Hampir Semua orang di desa Black Sword membenci Risa Ariz. Anak yatim piatu itu dijauhi, dianggap terkutuk, dan dipercaya menyimpan makhluk kegelapan di dalam dirinya.
Muak diperlakukan layaknya sampah, Ariz memutuskan untuk berbuat onar. Ia tidak melukai, tapi ia pastikan setiap orang di desa merasakan kehadiran dan penderitaannya: dengan menyoret tembok, mengganggu ketenangan, dan menghantui setiap sudut desa. Baginya, jika ia tidak bisa dicintai, ia harus ditakuti.
Sampai akhirnya, rahasia di dalam dirinya mulai meronta. Kekuatan yang ditakuti itu benar-benar nyata, dan kehadirannya menarik perhatian sosok-sosok yang lebih gelap dari desa itu sendiri.
Ariz kini harus memilih: terus menjadi pengganggu yang menyedihkan, atau menguasai kutukan itu sebelum ia menjadi monster yang diyakini semua orang.
"MINOTO NOVEL"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MINOTO-NOVEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21: PENGLIHATAN MASA DEPAN...
"Ada kerang laut, paru goreng, ayam balado, ikan asin, dan semur jengkol. Oh, ya, aku tahu kau suka balakutak, jadi porsinya aku perbanyak!"
"Whoaa..! Semuanya terlihat sangat lezat, yah..!" Ucap Ariz, melihat beberapa lauk yang di beri Bibi tadi.
"Kalau begitu, cepat rasakan bagaimana masakan baru buatanku ini." Ucap Bibi, menyuruhnya untuk mencicipi seluruh makanannya itu.
"Baiklah, akan ku coba. Selamat Makan..!" Ariz mencoba beberapa lauk yang di beri oleh, Bibi. "MMM..! LEZAT SEKALI..!!" Saking enaknya, ia sampai ingin melayang ke udara.
Bibi terlihat sangat senang, ketika melihat Ariz makan dengan lahap.
"Sudah lama aku tidak makan masakan, Bibi." Ariz berbicara dengan mulutnya masih di penuhi makanan.
"Bibi pun senang, karena kau bisa datang kembali. Kalau begitu, habiskan semuanya, yah." Ucapnya senang.
"Pasti, Pasti akan ku habiskan semuanya!" ia tidak mungkin menyisakan makanan selezat itu.
"Baguslah, kalau kau akan menghabiskan semuanya." Ucap Bibi. "Aku pergi dulu sebentar, yah." Bibi berdiri dari kursi.
"Eum!" Ucap Ariz singkat. Bibi pun pergi meninggalkan, ariz.
. . . . . . . . . . . . . . .
lima belas menit berlalu, Ariz, akhirnya selesai menghabiskan semua makananya itu. Perutnya lumayan membesar ketika ia berhasil menghabiskan semua makanan itu. "Aahh.. lezat sekali..!" Ucapnya, sambil bersender di kursi.
Tepat sekali, Bibi datang menghampiri ariz, dengan pakaiannya yang sudah di ganti. Bibi datang menemuinya dan berkata. "Apa kau sudah menghabiskan semuanya?" Ucapnya. Ariz pun menjawab. "Tentu saja. Mana mungkin aku menyisakan makanan selezat ini!" Ucapnya memuji. "Ahh.. masakanku hanya masakan biasa... Tidak istimewa." Ucap Bibi.
"Kalau menurutku, masakan Bibi adalah masakan paling istimewa yang pernah ku makan." Ucapnya, memuji kembali.
"Hehe, Benarkah?! Syukurlah kalau kau sangat menyukai makanannya." Ucap, bibi.
"Bibi. Aku tidak percaya, kalau Bibi akan membuka kedai makanan! Begitu ramai orang-orang yang mengantri!" Ucap ariz, tak percaya.
"Hehe. Ini semua berkatmu, Ariz." Ucap Bibi.
"Huh..? Aku?!" Ariz, bingung dengan apa yang di katakan, Bibi.
"Minggu lalu, kau pernah berkata, kalau Orang-orang pasti akan sangat suka, dengan masakanku. Dan di situ Bibi berpikir, Bagaimana kalau Bibi membuat kedai makanan? Memang pada awalnya, tidak ada seorangpun yang datang untuk mencoba masakanku. Tapi, beberapa hari kemudian... Banyak orang-orang yang mulai berdatangan dan Membeli banyak sekali masakan buatanku. Ternyata benar perkataan mu, mereka sangat menyukainya." Ucap Bibi, senang.
"Ahh.. syukurlah. Itu berarti, perkataanku seminggu yang lalu, benar-benar terjadi, yah! Hahaha." Ucapnya, ikut senang.
"Hehe, kau benar."
"Tapi.. apa Bibi membuat semua ini?" Ariz menunjukan tempat untuk orang-orang makan. "Apa Bibi merenovasi tempat ini, sendirian?" Ucapnya, penasaran.
"Bibi hanya menata tempat ini saja. Tempat ini dulunya hanya ruangan kosong, tapi.. aku renovasi sedikit agar orang-orang bisa makan di tempat ini."
"Apa tidak lelah? Seharusnya aku datang untuk membantu, Bibi." Ucapnya, menyesal karena tidak membantu, Bibi.
"Aahh.. tidak perlu. Aku tahu, kau sedang sibuk." Ucap Bibi, menebak.
"Haah.. bukan sibuk. Tapi tidak ada kerjaan." Ucapnya, dengan nada yang lesu.
"Euh.. Siapa bilang? Aku tahu, kau minggu terakhir ini, berolahraga, kan?" Ucapnya, menebak.
"Ehh..? Bagaimana Bibi tahu? Aku tidak pernah melihat Bibi sama sekali." Ucap, ariz. Ternyata apa yang di ucapkan Bibi, benar.
"Tidak. Aku hanya menebak saja." Ucapnya.
"Sebenarnya, alasan aku berolahraga, agar bisa menjadi Ksatria. Tapi sayangnya, tubuhku terlalu lemah." Ucapnya, kecewa.
Mendengar perkataan itu, Bibi pun menyemangati nya. "Ariz, kau tidak boleh menyerah! Dengan terus berlatih dan makan-makanan yang bergizi, aku yakin, kau akan menjadi Ksatria hebat... Seperti para Ksatria di masa lalu. Dan jangan lupa dengan Impian dan tujuan mu!" Ucap Bibi.
Ariz sedikit bingung dengan perkataan terkahir yang di ucapkan, Bibi. "Impian dan tujuanku?" Ucapnya bingung.
"Kau pernah berkata, kalau Impianmu adalah menjadi ksatria terkuat, Dan tujuanmu adalah mengalahkan Azura..?! Aku yakin, kalau impian dan tujuanmu akan menjadi kenyataan!" Ucap Bibi, menyemangati, Ariz.
Tunggu-tunggu. Bagaimana ia bisa tahu, kalau ariz mempunyai sebuah impian dan tujuan? Bukanya, orang yang pertama kali mendengar nya, hanya reo saja? Ariz hanya bisa menatap wajah Bibi, dengan wajah yang kebingungan. "B-bagimana dia bisa tahu? Apa aku pernah berkata kepadanya, sebelumnya?" Ucapnya, berkata di dalam hati.
Bibi melihat wajah ariz yang kebingungan. Bibi sudah tahu mengapa wajahnya bisa seperti itu. Bibi hanya menjawab sambil tersenyum. "Ariz, mengapa raut wajahmu seperti itu? Apa aku salah berbicara tadi?" Ucapnya, membuat ariz tidak bingung.
"Ah! ehh..Tidak..! Aku hanya bingung, kenapa Bibi bisa tahu semuanya?
"Ah... E-eh, tidak!" Ariz terbata, wajahnya terheran-heran. "Aku hanya bingung, kenapa Bibi bisa tahu semuanya? Seingatku, aku belum pernah cerita soal impian dan tujuanku kepada Bibi. Apa mungkin... aku pernah cerita, ya?" Ia menggaruk kepalanya, makin bingung.
Bibi tersenyum misterius. "Ariz, kau belum pernah berkata apa pun padaku. Tapi, aku bisa tahu apa yang akan kau katakan dan perbuat di masa depan nanti."
Ariz menatapnya lekat, rasa heran bercampur curiga. "Bibi tahu apa yang akan kulakukan di masa depan? Bibi ini siapa sebenarnya? Apa Bibi seorang peramal...?" tanyanya dengan nada berhati-hati.
"Tidak. Aku bukan peramal, Ariz," jawab Bibi cepat.
"Kalau begitu... Bibi ini siapa? Tidak mungkin, 'kan, manusia bisa melihat masa depan seseorang?" Nada suara Ariz semakin tidak percaya.
Bibi menyeringai kecil. "Hmm... Kau benar-benar ingin tahu?"
"Eum!" jawab Ariz antusias.
"Sebenarnya, Bibi punya kekuatan tersembunyi," bisik Bibi. "Aku tidak tahu pasti dari mana asalnya."
"Hah? Mungkin Bibi yang menciptakannya?" tebak Ariz. "Pamanku pernah berkata, kita bisa menciptakan berbagai macam kekuatan. Mungkin tanpa sengaja, Bibi menciptakan kekuatan untuk melihat masa depan! Itu alasannya Bibi bisa melihatku di masa depan."
Wajahnya mendadak berbinar penuh semangat. "Oh, iya! Kalau begitu, Bibi bisa lihat, 'kan, bagaimana aku saat dewasa nanti?! Apa aku berhasil jadi Ksatria terkuat? Apa aku berhasil mengalahkan Azura?! Cepat beritahu aku!" desaknya, tidak sabar.
Bibi terdiam sejenak, lalu menggeleng pelan. "Maaf, Ariz. Aku tidak bisa melihat masa depan sejauh itu."
"Hah? Kenapa tidak bisa?" Ariz tampak kecewa.
"Aku memang bisa melihat masa depan, tapi hanya berjarak tiga belas hari ke depan saja," jelas Bibi. "Kau terakhir bertemu denganku seminggu yang lalu. Jadi, aku sudah tahu aktivitas yang akan kau lakukan dalam tiga belas hari ke depan."
"Whoaa... Kekuatan Bibi benar-benar luar biasa! Bagaimana bisa Bibi melihat seluruh aktivitas manusia sebelum mereka melakukannya? Itu hebat sekali!" seru Ariz, matanya membesar penuh kekaguman.
Bibi menghela napas. "Yah, mungkin terlihat hebat. Tapi sayangnya, kekuatan ini sangat terbatas dan butuh energi yang sangat banyak. Bahkan saat aku menggunakannya, aku akan kehilangan penglihatan selama lima menit."
Ariz terkejut. "Kehilangan penglihatan?! Kenapa bisa begitu?"
"Mungkin karena efek dari kekuatan itu yang terlalu menguras energi," jawab Bibi, menebak. "Ariz, perlu kau tahu, energi itu sangat penting untuk mengaktifkan sumber kekuatan. Contohnya saja para Ksatria tua. Kekuatan mereka yang begitu besar membuat energi yang mereka pakai jadi sangat boros. Itu sebabnya banyak dari mereka lebih memilih satu kekuatan daripada punya bermacam-macam kekuatan. Karena satu kekuatan saja sudah butuh energi yang banyak."
"Energi? Jadi... cara supaya aku bisa mengaktifkan kekuatan itu adalah dengan punya energi melimpah?"
"Ya, kira-kira seperti itulah konsepnya," Bibi mengangguk.
"Kalau begitu, aku harus mempunyai energi yang sangat besar! Bagaimana caranya, Bi?"
"Hmm... Aku tidak tahu, Ariz. Setahuku, kita tidak bisa memperbesar kapasitas energi. Itu tergantung pada kemampuan tubuh kita menampungnya.
"Oh, begitu, ya?" Ariz berpikir. Ia kira energi bisa diperbesar.
"Jika kau ingin punya energi yang besar, mungkin kau harus melatih tubuhmu."
"Caranya?"
"Tentu saja dengan berlatih! Apa yang kau lakukan minggu lalu sudah sangat bagus."
Ariz berpikir sejenak, lalu senyumnya mengembang. "Mungkin perkataan Bibi benar! Aku bisa punya energi yang melimpah dengan cara olahraga setiap hari!" ucapnya penuh semangat.
BERSAMBUNG...
bukan mencari kekuatan/bakat yang baru. sesuatu bakal bagus, kalau kita rajin👍