Sebelas tahun lalu, seorang gadis kecil bernama Anya menyelamatkan remaja laki-laki dari kejaran penculik. Sebelum berpisah, remaja itu memberinya kalung berbentuk bintang dan janji akan bertemu lagi.
Kini, Anya tumbuh menjadi gadis cantik, ceria, dan blak-blakan yang mengelola toko roti warisan orang tuanya. Rotinya laris, pelanggannya setia, dan hidupnya sederhana tapi penuh tawa.
Sementara itu, Adrian Aurelius, CEO dingin dan misterius, telah menghabiskan bertahun-tahun mencari gadis penolongnya. Ketika akhirnya menemukan petunjuk, ia memilih menyamar menjadi pegawai toko roti itu untuk mengetahui ketulusan Anya.
Namun, bekerja di bawah gadis yang cerewet, penuh kejutan, dan selalu membuatnya kewalahan, membuat misi Adrian jadi penuh keseruan… dan perlahan, kenangan masa lalu mulai kembali.
Apakah Anya akan menyadari bahwa “pegawai barunya” adalah remaja yang pernah ia selamatkan?
---
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 – Hari Kedua di Sweet Anya
Malam itu, setelah pulang dari Sweet Anya, Raka alias Adrian duduk di apartemen kecilnya yang ia sewa di distrik barat. Meja kerjanya kosong, hanya ada satu mug kopi dan sebuah kalung berbentuk bintang yang ia keluarkan dari saku. Jemarinya menyentuh permukaannya, mengingatkan pada masa sebelas tahun lalu yang mengubah hidupnya.
Senyum samar muncul.
“Masih sama, ya…” gumamnya.
Ia meletakkan kalung itu kembali, lalu memandang jam dinding. Hampir pukul sepuluh malam. Ia tahu kalau ingin besok kuat bangun jam empat pagi, ia harus tidur. Tapi otaknya tetap memutar kembali momen tadi sore—senyum Anya, tatapan seriusnya saat memanggang roti, bahkan cara gadis itu mengomel sambil tersenyum.
Bahkan gumaman “roti rasa air laut” itu membuatnya tertawa pelan di tengah keheningan.
---
Di Pagi Hari Kedua
Jam 4.30 pagi, kabut distrik barat masih tebal. Raka melangkah keluar dari pintu apartemen, membawa ransel dan hoodie sederhana. Tak ada mobil mewah, ia bahkan berjalan kaki sambil menghirup udara pagi.
Baru kali ini ia merasakan hidup santai tanpa harus memikirkan hal yang tidak penting, jadi Adrian sangat menikmatinya. Ia sedang menjemput jodohnya
Begitu sampai di depan Sweet Anya, lampu toko sudah menyala. Dari balik kaca, ia melihat Anya menata loyang di meja besar. Gadis itu menguap lebar, lalu menepuk pipinya sendiri agar segar.
Adrian yang melihat itu tersenyum lucu lalu ia membuka pintu toko
Cling...! Lonceng kecil berbunyi saat ia membuka pintu.
“Pagi, Anya,” sapanya.
Anya menoleh sambil mengikat ulang kuncir rambutnya. “Pagi, Pangeran Roti Gosong. Siap ujian hari kedua?”
Raka terkekeh. “Siap, Bos.”
“Aku bilang, jangan panggil bos. Aku Anya. Dan kali ini, coba jangan sampai roti berubah warna jadi batu bara.”
“Baik, Anya.” jawab Adrian dengan senyum kecilnya lalu memulai aktivitas nya
---
Anya memberikan apron baru. “Hari ini kita bikin donat. Simple, tapi butuh telaten. Aku mau lihat apakah kamu lebih cocok jadi pembuat roti atau model di majalah tepung.”
Raka mengerutkan kening. “Model di majalah tepung?”
“Ya, model yang mukanya penuh tepung karena ceroboh,” jawab Anya sambil mengedip.
"Ada ada saja" ujar Adrian atau Raka sembari tersenyum lagi
Mereka mulai bekerja. Anya menunjukkan cara membuat lubang di tengah adonan donat. “Harus pas ukurannya. Kalau terlalu kecil, nanti nutup pas digoreng. Kalau terlalu besar, malah jadi… cincin tepung.”
Raka mencoba mengikuti. Donat pertamanya… bentuknya mirip hati, donat kedua malah mirip bintang.
“Hmm… unik, tapi pelanggan kita mau donat, bukan kue Valentine,” komentar Anya sambil menahan tawa.
Raka tertawa kecil. “Kalau unik, bisa mahal, kan?”
“Kalau unik karena gagal, namanya diskon besar-besaran,” balas Anya cepat.
---
Jam 7, Sweet Anya mulai dipenuhi pelanggan. Bu Narti tentu datang lagi, kali ini membawa kucingnya di dalam keranjang.
“Nak Anyaaa..., Tante mau beli roti pisang, sama titip kucing bentar ya. Tante mau belanja ke pasar,” katanya santai.
Anya mengangkat alis. “Tante sebenarnya mau di panggil ibu atau Tante jadi bingung setiap hari ganti ganti,dan lagian ini toko roti, bukan penitipan hewan.”
“Hehehe, apa saja boleh atau mau mama mertua juga boleh, dan untuk kucing ini dia nggak ribet, kok. Dia cuma tidur,” jawab Bu Narti sambil meletakkan keranjang di meja kasir.
"Mertua dari mana Tante, saya mau cari uang bukan cari jodoh" jawab Anya
Raka tersenyum mendengar jawaban Anya lalu menunduk, melihat kucing itu menguap. “Namanya siapa, Bu?”
“Namanya Bubu. Kamu jagain dia ya, Nak. Tante balik sebentar.” ujar Bu Narti
Anya hanya bisa menghela napas. “Oke, Bubu, jangan makan adonan kami, ya.”
Tak lama, datang segerombolan anak sekolah. Mereka heboh memesan donat sambil bercanda.
“Kak Anya, donat ini buatan Kak Raka?” tanya salah satu anak.
Anya nyengir. “Iya, tapi kalau rasanya aneh, itu percobaan ilmiah.”
Anak-anak itu tertawa. “Kalau gitu, kami mau coba lima biji!”
---
Saat Raka menaburkan gula bubuk ke donat, tangannya terlalu kuat mengguncang saringan. Hasilnya, gula beterbangan seperti salju… tepat ke rambut Anya yang sedang lewat.
“Rakaaa!” seru Anya, menepuk kepala sendiri yang sekarang putih.
“Ups. Maaf. Sekarang kamu terlihat seperti peri salju,” ujar Raka sambil menahan tawa.
Pelanggan yang melihat ikut tertawa, sementara Anya menatapnya tajam. Tapi bibirnya juga melengkung tipis. “Oke, peri salju akan membalas dendam. Selesai shift, kamu yang bersihin semua meja.”
“Deal.”
--
Menjelang siang, seorang nenek datang dengan langkah pelan. Anya langsung keluar dari belakang meja untuk membantunya duduk.
“Nenek mau roti gandum yang biasa?” tanya Anya lembut.
“Iya, Nak. Tapi uang nenek agak kurang…” jawab si nenek ragu.
Anya tersenyum. “Sudah, simpan saja uangnya. Hari ini gratis. Anggap saja hadiah.”
Raka memperhatikan dari jauh. Anya tidak pernah mengumumkan kebaikan itu, ia melakukannya seolah hal biasa. Dan itu membuat Raka semakin yakin, ia datang ke tempat yang tepat.
--
Jam 3 sore, hujan deras turun. Pelanggan berkurang, tapi aroma roti memenuhi udara. Anya duduk sambil mencatat stok, sementara Raka membereskan loyang.
Tiba-tiba listrik berkedip sebentar. Anya mengangkat kepala. “Kalau mati lampu, kita bisa nyanyi bareng.”
“Nyanyi bareng atau kamu nyuruh aku bikin roti di kegelapan?” tanya Raka.
“Dua-duanya.”
Hujan membawa suasana tenang. Raka duduk di kursi seberang meja Anya. “Kamu nggak pernah libur?”
Anya menggeleng. “Jarang. Kalau aku libur, toko tutup. Dan… aku nggak mau orang kecewa nggak bisa beli roti mereka.”
“Berarti kamu nggak punya waktu buat jalan-jalan?”
“Punya… kalau dihitung belanja bahan ke pasar sebagai jalan-jalan,” jawabnya sambil tertawa.
---
Di tengah percakapan, pintu terbuka. Pak Tono, tetangga yang suka ikut campur urusan orang, masuk.
“Wah, wah, wah… ini pegawai baru ya? Cocok banget sama Anya. Tingginya pas, mukanya juga enak dilihat,” komentarnya.
Anya menghela napas. “Pak, ini toko roti, bukan biro jodoh, bagian dua.”
Pak Tono malah tertawa. “Ya ampun, Anya… kalau nanti ada undangan nikah, jangan lupa undang saya.”
Raka hanya bisa tersenyum kaku, sementara Anya menepuk jidat.
---
Hujan reda menjelang sore. Beberapa pelanggan terakhir pulang, meninggalkan aroma roti yang masih hangat. Anya menyapu lantai, sementara Raka mengepel.
“Kamu lumayan hari ini,” komentar Anya sambil melihat hasil kerja Raka.
“Lumayan… artinya belum bagus?” tanya Raka
“Lumayan… artinya aku nggak menyesal nggak memecatmu,” jawab Anya sambil tersenyum miring.
Raka tertawa kecil. “Terima kasih, Anya.”
---
Setelah semua selesai, Anya duduk sambil menyeruput teh. “Besok kita coba resep baru. Siap?”
Raka mengangguk. “Selalu siap.”
Anya menatapnya sebentar, lalu tersenyum. “Oke. Sampai besok, Pangeran Donat Bentuk Aneh.”
Raka keluar toko dengan hati ringan. Di sakunya, kalung bintang itu kembali ia genggam.
Satu hari lagi bersama dia… satu langkah lagi mendekat, pikirnya.
Bersambung…
lgian,ngpn msti tkut sm tu nnek shir....
kcuali kl ada rhsia d antara klian....🤔🤔🤔