NovelToon NovelToon
Ibuku Adalah Surgaku

Ibuku Adalah Surgaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin
Popularitas:814
Nilai: 5
Nama Author: Rosida0161

Bagi seorang ibu selama khayat di kandung badan kasih sayang pada anak tak akan hilang. Nyawa pun taruhannya, namu demi keselamatan sang anak Suryani menahan rindu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tergoncang Nama Menantu Bos

Dua Puluh Tahun Kemudian

Suryani mencium tanah tiga kali, sebagai bentuk sujud syukur saat dirinya sudah berada di luar gerbang penjara wanita. 

Dua puluh tahun tembok tinggi itu telah memisahkannya dari dunia luar.

Udara bebas luar penjara akan menjadi bagian kehidupannya untuk hari ini dan ke depannya.

“Selamat ya, Bu Suryani, hati hati..” Ibu Sipir penjara wanita yang mengantarkannya tersenyum, lalu menyalami perempuan yang semasa dalam tahanan menjalaninya dengan tertip. Bahkan kepala sel menugaskannya sesekali bantu bantu masak di dapur.    

"Ya, Ibu, sama sama," 

Suryani membiarkan udara pagi hari menerpa wajahnya.

Sejuk. 

Kesejukan yang pertama itu dirasakan di relung hatinya. Nyaman karena dirinya sudah bebas merdeka. 

Tapi bingung mau kemana sekarang?

“Adi...” bibirnya tergetar menyebut nama anaknya. 

Dua puluh tahun ia tak melihat anaknya. Bocah tujuh tahun yang dimintanya pergi menjauh dari rumah majikannya. 

Terbayang saat  Adi ia suruh pergi dengan paksa meninggalkan rumah majikannya. Tertatih anaknya melangkah, sesekali menoleh ke belakang tatapnya mengiris jiwa. 

Air mata Suryani mengingat bagaimana Adi melangkah meninggalkannya.

"Adi takut, Bu ..." terngiang getar suara Adi di telinganya.

"Adi ... "

Tiba tiba saja raut muka Suryani meredup. Sinar matanya yang semula berbinar karena telah menghirup udara bebas, muram, sedih merasakan rindu pada buah hatinya.

Ia tak marah anaknya tak datang menjenguk, karena saat ia ditangkap Adi sudah tak bersamanya. Bocah itu sudah disuruhnya pergi jauh sebelum polisi datang.

Suryani akan lebih nyaman jika anak lelakinya itu tak pernah menginjakkan kakinya di penjara. Demi ketenangannya, mungkin juga demi keselamatannya. Ia khawatir keluarga majikannya yang terbunuh akan mencari anaknya. Itulah kekhawatiran seorang ibu, mungkin juga berlebihan. 

Suryani tak perduli.   Keputusannya itu sudah benar bagi seorang ibu yang ingin melindungi anak kandungnya.

Saat ini Adi sudah pemuda dewasa. Ada senyum bahagia di bibir Suryani, walau tak tahu ia harus kemana mencari anaknya. Sudah berumur dua puluh tujuh tahun Adinya. Seperti apa rupa dan sosok anaknya kini. Ingin sekali ia bertemu. Tapi dimana harus mencari anaknya itu?   

Rasa rindu yang menggebu memenuhi rongga dadanya. Rindu akan diri anaknya, sudah ia rangkum sejak hari pertama berada di tahanan polisi.

Rindu yang hampir saja meledakkan dadanya. Namun sebesar apa rindu itu ia simpan di sana, tetap akan tertampung. Karena Allah yang memberi kekuatan pada setiap rongga dada makhluk ciptaanNya.    

Kalau saja tuannya tidak bersikap kurangajar pasti ia masih berkumpul dengan Adi. Tak akan pernah  Adinya  jadi pembunuh. Tak akan dirinya mendorong Adi kecil meninggalkannya.

"Adi dimana kamu, Nak, baik baikkah selama ini?"

Dalam kerinduannya yang teramat dalam pada anaknya, membuat benaknya mendatangkan bayang seorang pemuda tampan berseragam sebuah lembaga instansi pemerintah.

Lalu berganti dengan seragam lain. Dan terakhir tampil bersahaja dengan setelan baju koko. 

"Adi ..."

"Ibu ..."

Mereka berpelukan.

Ah aku hanya berkhayal.

Suryani menghapus air matanya.

Kembali terbayang Adi dalam penampilan berbeda seperti dalam bayangannya tadi.

Oh mengenakan pakaian apa pun Adinya tetap tampan dan menawan bagi dirinya. Karena dari rahimnya anaknya itu terlahir.

Nama yang terdiri tiga huruf itu begitu berarti. Begitu merekrut seluruh jiwa raganya. Adi yang disebut dengan getaran bibirnya itu adalah sesuatu yang sangat berharga. Merupakan belahan jantungnya. Permata hatinya. Karena Adi dia tetap tegar dan harus kuat.       

"Bu Suryani ..."

Suryani menoleh.

 Sipir penjara wanita itu berlari lari kecil mendekat pada Suryani yang berjalan tanpa tujuan.

"Bu Yani ada pekerjaan kalau Ibu mau,"

"Mau, Bu, mau ..." angguk Suryani cepat. Bukankah setelah bebas  perlu menghidupi diri?

"Ini alamatnya, ini ongkos untuk Ibu." Ibu  Sipir penjara itu memberikan alamat serta uang seratus ribu rupiah," Pak Sugandi Bos suami saya akan menikahkan anaknya. Ibu bisa bantu bantu di rumahnya  ya, kebetulan kemarin istri beliau telepon saya,"

"Ya, Bu,"

 "Biar nanti saya telepon  ya "

 "Ya, Bu terima kasih, " angguk.Suryani sangat senang mendapat pekerjaan.

"Oh ya, Bu, jangan tersinggung, ya ..." Sipir penjara terdiam ragu.

 "Apa, ya, Bu?"

"Hem begini, supaya nggak jadi bahan pertanyaan dan sebagainya, sebaiknya Ibu Yani jangan bilang kalau baru bebas penjara, tak usa mereka tahu. Bilang saja darimana terserah Bu Yani, ya, "

"Ya, Bu," rupanya Suryani juga maklum jika orang enggan menerima pekerja yang baru bebas dari lapas. Terlebih lagi dirinya dihukum dengan tuntutan membunuh majikan. Pastilah orang akan akan ngeri.

Sedangkan ibu sipir penjara khusus untuk perempuan itu sudah kenal karakter Suryani, makanya berani merekomendasikan perempuan empat puluh tujuh tahun itu pada keluarga bos suaminya.

                         *

Di sebuah rumah mewah dan besar kini Suryani berada. Seorang pelayan membawanya ke dalam. Tapi bukan ke ruang utama rumah bertingkat itu. Melainkan ke bangunan khusus dihuni para pekerja. Dari sopir, satpam atau petugas keamanan rumah tersebut, hingga tempat yang dihuni oleh pelayan dan kepala asisten rumah tangga.

Suryani duduk menunggu di ruang sebelah dapur. 

"Air putih, Bu," pelayan  memberikan segelas air putih.

"Terima kasih, Nak," haus memang, tapi Suryani tak lantas meneguk air di dalam gelas yang berembun, karena air yang disuguhkan adalah air dari kulkas atau dispenser.

"Silahkan diminum Ibu," seru pelayan yang masih muda itu.

"Ya," barulah Suryani meneguk hampir habis isi gelas di tangannya, "Maaf haus jadi gelasnya bocor," malu-malu Suryani meletakkan gelas yang isinya sisa sedikit itu di atas meja.

Pelayan itu tertawa kecil, "Tidak apa Ibu, disuguhkan memang untuk diminum."

"Ya juga, ya," angguk Suryani.

"Ibu namanya?"

"Panggil Bu Yani atau bi Yani terserah,"

"Saya Yanti, Bu sebagai pelayan di sini sudah tiga tahun, betah dan nyaman kerja di sini,"

"Umur Nak Yanti?" 

"Delapan belas tahun," tersenyum Yanti, "Saya dari kampung. Ibu saya sakit sakitan, makanya saya kerja untuk membantu biaya hari-hari ibu dan tiga adik saya," cerita Yanti tanpa merasa terbebani.

"Oh anak berbakti, semoga rejekiku lancar, Nak," hati Suryani simpati pada gadis muda yang terlihat begitu menikmati pekerjaannya.

"Aamiin, saya ke dalam dulu ya, Bu, sebentar lagi Mak Minah yang nentuin tugas Ibu Yani,"

"Silahkan, Nak Yanti,"

Yang disebut Mak Minah adalah perempuan berbadan gempal. Umurnya melewati Lima puluh tahun. 

"Assalamu'alaikum," seru mak Minah ramah pada Suryani.

"Wa'alaikum salam," segera Suryani berdiri menyalami Mak Minah.

"Ibu Yani, kan?" 

"Ya, ini Mak Minah?" Suryani tersenyum.

"Pasti Yanti yang cerita?"

"Ya Mak Minah yang akan menentukan pekerjaan saya di sini,"

"Begitulah Bu Yani, saya ikut Nyonya sudah dua puluh tahun, sejak Non Dila yang mau menikah dua Minggu lagi, masih kecil, masih umur tiga tahun," lancar dan banyak tersenyum si Mak Minah ternyata.

"Wah hebat Mak Minah ini bertahan sampai puluhan tahun,"

"Mau kerja apalagi, yang penting bisa biayai anak anak, eh jadi ngelantur saya, begini, kan mau ada pesta jadi di sini butuh tenaga tambahan. Maklum yang mau kawin anak bos, yang bungsu, jadi ya spesial hebohnya.

Terdengar deru mobil.

"Oh itu Tuan muda Adi,"

"Tuan muda Adi?!" Suryani tiba tiba terusik begitu mendengar nama Adi.

"Calon suami Non Dila,"

"Oh," agak gugup Suryani, tapi berusaha tenang, pasti bukan Adinya, toh nama Adi banyak diluar. Sana."Namanya bagus Adi," tanpa sadar Suryani memuji nama persis dengan nama anaknya.

"Ya Tuan Adi Setia Alam,"

Terbelalak Suryani. Itu nama Adi anak yang begitu dirindukannya.

Bersambung

1
Marifatul Marifatul
🤔🤔🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!