NovelToon NovelToon
TRAUMA

TRAUMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Misteri / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Trauma masa lalu / Bullying dan Balas Dendam / Idola sekolah
Popularitas:650
Nilai: 5
Nama Author: Fidha Miraza Sya'im

Keberanian tidak akan pernah absen dari ketakutan.
Orang berani bukan berarti mereka tidak pernah merasa takut, akan tetapi mereka berhasil menaklukkan rasa takut itu.

Hanya karena kau pernah gagal lalu terluka di masa lalu, bukan berarti semua yang kau hadapi sekarang itu sama dan menganggap tidak ada yang lebih dari itu.

Kau salah . . . . . !!!

Briana Caroline MC.
Yang arti nya KEBERANIAN, TANGGUH, KUAT DAN PENAKLUK DUNIA.

Tidak seperti arti dari namanya yang diberikan orang tuanya. Justru malah sebalik nya.

Bayang-bayang dari masa lalunya membuat dia TRAUMA. Itulah yang membuatnya selalu menghindari apapun yang akan masuk ke dalam hidupnya.
Dia lebih memilih untuk lari ketimbang menghadapinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fidha Miraza Sya'im, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Briana dan Anya sudah berada di caffe anak muda. Mereka berdua duduk di bangku pojokan dimana posisi tersebut tempat yang paling nyaman di caffe itu.

"Bri, gue sudah cantik belum?". Anya merapikan dandannya dan tak lupa dengan bandonya.

"Heeemmm". Briana menaikan alisnya sebelah dan sesekali melirik pada jam tangannya yang sudah mengarah pukul setengah 3.

"Masih lama enggak sih Nyak? Loe kan tahu kalau gue enggak bisa lama-lama. Bisa-bisa bentar lagi nyokap gue nyampe ke rumah". Briana mulai merasa resah.

"Sabar donk Bri, paling bentar lagi dia nyampe. Janji deh gitu orangnya sampek, loe boleh pulang". Anya celingak-celinguk mencari sosok yang dia tunggu. Briana mengenduskan nafasnya dan berkutat pada jam tangannya.

"Naah itu mereka". Anya menunjukkan ke arah 2 orang cowok yang gayanya sedikit alay berjalan menghampiri mereka.

"Hai, sorry ya kami telat. Kalian pasti sudah lama ya nungguinnya? Oh ya gue Bobby". Salah satu dari 2 cowok tersebut melirik ke arah Briana.

"Ahh enggak kok, kita baru saja nyampe he he he. Oh ya duduk yuk". Anya langsung menyambut mereka dengan ramah.

Mereka pun duduk berempat secara berhadapan. Mata kedua cowok hanya menuju kearah Briana yang cuma terdiam cuek.

"Oh ya gue lupa, ini kenalin teman gue namanya Kevin".

"Anya". "Kevin". (mereka saling berjabat tangan).

"Nya . . . Gue langsung cabut ya". Briana memotong pembicaraan mereka sembari bangkit dari duduknya.

"Tunggu dulu Bri, loe kenalan dulu sama teman-teman gue". Anya menahan Briana pergi.

"Alaaah Nya, lagian tadi loe sudah janji sama gue, gue sudah boleh langsung cabut kalau teman-teman loe sudah datang. Sekarang mereka sudah datang, jadi gue harus pulang oke". Briana menepis tangan Anya.

Kedua cowok itu melirik Anya dan Briana.

"Sebentar saja Bri, kenalan dulu sama mereka". Anya tetap memaksa.

"Enggak penting....!". Ketusnya lalu tanpa basa-basi Briana meninggalkan Anya bersama teman - teman barunya di caffe.

"Maafin teman gue ya. Maklum dia lagi PMS jadi memang suka gitu orangnya, tahu lah ya kalau cewek lagi PMS he he he". Anya mendadak kikuk.

"Iya enggak masalah kok he he he". Jawab Bobby merasa sedikit kecewa karena Briana pergi tanpa berkenalan sebelumnya.

....

Dengan kecepatan tinggi Briana melajukan mobilnya menuju pulang agar dia lebih tiba dari pada sang mami. Tapi dugaannya salah, sang mami sudah tiba di rumah satu jam yang lalu.

"Mami pikir kamu bakal enggak pulang lagi seperti biasanya setiap mami pulang". Bu Mona yang sibuk di dapur melirik anak tunggalnya yang baru tiba di rumah. Sedangkan Briana hanya acuh.

"Yuk kita makan bareng, ini mami sudah nyiapin makan siang untuk kamu. Mami masakin makanan kesukaan kamu lho". Bu Mona menyuguhkan berbagai macam makanan kesukaan Briana di atas meja makan.

"Huh . . . Memangnya masih ingat sama makanan kesukaan aku?". Ketusnya.

"Kamu itu kan anaknya Mami satu-satunya, masa iya mami lupa sama makanan kesukaan kamu sayang". Bu Mona menghampirinya dan membelai rambut pirang Briana.

"Waaah enggak sangka! Aku saja sudah lupa sama makanan kesukaan aku sendiri, karena yang selalu aku ingat cuma yang aku BENCI saja (Briana menekan kan kata BENCI ke telinga Bu Mona). Lagian aku enggak lapar, kasi saja sama orang lain makanannya atau enggak di buang saja di tong sampah. Oh ya lupa atau Mami bisa kasi saja makanan itu ke laki-laki yang sangat Mami cintai itu". Tegasnya menatap maminya penuh dengan kebencian.

"Briana . . . ". Bu Mona bernada tinggi karena emosinya mulai terpancing.

"Fuuuhht... Oh ya to do point saja, kenapa sekarang tiba - tiba mainin peran sebagai seorang ibu yang baik? Apa karena mau mendapatkan piala tropi ha?". Briana menyindirnya.

Bu Mona meredamkan emosinya dan berusaha untuk mendamaikan hati Briana.

"Mami pulang karena mami rindu sama kamu Bri. Oh ya! Mami juga bawa ole-ole makanan kesukaan kamu dari Jerman dan barang-barang branded". Bu Mona sigap menyodorkan sekotak bingkisan yang berbagai macam barang di dalamnya.

Sedangkan Briana tak sedikit pun melirik ke arah tersebut.

"Sudahlah, Mami enggak usah manis-manis mulut ke aku. Aku tahu Mami pasti punya tujuan kan? Enggak usah berbelit - belit. Aku enggak punya banyak waktu". Briana paham betul dengan sang mami.

Bu Mona menarik nafasnya, ia tersenyum getir karena ketahuan oleh Briana.

"Okeh, Mami jujur dan langsung saja. Tujuan mami pulang kesini itu karena mami mau mengajak kamu ikut mami ke Jerman dan stay disana selamanya".

"Ck . . . Sudah ku duga". Cetusnya dengan kesal.

"Ya mami enggak bisa ninggalin kamu sendirian disini terus-terusan. Kamu itu anak perempuan, anak mami satu-satu nya. Ntar kalau ada apa-apa sama kamu gimana? Kamu kan tahu gimana seremnya kalau anak perempuan sendirian di kota sebesar ini, apa lagi ini Ibu Kota yang begitu kejam. Jadi mami mohon, kamu harus ikut sama mami ke Jerman". Bu Mona memintanya dengan memelas agar Briana terbujuk.

"Aku enggak akan pernah mau ikut mami ke Jerman. Lebih baik aku mati disini sendirian dari pada aku hidup disana bersama kalian. Aku bukan anak kecil lagi, aku bisa jaga diri aku sendiri". Briana berkata dengan tegas serta penuh amarah lalu pergi keluar rumah meninggalkan Bu Mona sendirian di dalam.

"Bri . . . . Brianaaaaaaaaa". Bu Mona mengejarnya keluar rumah lalu terpaku melihat Briana sudah berlalu dengan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi.

...

Briana kembali ke caffe anak muda dan lebih memilih duduk di luar agar dia bisa menikmati suasana pemandangan jalanan Ibu Kota, tak lupa juga dia memesan segelas minuman dingin special di cafe tersebut.

Briana memandangi jalanan tersebut dengan pandangan kosong dan sesekali dia menyeruput minumannya.

"Ikut mami ke Jerman dan stay disana selamanya". Permintaan maminya masih terngiang di telinganya. Ia mengepalkan tangannya penuh kekesalan.

"Ehh menurut lu si Anya gimana?". Kuping Briana tanpa sengaja mendengar suara seseorang yang berada di belakangnya. Alis Briana mengerut ketika laki-laki tersebut menyebut nama Anya. Briana memasang kupingnya untuk mendengarkan pembicaraan mereka lebih lanjut.

"Ya biasa saja sama gue. Lagian kenapa lu yang nanya ke gue? Harusnya gue yang nanya kayak gitu ke lu secara lu yang selalu berkomunikasi dengan dia". Terdengar suara laki-laki lainnya.

"Ya gue kan juga mau tahu pendapat lu saja. Kalau menurut gue sih, si Anya itu anaknya biasa saja, tapi bisalah di ajak ke tengah dan yang paling penting dia itu gampangan ha ha ha. Lagian gue sama dia mah enggak bakalan mau berlanjut ke hubungan yang serius, palingan kalau gue sudah dapat pe**wannya langsung gue campak dia nya ha ha ha".

"Memang lu ya dasar cowok brengsek, enggak ada taubat-taubat nya lu. Kasihan tahu setiap kali lu kenalan sama cewek, lu cuma ngincar itunya doank. Ingat dosa lu, entar lu kena karmanya baru tahu rasa".

"Ha ha ha, elleh lu enggak usah munafik deh, kayak lu enggak pernah saja. Apa lagi tadi gue perhatiin lu ngeliatin temannya si Anya, siapa namanya?".

"Briana".

"Nah lu ingat nama tuh cewek. Berarti lu demen kan sama dia? ha ha ha. Tapi kalau gue boleh jujur ya kalau Briana itu aduhai banget, tubuhnya kayak gitar spanyol. Salahnya saja dia anaknya jutek banget, kalau enggak sudah gue hembat juga tuh dia he he he. Hemm coba saja badan si Anya kayak Briana, sexy, tinggi, putih mulus, aduhai bikin gue tinggi ha ha ha".

"Enggak usah macam-macam deh lu. Kasian anak orang".

"Ahh bising amat sih lu, santai sajalah, yang penting kita happy menikmati masa muda kita he he he".

"Itu mah lu saja, gue kagak ikutan. Ya sudah kita cabut yuk, satu jam lagi gue ada kelas nih".

"Ya sudah yuk".

Secepat kilat Briana menutupi wajahnya dengan sapu tangannya ketika ke dua lelaki itu melewatinya. Briana melirik mereka dan benar dugaannya bahwa ke dua laki-laki itu adalah lelaki kenalan Anya yang tak lain ialah Bobby dan Kevin.

"Ck. . . Dasar cowok breng**k".

1
Fidha Miraza Sya'im
Biarkan Bintang Yang Menjawab
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!