Ilya Perry-Ivanova menikahi Nicholas Duncan hanya untuk satu tujuan: melarikan diri dari sangkar emas neneknya yang posesif.
Tapi Nicholas Duncan, sang pecinta kebebasan sejati, membenci setiap detik dari pernikahan itu.
Tujuannya Nick hanya satu: melepaskan diri dari belenggu pernikahannya, yang mana berarti Ilya. Istrinya yang paling indah dan jelita.
Ketika satu pihak berlari ke dalam ikatan itu, dan pihak lain mati-matian berlari keluar, mampukah mereka selamat dari perang rumah tangga yang mereka ciptakan sendiri?
×wasabitjcc
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wasabitjcc, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Lamaran
Sementara Ilya menjalankan misinya yang hendak menjadikan Nicholas Duncan sebagai suami, Nicholas di sisi lain benua memperoleh panggilan dari ayahnya—Hayden Duncan. Panggilan itu datang dari rumah, meminta Nick untuk segera pulang karena ada topik urgen yang perlu mereka diskusikan.
Nicholas Duncan atau Nick, tidak tinggal seatap bersama keluarga besarnya. Sejak berumur 18 tahun, Nick meninggalkan rumah dan menetap di asrama kampus. Begitu lulus, Nick memilih tinggal di sebuah apartemen kecil dan mulai membangun karirnya dari sana. Sedikit demi sedikit, hingga akhirnya menjadi bukit.
Sekarang, ketika Nick sudah menapak usia 32 tahun, Nick tinggal di sebuah apartemen miliknya, yang dibelinya dengan uang hasil keringatnya sendiri.
"Apa sesuatu terjadi pada Ma?" Nick bertanya setibanya di rumah. Saat itu Nick disambut oleh Chester, asisten pribadi Hayden Duncan yang umurnya sudah 40-an. Menjawab pertanyaan Nick, Chester pun menggeleng santai.
"Davina baik-baik saja, Nick. Beliau ada di taman bersama Maya dan Nacha."
"Nacha di sini?"
"Ya. Dia datang bersama Leon." Leon atau lengkapnya Leonard Duncan adalah kakak laki-laki Nick. Nacha adalah istri Leon, yang juga merupakan teman masa kecil Nick. Natascha Svennson namanya dulu, sebelum berganti menjadi Natascha Duncan.
"Sepertinya Pa tidak hanya memanggilku," kata Nick. Sambil mengikuti langkah Chester.
Mereka melenggang menuju ruang kerja Hayden yang berada di lantai dua. Selama perjalanan itu juga, Nick mengingatkan dirinya sendiri kalau kunjungannya saat itu tidak akan memakan waktu lama. Ia tidak boleh lepas kendali dan menunjukkan murkanya. Semuanya akan baik-baik saja.
Sedikit fakta tentang Nick, Nick tidak suka berkunjung ke ruangan kerja Hayden. Tidak ada memori baik yang bisa ia ingat dari tempat itu. Tapi, mengingat ia sudah dewasa, sudah selayaknya ia bertingkah dewasa. Nick menekan kekesalannya dan menghadap kepada Hayden yang sudah menunggunya sambil berbincang-bincang dengan Leon.
"Akhirnya, si berandalan ini datang juga." Hayden menyambut kehadiran Nick dengan kedua tangan terbentang lebar, berharap Nick akan singgah ke dekapannya. Namun, malang untuk pria itu, Nick tidak menggubris tingkahnya dan memilih menjabat tangan Leon.
"Bagaimana kabarmu dan Nacha?" tanya Nick pada Leon.
"Kami baik, Nick. Kamu sendiri? Kamu tidak datang pada makan malam kemarin, Ma mencarimu. Apa yang terjadi?"
"Aku ada urusan pekerjaan di Milan."
"Ooh, bagaimana kabar bisnismu?"
"Semuanya berjalan baik," kata Nick, dan setelah puas mengabaikan Hayden, Nick akhirnya menoleh kepada pria tua yang kini bertampang ketus di ujung sofa. Hayden pasti kecewa sudah tidak mendapat dekapan dari Nick, tapi mau bagaimana lagi, sudah sejak lama Nick tidak memandang pria itu sebagai ayahnya.
"Aku mendapat telepon dari Chester," kata Nick, mengajak Hayden bicara. "Apa yang terjadi? Katanya ada sesuatu yang urgen?"
"Sesuatu yang urgen memang sedang terjadi," sahut Leon, lalu tersenyum. "Urgen dan menyenangkan."
Nick tidak mengerti. "Apa maksudnya?"
"Kabar baik, Nick, sedang menghampirimu." Hayden akhirnya berucap juga. Ia menjalinkan jari-jemarinya di antara dua lututnya yang terbuka. Sambil memandang Nick yang hanya duduk menyandar di bahu sofa, Hayden mengutarakan kabar baik tersebut dengan suara riang, "Nick, keluarga Ivan melamarmu."
Suhu di ruangan itu seketika membeku. Nick membeku.
"Anakku yang paling tampan, dari semua pria yang ada di dunia ini, puteri bungsu dari keluarga Ivan itu memilihmu. Sungguh berkah dari langit." Hayden sepertinya tidak terpengaruh akan dingin yang menyergap Nick. Ia terus bicara, memaparkan betapa beruntungnya Nick telah dilamar oleh keluarga tersohor dari Rusia.
"Ivan?" Kening Nick mengernyit dalam kebingungan. Tunggu, siapa keluarga Ivan? Ivans? Ivanov? Tunggu, Ivanov? Puteri bungsu? Adiknya Eddy? Anak gagak di pohon itu?
Tidak. Itu tidak mungkin.
"Berikan aku waktu sebentar," Nick mengangkat tangan dan menjeda celotehan Hayden. Ia butuh waktu untuk mengatur ulang isi kepalanya. Ia perlu menata kembali setiap informasi yang menguar dari benaknya. Informasi yang tumpah-ruah seperti air yang kepenuhan di tangki dan membanjiri segala persepsinya.
Namun, semakin Nick merapikan setiap informasi yang berjatuhan di benaknya, semakin Nick di arahkan kepada anak perempuan yang samar-samar pernah hinggap di hidupnya. Anak perempuan dari keluarga Ivan, seorang Ivanova, adik Eddy.
Ilya Perry-Ivanova.
Satu-satunya seorang Ivan yang berkelamin perempuan dan belum menikah.
"Ini tidak masuk akal," gumam Nick pada dirinya sendiri.
"Apa kamu sudah selesai?" Hayden kembali mengajak Nick bicara setelah beberapa menit terlewat dalam keheningan.
Menepikan segala deduksi yang berjalan di kepalanya, disertai segala kebingungan, Nick menaruh perhatian kepada topik yang sempat ia tinggalkan untuk merenung. "Jadi ini alasan kalian memanggilku? Panggilan yang Chester bilang urgen dan apa tadi kalian menyebutnya, kabar bahagia? Ini? Lamaran ini?"
Leon membaca kesinisan dari suara Nick dan menyahut, "Ini membahagiakan, Nick. Sudah saatnya kamu menikah dan lamaran dari keluarga Ivan? Ini kesempatan emas."
Nick mendengus, "Aku tidak tertarik, terima kasih. Kalau kalian berminat, kalian saja yang menikah dengannya." Nick hendak beranjak meninggalkan ruangan itu, tapi Hayden menyela.
"Kami sudah menerima lamarannya, Nick."
"Apa?!" Daripada pertanyaan, ucapan Nick lebih seperti teriakan penuh protes.
Hayden menerima teriakannya, tapi tidak terhentak sama sekali. Pria itu sekokoh patung Liberty.
"Aku sudah menerima lamaran itu, Nick, dan aku tidak menerima penolakan darimu. Kamu harus menikahinya."
"Ini kehidupanku, jangan mengaturku!"
"Kamu sudah memperoleh kebebasan dariku selama ini, tapi sekarang tidak. Aku mau kamu menikah dengan anak itu, maka kamu akan menikah dengannya."
"Kamu tidak bisa memaksaku," bantah Nick. Seringai mekar di wajahnya, menantang Hayden.
"Kamu akan menikahinya tanpa aku perlu memaksamu, anakku. Kalau kamu puteraku, kamu pasti tahu siapa lawanmu. Kamu pasti tahu betapa seriusnya keluarga Ivan.
"Lamaran mereka bukan penawaran yang bisa kamu tolak dengan gelengan, Nicky. Lamaran itu adalah pemberitahuan kalau mereka menginginkan kamu. Kalau kamu tidak mau, kamu pasti paham konsekuensinya, bukan? Toh, di antara kita, kamu yang berteman akrab dengan putera mereka. Kamu pasti paham cara mereka bekerja."
Mengikuti peringatan ayahnya, Nick mengimbuhi dengan suara yang lebih lembut, "Pikirkan baik-baik tindakanmu, Nick. Kamu sedang di puncak karirmu sekarang, kalau mereka menjatuhkanmu, kamu akan remuk berantakan. Jangan gegabah dan membuat keputusan yang riskan."
Meski ucapan Leon dan Hayden terdengar masuk akal, Nick merespon keduanya dengan decakan remeh penuh kesinisan.
"Apa kalian paham apa yang baru saja kalian katakan padaku?" tanya Nick, "Kalian menyuruhku menjual diriku kepada anak Rusia itu dan kalian bersenang-senang. Kalian menganggap ini menyenangkan, bukan?"
"Aku hanya ingin kamu memiliki pendamping hidup, Nick." Leon membela diri. "Kamu sudah 32 tahun, sudah saatnya kamu memiliki istri. Kamu tidak bisa selamanya menggantungkan harapanmu kepada Nacha."
Mata Nick membola. "Kenapa—, tunggu, ini konyol. Perasaanku pada Nacha berakhir ketika kamu menikahinya, Leon. Aku tidak mengharapkan apa pun darinya."
"Kalau begitu buktikan! Menikah lah dengan anak Rusia itu. Tinggalkan aku dan Nacha sendirian."
Nick lagi-lagi tertawa, matanya berkilat jenaka. Leon sangat tidak masuk akal, pikirnya. Kakak laki-lakinya itu pasti sudah sama gilanya dengan Davina. Mungkin Skizofrenia wanita itu sudah menurun ke Leon.
"Aku tidak akan menikah dengan siapa pun," ujar Nick, tawanya reda seperti tidak pernah ada. Ucapan seperti deklarasi pada semua telinga yang mendengarkan, termasuk Chester yang berdiri di luar ruangan.
"Aku tidak mau menikah."
"Aku akan menganggap kamu tidak mengatakan apa pun padaku, Nicky." Hayden merespon dengan tenang. "Keluarga Ivan akan datang dari Moskow hari Jumat nanti. Chester akan mengabarimu jam kedatangan mereka padamu. Kalau kamu sudah berpikir jernih dan menjadi lebih bijaksana, datanglah untuk menjemput calon istrimu di bandara."
Nick tidak memahami jalan pikiran ayah dan saudaranya. Merasakan kalau berbicara pada mereka hanya berujung percuma, Nick beranjak meninggalkan ruangan itu sambil melonggarkan dasi dan melepaskan kancing kemeja teratas yang terasa seperti mencekik lehernya.
Sialan, pikir Nick, ia seharusnya tidak pulang.
...----------------...