Di istana yang berkilauan, kebohongan adalah mata uang dan darah adalah harga dari kesetiaan. Seorang pelayan setia menyaksikan dosa tak terampuni yang dilakukan sang Permaisuri—dan dibungkam selamanya.
Atau begitulah yang Permaisuri pikirkan.
Langit yang menjadi saksi pilu mengembalikan Takdir si pelyan setia, mengembalikannya dari gerbang kematian, memberinya wajah baru, identitas baru—tubuh seorang selir rendahan yang terlupakan. Dengan jiwa yang terbakar dendam dan ingatan yang tak bisa dihapus, ia harus memainkan peran sebagai wanita lemah, sambil merajut jaring konspirasi paling mematikan yang pernah ada di istana. Tujuannya bukan lagi sekadar bertahan hidup, melainkan merenggut keadilan dari singgasana tertinggi.
Setiap bisikan adalah pertaruhan. Setiap senyuman adalah topeng. Di tengah intrik berdarah antara selir dan para menteri, mampukah ia meruntuhkan kekuasaan sang Permaisuri dari bayang-bayang sebelum identitas aslinya terungkap dan ia mati untuk kedua kalinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3: Tatapan Penuh Api
Permaisuri Xiu Feng tidak berlari; ia tampak melayang. Jubah naga hitamnya tampak menyerap semua cahaya di koridor istana. Para pelayan dan kasim yang mengikutinya ke Istana Phoenix tahu betul bahwa mereka sedang mengikuti badai yang tertahan, dan setiap orang berusaha untuk tidak mengeluarkan suara napas. Begitu tiba di Balai Anggrek Hitam, kediaman pribadinya yang mewah, Xiu Feng menghentikan langkah, membiarkan keheningan tebal menyelimutinya sejenak.
Kasim utama, Lie Wei, yang telah melayani Xiu Feng sejak ia menjadi selir rendah, menutup pintu berat Balai Anggrek Hitam. Suara bantingan pintu itu memecah keheningan, dan pada saat itu, topeng ketenangan Permaisuri Xiu Feng pecah.
Xiu Feng berbalik, matanya yang selama ini tampak setenang kolam kini menyala, penuh api yang membakar. Ia mencengkeram lengan jubahnya dengan begitu kuat hingga sutra terbaik pun tampak bergetar.
“Sutra merah,” Xiu Feng mendesis, suaranya tajam seperti pecahan porselen. Ia melangkah ke jendela besar yang menghadap ke Istana Anggrek, kediaman baru Selir Mulia Hong. “Li Wei, apakah kamu melihat nampan giok kotor yang dibawa Tabib Hao tadi? Merah! Warna yang mereka gunakan untuk mengumumkan berkah yang seharusnya menjadi milikku!”
Li Wei berlutut, wajahnya menunduk dalam-dalam. “Hamba melihatnya, Yang Mulia. Kegembiraan Raja… memang tidak tertahankan.”
“Tidak tertahankan?” Xiu Feng tertawa, tawa yang tidak mengandung kegembiraan, melainkan racun murni. “Itu bukan kegembiraan, Li Wei. Itu adalah deklarasi! Sebuah deklarasi bahwa setelah bertahun-tahun aku duduk di Takhta Phoenix, setelah aku memastikan Istana Naga memiliki fondasi yang kuat, seorang wanita jalang rendahan datang dan mencuri satu-satunya hal yang bisa menjamin supremasiku!”
Li Wei merangkak sedikit lebih dekat. “Yang Mulia adalah Permaisuri. Seal Phoenix berada di tangan Anda. Tidak ada yang bisa menantang posisi Anda, bahkan seorang pewaris sekalipun.”
“Bodoh!” Xiu Feng membentak, dan Li Wei tersentak. “Seorang pewaris adalah rantai terkuat yang mengikat Raja. Anak itu akan menjadi jaminan Hong. Jika Hong melahirkan Pangeran Naga, semua yang telah aku perjuangkan, semua darah dan keringat yang dicurahkan keluargaku untuk menempatkanku di sini ... akan menjadi abu! Raja Long tidak akan pernah melepaskan Hong. Dia tidak akan pernah bisa melupakannya.”
Ia berjalan mondar-mandir, napasnya tersengal. “Li Wei, apakah kamu melihat mata Tien Long? Itu bukan mata suami yang bahagia. Itu adalah mata seorang pria yang menemukan penyelamatnya. Dia melihat masa depan, dan di masa depan itu, aku hanyalah bayangan yang dingin.”
“Hamba mengerti, Yang Mulia. Hong harus disingkirkan sebelum benih itu tumbuh menjadi ancaman yang tidak bisa dihancurkan.” Li Wei berbicara dengan nada menenangkan, tetapi matanya mengintip reaksi Xiu Feng.
Xiu Feng berhenti, menatap bayangannya di lantai marmer. “Aku telah melindungi rahasia ini selama sepuluh tahun. Rahasia kemandulanku yang terpaksa kusembunyikan di balik diagnosis yang dilebih-lebihkan. Aku bahkan membiarkan Tabib Hao memalsukan laporan demi memastikan Raja tidak terlalu mencari anak. Tapi lihat sekarang! Langit seolah mengolok-olokku, mengirimkan benih itu pada Hong, wanita yang baru datang kemarin sore!”
“Apakah Tabib Hao sudah diberi peringatan?” tanya Li Wei hati-hati.
“Sudah. Dia gemetar seperti daun saat aku memanggilnya. Dia tahu bahwa jika Hong melahirkan, Raja akan mulai mempertanyakan mengapa selama bertahun-tahun aku tidak bisa memberinya pewaris. Dia tahu bahwa rahasia medis kami akan terkuak. Tabib Hao adalah sekutuku, tetapi dia adalah sekutu yang lemah dan mudah patah.” Xiu Feng menghela napas, kemarahan mulai berubah menjadi perhitungan yang dingin.
“Lalu, apa perintah Yang Mulia?” tanya Li Wei, kini nada suaranya berubah dari ketakutan menjadi kesetiaan yang kejam. “Kita tidak bisa menunggu sembilan bulan. Kita harus bertindak segera. Istana Anggrek kini dijaga ketat, seperti sarang naga.”
Xiu Feng menyeringai. Itu bukan senyum, melainkan kontraksi otot yang dingin. “Penjagaan ketat hanya melindungi dari pedang. Tapi bagaimana dengan racun, Li Wei? Racun yang tidak terlihat, yang tidak meninggalkan jejak, yang menyerupai penyakit alami seorang wanita yang terlalu rapuh untuk mengandung?”
“Yang Mulia bermaksud…?”
“Aku ingin Hong mengalami keguguran. Keguguran yang menyakitkan, yang tidak hanya merenggut benihnya, tetapi juga merenggut nyawanya, jika memungkinkan. Tapi yang paling penting, Li Wei, kematiannya harus tampak seperti takdir, bukan pembunuhan.” Xiu Feng berjalan ke mejanya dan membuka laci tersembunyi, mengambil sebuah botol kecil yang berisi cairan bening. Cairan itu tampak tidak berbahaya, seolah-olah hanya air pegunungan yang bersih.
“Ini adalah ‘Air Musim Dingin’,” jelas Xiu Feng, memutar botol itu di tangannya. “Dosis rendah, diberikan secara bertahap dalam ramuan tonik yang harus dikonsumsi setiap hari oleh wanita hamil. Racun ini tidak akan membunuh dalam semalam. Racun ini akan membuat tubuh Hong perlahan-lahan menolak kehidupannya sendiri, menguras kekuatannya, dan akhirnya, rahimnya akan menolak pewaris itu.”
Li Wei menelan ludah. Kejahatan ini jauh lebih kejam daripada serangan langsung. Ini adalah penyiksaan perlahan.
“Bagaimana dengan pelayan pribadinya?” tanya Li Wei, mengingat gadis muda yang selalu berada di sisi Hong. “Gadis itu, Xiao Ling. Dia sangat setia dan cerdik. Dia yang mengurus semua ramuan Hong.”
Mendengar nama Xiao Ling, tatapan Xiu Feng kembali membeku. “Pelayan hanyalah pelayan. Mereka melihat, tetapi tidak memahami. Mereka melayani, tetapi tidak pernah memimpin. Kita akan mengurus Xiao Ling setelah Hong tiada. Untuk saat ini, kita harus menemukan seseorang di lingkaran dalam Hong yang bisa kita beli, atau lebih baik, seseorang yang membenci Hong, dan Xiao Ling ya g tampak angkuh dan sombong untuk ukuran seorang pelayan rendahan.”
“Hamba akan mulai bekerja. Ada seorang juru masak di dapur Istana Anggrek, namanya Nyonya Guo, yang memiliki utang judi yang besar. Dan memiliki dendam dengan Xiao Ling. Sebab dengan adanya Xiao Ling putrinya tak bisa masuk menjadi pelayan di sisi selir favorit. Hamba yakin dia akan lebih dari bersedia untuk 'membantu' kami menukarkan beberapa bahan.”
“Bagus sekali, Li Wei,” puji Xiu Feng, senyumnya kini mencapai matanya, tetapi hanya untuk menampilkan kedinginan yang lebih besar. “Lakukan dengan hati-hati. Jangan pernah berinteraksi langsung. Gunakan rantai, dan pastikan setiap langkah bisa disangkal. Aku tidak akan membiarkan seorang selir dan benihnya menghancurkan Takhta Phoenixku. Aku adalah Sang Phoniex Abadi, Ratu Naga, dan Istana ini adalah milikku.”
Xiu Feng meletakkan botol ‘Air Musim Dingin’ itu di atas nampan kecil. “Ambil ini. Malam ini, siapkan rencana. Besok pagi, Hong akan mulai mengonsumsi ramuan ‘penyembuh’ dari kami, dan hitungan mundur akan dimulai.”
Li Wei mengambil botol itu dengan tangan gemetar. “Hamba akan memastikan tidak ada yang tersisa dari Selir Hong, Yang Mulia. Tidak ada benih. Tidak ada harapan.”
Saat Li Wei bergegas pergi untuk memulai rencana jahatnya, Xiu Feng kembali ke jendela, menatap Istana Anggrek di kejauhan. Di sana, di balik dinding yang baru dicat dan gerbang yang dijaga, Selir Mulia Hong sedang tertidur, tidak menyadari bahwa kebahagiaan yang baru ia dapatkan adalah vonis mati yang baru saja dijatuhkan oleh Permaisuri. Xiu Feng menghela napas panjang, bukan karena lega, tetapi karena kesenangan yang dingin. Kebenciannya terhadap Hong bukanlah kecemburuan yang biasa; itu adalah api yang menghanguskan, yang menuntut pengorbanan demi mempertahankan supremasi. Dia adalah penguasa yang dipercaya Istana Naga, dan dia akan memastikan bahwa benih yang mekar terlalu cepat itu akan layu sebelum sempat melihat matahari. Tekad hatinya.
Di Istana Anggrek yang tenang, Xiao Ling, yang baru saja memastikan semua pengawal berada di posisinya, merasakan hawa dingin yang tak terjelaskan. Ia melihat bayangan di kejauhan, di puncak Istana Phoenix, dan firasat buruknya semakin kuat. Jika Hong adalah bunga yang rapuh, maka Xiu Feng adalah musim dingin yang kejam, siap membekukan segalanya.
Malam itu, Xiao Ling memutuskan. Kewaspadaan saja tidak cukup. Dia harus mulai menjaga setiap aspek kehidupan Hong, terutama ramuan dan makanan yang akan segera datang dari Balai Tengah, hadiah 'kebaikan' dari Permaisuri.