkauan Halik.
semangat Regi pasti bisa menjalaninya
Lisa
Regi bawa Dona ke tempat yg jauh & aman..spy Halik tdk dpt menemukan mereka..semangat y Regi utk berusaha lg demi Dona..
kaylla salsabella
semoga halik tidak bisa menemukan Regi dan dona
Iccha Risa
ka othor kalo ujian lagii buat dona yg baru menapaki kebahagian, ampun dech kudu diberantas tuh juragan Halik... punya bapak buka ngedukung anaknya menebus kesalahan tapi mentingin ego...
I Love you,
jgn buat dona menderita lgi 😭😭🙏🙏 but si tuak bangka struk jatuh miskin sehancur2 nya biar kapok 🙏🙏😭😭
Lisa: Ya Kak Ayu..Halik itu tdk berperikemanusiaan..Tuhan yg akan membalasnya..
total 2 replies
Kasih Bonda
next Thor semangat
Amalia Putri
Semangat thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!