NovelToon NovelToon
Dunia Dzaka

Dunia Dzaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Keluarga / Trauma masa lalu
Popularitas:592
Nilai: 5
Nama Author: Bulan_Eonnie

Aaron Dzaka Emir--si tampan yang hidup dalam dekapan luka, tumbuh tanpa kasih sayang orang tua dan berjuang sendirian menghadapi kerasnya dunia.

Sebuah fakta menyakitkan yang Dzaka terima memberi luka terbesar sepanjang hidupnya. Hidup menjadi lebih berat untuk ia jalani. Bertahan hidup sebagai objek bagi 'orang itu' dan berusaha lebih keras dari siapapun, menjadi risiko dari jalan hidup yang Dzaka pilih.

Tak cukup sampai di situ, Dzaka harus kehilangan salah satu penopangnya dengan tragis. Juga sebuah tanggung jawab besar yang diamanatkan padanya.

Lantas bagaimana hidup Dzaka yang egois dan penuh luka itu berlanjut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bulan_Eonnie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DD 03 Bertemu Kembali

"Pipi lo lebam gini, pasti abis ciuman sama telapak tangan nih." Raffa masih memerhatikan lebam yang membiru di pipi kiri Dzaka. Mereka masih duduk manis di atas motor menunggu Tanvir yang belum kunjung datang.

Dzaka hanya diam, ia sedang malas menanggapi Raffa. Ia menaikkan tudung hoodie-nya saat angin yang berhembus menusuk kulitnya dan membuat tulang-tulangnya terasa ngilu.

"Argh!" erang Dzaka saat Raffa memukul bahunya dengan keras. Rasa sakit itu bahkan menjalari tubuhnya dengan cepat.

"Diapain lagi lo?" tanya Raffa to the point yang tak digubris Dzaka sama sekali.

Dzaka mengalihkan perhatiannya dengan mengeluarkan ponsel dari kantong hoodie-nya dan membuka aplikasi game offline terseru versi Dzaka--game cacing. Hal itu berhasil membuat Raffa menghela napas berat.

Raffa merampas ponsel Dzaka dan menyembunyikannya di balik tubuh tegapnya. "Jawab dulu pertanyaan gue. Lo diapain lagi?"

Dzaka akhirnya berdecak pelan. Inilah sisi Raffa yang baik sekaligus merepotkan.

"Bukan apa-apa, Fa!" Dzaka menyempatkan diri mengembangkan senyuman tipis untuk meyakinkan Raffa.

Beruntung sebuah mobil berhenti tak jauh dari mereka, sehingga Raffa tak melanjutkan interogasinya. Setelahnya sosok yang mereka tunggu akhirnya muncul.

"Tumbenan lo bawa mobil, Vir." Raffa mendekat ke arah mobil Tanvir, tapi saat pintu mobil terbuka, dia terkejut.

"Lo apa-apaan sih, Kak?! Gue gak bisa keluar nih," kesal gadis yang masih berada di dalam mobil itu.

"Eh ada Beb Qeela. Jangan jutek-jutek gitu, Qee, nanti aku pergi kamu nangis." Raffa tersenyum geli melihat raut masam gadis itu.

"Bang Vir! Bilangin sama temen lo! Kalau cuma niat bikin baper gak usah dekat-dekat gue." Gadis itu akhirnya membuka paksa pintu mobil, lalu membantingnya sebelum meninggalkan Dzaka, Raffa dan Tanvir.

"Tuh udah denger sendiri, kan? Jadi gue gak perlu ngulang lagi." Tanvir segera melangkah meninggalkan parkiran disusul Dzaka dan Raffa.

Pemandangan pagi yang menyejukkan mata kaum hawa. Trio TDR yang tampan dan berprestasi.  Tanvir si smart boy yang cool dan cuek--ketos SMA Bina Jaya; Dzaka si smart and cool boy yang memiliki lesung di ujung lengkung senyumannya--cucu pemilik yayasan dan langganan juara olimpiade sains;dan Raffa si smart boy yang ramah dan suka tebar pesona.

Bunyi notifikasi terdengar pelan, membuat Dzaka segera mengeluarkan ponselnya dari kantong hoodie.

Orang Itu:

Pulang sekolah ke rumah saya.

Urusan kita kemarin belum selesai

07.10

Read

Dzaka menghela napas gusar. Baru saja hari ini di mulai, tapi ia sudah harus memikirkan kemungkinan yang akan terjadi saat pulang sekolah nanti.

...----------------...

"Les sampai jam berapa, Ka? Gue mau main ke rumah lo." Raffa merangkul Dzaka seraya terus melangkah menuju parkiran.

"Gue gak les. Ada urusan. Datang aja jam lima." Dzaka langsung menaiki motornya dan memasang helm. Lalu ia melajukan motornya meninggalkan Raffa yang menatap kepergiannya dengan sendu.

Dzaka memelankan motornya saat ia hampir sampai di tempat lesnya. Ia hanya akan meminta izin secara langsung, lalu pergi ke rumah 'orang itu' untuk menyelesaikan urusannya.

Namun, Dzaka melihat kerumunan yang aneh. Ucapan-ucapan kasar juga mulai memasuki indera pendengarannya-seperti sedang menyudutkan seseorang. Dzaka ingin membantu, tapi ia harus bergegas agar tak mendapat masalah baru.

Saat Dzaka selesai meminta izin, kerumunan itu masih terlihat. Suara gaduh terdengar begitu jelas. Dzaka tak bisa tenang. Entah mengapa hatinya menolak abai pada apa yang dilihatnya kali ini.

Seorang gadis meringkuk gemetar di hadapan gadis lain yang terus memaki bahkan menarik-narik seragam dan tas sekolahnya.

Dzaka mempercepat langkahnya dan berhasil sampai tepat sebelum gadis itu dipukuli.

"Masih ada aja orang yang sok berkuasa di negara hukum ini," sarkas Dzaka menatap tajam pada gadis-gadis yang melakukan pem-bully-an.

Tatapan Dzaka semakin tajam melihat sosok yang dikenalinya. Tak hanya satu, tapi tiga sekaligus. Dzaka bahkan tak menyangka akan hal itu.

"B-Bang Dzaka. Syifa gak lakuin apa-apa, kok. Syifa cuma ikut-ikutan Syilla ke sini," ujar gadis bernama Syifa yang tak lain adalah tetangga Dzaka.

Gadis lain yang bernama Syilla tidak terima dirinya disalahkan, akhirnya mencoba membela diri.

"Bukan Syilla, kok. Lo kalau salah jangan suka melimpahkan kesalahan ke orang lain dong," sewot Syilla.

Dzaka memerhatikan gadis yang berdiri paling depan seolah menunjukkan diri bahwa ia lah ketuanya. "Setidaknya lo tau gimana frustrasinya saat semua orang memojokkan lo atas kesalahan yang gak pernah lo lakuin," sindir Dzaka pada gadis yang berdiri paling depan--Ayunina Bonanza Calya, teman SMP Dzaka.

"Gak usah ikut campur urusan gue!" Ayu membalikkan badan dan meninggalkan Dzaka begitu saja diikuti antek-anteknya.

Dzaka berbalik melihat gadis yang tengah menangis dalam diam. Saat Dzaka menarik pelan tali tasnya, gadis itu menghapus jejak air matanya dan menoleh dengan wajah datar, seolah semua telah baik-baik saja.

Saat mata mereka beradu, Dzaka terperanjat kaget, begitu pula gadis itu. "Ka-kamu yang semalam, kan?" tanyanya memastikan. Dzaka membalas dengan anggukan dan senyum singkat membuat gadis itu ikut tersenyum.

"Terima kasih sudah menyelamatkan aku lagi," ujarnya tulus membuat hati Dzaka berdesir.

Tak ingin berlama-lama di sana, Dzaka memalingkan wajahnya dan kembali berdiri. "Gue antar pulang!" ucap Dzaka seraya melangkah kembali ke tempat les untuk mengambil motor di parkiran.

Gadis itu mengikuti langkah Dzaka dengan pelan, karena kakinya masih gemetar akibat rasa takut yang menghampirinya beberapa waktu lalu.

"Pegangan di tas aja," ujar Dzaka melihat gadis itu kebingungan. Setelahnya Dzaka melajukan motornya meninggalkan tempat les dan mengikuti arus kendaraan di jalanan.

Tak ada yang memulai pembicaraan sama sekali. Hingga Dzaka merasakan kepala gadis itu bersandar di bahunya. Meski tak terdengar jelas, tapi Dzaka yakin ia mendengar isak tangis.

Dzaka menghentikan motornya dan menatap rumah di hadapannya cukup lama.

"Kok kamu tau rumahku?" tanya gadis itu memicing tajam.

"Rumah sahabat gue," ujar Dzaka pelan, tapi bisa didengar dengan jelas oleh gadis di depannya.

"Sahabat? Kamu sahabatnya Bang Tanvir?" tanya gadis itu dengan ekspresi kaget yang kentara.

Dzaka mengangguk pelan. Ia hanya merasa kecewa saat Tanvir tak memberitahu bahwa adiknya telah kembali ke sini.

"Gue Dzaka. Sahabatnya Tanvir di Sky High School." Dzaka memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.

"A-aku Ziya--Ziyadah Afra. A-aku adiknya Bang Tanvir." Ziya balas memperkenalkan dirinya. Namun, gadis itu terlihat sangat gelisah.

"Bang Dzaka .... Ziya boleh minta tolong gak?" Dzaka berdehem pelan sebagai jawaban.

"Jangan bilang-bilang Bang Tanvir, ya, kalau Bang Dzaka udah kenal Ziya. Bang Tanvir punya alasan kenapa dia menyembunyikan semua ini. Jadi, Ziya mohon, ya, Bang Dzaka." Gadis itu menatapnya dengan puppy eyes yang membuat Dzaka tak tega menolaknya.

Akhirnya Dzaka mengangguk membuat gadis itu menghela napas lega. Mungkin sebaiknya Dzaka menunggu hingga Tanvir sendiri yang menjelaskan alasan itu.

Dzaka menyalakan mesin motornya kembali, karena ia sudah terlalu lama di sini.

"Bang Dzaka!" panggil Ziya sebelum Dzaka benar-benar pergi.

Gadis itu menunduk dalam. "Soal yang tadi, makasih ya, Bang. Soal yang semalam juga makasih. Eh sikunya Bang Dzaka gimana?"

Dzaka memerhatikan wajah Ziya yang mendadak panik teringat akan luka di siku Dzaka semalam.

"Udah gue obati kok. Kalau gitu, gue pergi dulu."

Motor Dzaka melaju meninggalkan Ziya yang masih berdiri memerhatikan kepergiannya.

"Terima kasih, Bang Dzaka," lirih gadis itu sebelum memasuki pelataran rumahnya.

Dzaka tersenyum miris mengingat ucapan dari gadis yang merupakan adik dari sahabat baiknya. "Apapun alasannya, bukannya ini sedikit keterlaluan, ya?"

1
Jena
Bener-bener bikin ketagihan.
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih kakak❤️ Nantikan terus updatenya ya kak😊
total 1 replies
bea ofialda
Buat yang suka petualangan, wajib banget nih baca cerita ini!
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih kakak sudah mampir❤️
total 1 replies
Mamimi Samejima
Teruslah menulis, ceritanya bikin penasaran thor!
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih sudah mampir kakak❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!