NovelToon NovelToon
Forget Me Not

Forget Me Not

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Single Mom / Janda / Romansa
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Karena sebidang tanah, Emilia harus berurusan dengan pemilik salah satu peternakan terbesar di Oxfordshire, yaitu Hardin Rogers. Dia rela melakukan apa pun, agar ibu mertuanya dapat mempertahankan tanah tersebut dari incaran Hardin.

Hardin yang merupakan pengusaha cerdas, menawarkan kesepakatan kepada Emilia, setelah mengetahui sisi kelam wanita itu. Hardin mengambil kesempatan agar bisa menguasai keadaan.

Kesepakatan seperti apakah yang Hardin tawarkan? Apakah itu akan membuat Emilia luluh dan mengalah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 3 : Stacey

“Hm.” Hanya itu tanggapan dari Hardin, setelah mendengar penuturan Albert. Dia mengisap, lalu mengepulkan asap cerutu sambil menatap aneh. “Kau boleh pergi.”

Albert mengangguk sopan, sebelum berbalik meninggalkan ruang kerja.

Sepeninggal Albert, Hardin langsung mengalihkan perhatian kepada Ethan. Namun, dia tak mengatakan apa pun. Hardin memahami makna dari tatapan sang ajudan.

Keesokan harinya

Hardin pergi berkuda, ketika mentari sudah menampakkan sinarnya. Dia terlihat begitu gagah dalam balutan kemeja putih berlapis rompi hitam, yang dipadukan dengan celana jeans dan topi pet warna senada. 

Pagi itu, Hardin pergi tanpa ditemani Ethan. Tidak biasanya, sang pemilik Rogers Farm tersebut berkeliling sendirian. Mungkin karena tempat yang hendak dituju adalah kediaman Meredith Olsen. 

Dari jarak beberapa meter sebelum tiba di depan rumah Meredith, Hardin sudah memelankan laju kudanya. Terlebih, saat melihat gadis kecil sedang bermain di halaman. Gadis kecil itu adalah Blossom.

Tanpa turun dari kuda, Hardin memperhatikan Blossom yang tengah asyik bermain tanah. Di dekatnya, ada beberapa mainan khas anak perempuan yang berserakan. 

Beberapa saat kemudian, Emilia muncul dari pintu samping dengan membawa keranjang berisi cucian yang hendak dijemur. Namun, pandangannya lebih dulu tertuju kepada Hardin, yang berada di luar halaman. 

“Cuci tanganmu, lalu masuklah, Bee,” suruh Emilia cukup nyaring.

“Aku masih ingin bermain, Bu,” tolak Blossom tak kalah nyaring.

“Lanjutkan saja nanti. Granny membuatkanmu jus apel yang sangat enak,” bujuk Emilia, seraya berjalan mendekat kepada sang putri. Dia membantu membereskan mainan yang berserakan. 

“Ayolah, Bu,” protes Blossom, tak setuju mainannya dibereskan sang ibunda.

Emilia mengembuskan napas pelan, lalu kembali berdiri. Dia menoleh sekilas kepada Hardin, sebelum bersikap tak peduli dan melanjutkan niat untuk menjemur baju. 

Melihat sikap yang ditunjukkan Emilia, membuat Hardin menautkan alis. Dia mengarahkan kuda ke pinggir halaman, di mana ibunda Blossom itu berada. 

“Selamat pagi, Nyonya,” sapa Hardin sopan dan penuh wibawa, setelah turun dari kuda. Dia berdiri di luar pagar, menatap lurus kepada Emilia yang tengah menjemur baju. 

“Selamat pagi. Ada yang bisa kubantu, Tuan?” Emilia menghentikan aktivitasnya, lalu menatap Hardin penuh selidik. 

“Apakah gadis kecil itu putrimu?” tanya Hardin basa-basi. 

“Ya,” jawab Emilia singkat, seraya melanjutkan pekerjaan. 

Hardin tak langsung bicara. Dia mengedarkan pandangan ke sekitar, pada pemandangan yang sangat indah dan memanjakan mata. 

“Kau tahu, Nyonya. Sebagian besar wilayah ini sudah kubeli. Hanya tanah milik Nyonya Meredith Olsen yang belum menemukan kata sepakat. Sebenarnya, kita bisa bekerja sama dan membuat urusan ini jadi lebih mudah,” ucap Hardin tenang.

“Kau kemari hanya untuk mengatakan itu, Tuan Rogers?” Emilia yang sudah selesai menjemur baju, mengarahkan perhatian sepenuhnya kepada Hardin. 

“Aku tidak punya alasan lain untuk menemuimu, Nyonya.” Hardin menatap penuh arti, lalu tersenyum samar.

“Kau sudah tahu seperti apa keputusan kami,” balas Emilia, tetap pada pendiriannya. 

“Kita bisa melakukan tawar-menawar lagi. Tanah ini akan kuhargai lebih tinggi dari yang lain,” bujuk manis Hardin.

Emilia tersenyum kecil, lalu mendekat ke hadapan Hardin. Mereka hanya terhalang oleh pagar kayu setinggi perut. “Kau sudah melakukan pembebasan tanah dari beberapa warga di sini. Kenapa masih memaksa ibu mertuaku agar ikut menjual tanahnya?”

“Sebenarnya, tanah Nyonya Meredith lah yang benar-benar kuinginkan. Aku punya rencana bagus untuk memajukan perekonomian di desa ini. Jadi, tolong bekerja samalah,” bujuk Hardin lagi, berusaha tetap sabar menghadapi Emilia.

Seulas senyuman kembali terlukis di bibir Emilia. “Maafkan aku, Tuan Rogers. Kau berasal dari kota besar. Kami tidak tahu seberapa tulus niatmu untuk memajukan perekonomian desa ini. Sejujurnya, aku tidak terlalu yakin, berhubung kau adalah pengusaha yang pasti mementingkan keuntungan pribadi.”

Bukannya tersinggung dengan ucapan Emilia yang terkesan agak ketus, Hardin justru menanggapi dengan senyum kecil. Sedikit demi sedikit, dia mempelajari karakter wanita di hadapannya, dari cara bicara serta luapan emosi yang terlihat. 

“Maaf, Nyonya. Kudengar kau seorang janda,” ucap Hardin, yang membuat raut wajah Emilia tiba-tiba berubah tegang. 

“Siapa yang mengatakan itu padamu, Tuan Rogers?” Emilia menatap tajam pria di hadapannya.

“Telingaku ada di mana-mana, Nyonya. Namun, tidak penting berita itu kudapatkan dari mana.”

“Kau mengawasiku, Tuan?” Suara Emilia terdengar cukup pelan, tetapi penuh penekanan. 

“Satu hal yang diperlukan dalam berdiskusi adalah mengetahui siapa lawan bicaramu. Begitu, kan?” 

Emilia tidak menjawab. Namun, sorot mata wanita 25 tahun tersebut telah mewakili segalanya.

“Aku akan menawarkan kesepakatan, Nyonya.”

“Bukankah kau mengatakan tidak suka membahas sesuatu dengan cara seperti ini? Tidak sopan." 

“Kau tidak mempersilakanku masuk, Nyonya.”

Emilia kembali tidak menjawab. Rasa tak nyaman mulai menyeruak hebat. Terlebih karena sejak tadi Hardin tak mengalihkan pandangan sehingga membuatnya risi. 

Demi mengurangi sedikit perasaan tak nyaman itu, Emilia mengalihkan perhatian kepada Blossom, yang sejak tadi bermain tanah. “Apa kau sudah selesai, Bee?” tanyanya, dengan ekor mata yang sesekali melirik ke arah Hardin.

Blossom menoleh, lalu tersenyum sambil memperlihatkan kedua tangannya yang kotor. “Aku menemukan cacing, Bu,” sahut gadis kecil berambut cokelat terang tersebut, kemudian menunjukkan cacing yang dimaksud kepada Emilia.

“Astaga! Kau jorok sekali.”

“Siapa nama putrimu?” tanya Hardin, yang ikut memperhatikan Blossom. 

“Blossom,” jawab Emilia, setengah bergumam. Sesaat kemudian, wanita itu tersadar dan langsung menoleh kepada Hardin. “Jangan ganggu putriku,” tukasnya.

“Astaga. Apa maksudmu, Nyonya? Kau pikir aku akan melukai putrimu? Aku bukan penjahat,” balas Hardin, dengan ekspresi tak mengerti. “Aku sangat bersimpati karena kau bisa membesarkan anak seorang diri ___”

“Apa maksudmu, Tuan Rogers?” sergah Emilia, meskipun dengan suara cukup pelan. 

“Kau seorang ibu tunggal.” Hardin memperjelas ucapannya.

“Aku masih bersuami!” bantah Emilia tegas.

“Kalau begitu, aku ingin bicara dengan suamimu. Perbincangan antara pria dengan pria akan jauh lebih baik,” ucap Hardin tenang, seakan sengaja memancing Emilia, yang justru terlihat sebaliknya. “Maafkan aku, Nyonya. Namun, aku tidak menemukan titik temu saat berbicara denganmu.”

“Bukan tidak ada titik temu, Tuan Rogers. Aku sudah menegaskan sejak awal. Namun, kau sendiri yang tetap memaksakan kehendak untuk memiliki tanah ibu mertuaku. Jadi, kau sendiri yang aneh dan …. Ya, Tuhan. Ini masih pagi dan aku sudah dibuat kesal olehmu,” gerutu Emilia pelan. 

Hardin tidak membalas ucapan Emilia dengan umpatan atau kemarahan. Dia justru tersenyum simpul. Terlebih, saat Blossom tiba-tiba menghampirinya.

“Ini, Paman. Namanya Stacey,” ucap Blossom, seraya menyodorkan cacing yang dibawanya kepada Hardin.  "Jagalah dia untukku."

“Bagaimana kau bisa tahu cacing ini betina?” 

“Dia bergerak seperti ibuku ketika sedang mandi,” celetuk Blossom polos.

1
Rahmawati
emilia bingung harus bersikap bagaimana, pasti merasa asing dengan suaminya sendiri
Rahmawati
nanti dulu tanya daleman emilia, itu suamimu pulang disambut dulu
Rahmawati
gmn dengan hubungan hardin dan emilia kl Grayson kembali
Rahmawati
ih emang lebih penting saudara angkat ya daripada istri dan ibu kandung sendiri, dasar pecundang
Rahmawati
apa lagi ini, Grayson malah gk tahu kl dia punya anak
rurry Irianty
sengaja menghilangkan diri krn selingkuh kah
Rahmawati
hardin memang perayu ulung
kalea rizuky
suaminya selingkuh kayaknya
Rahmawati
lah terus suami emilia kmn dong, apa selingkuh ya
kalea rizuky
ngakak/Curse//Curse/ ibunya klo mandi menggeliat kah
Rahmawati
hardin jd ke inget terus sm. emilia, sampek sempaknya di ciumin😂
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: 🙈 jadi error
total 1 replies
Najwa Aini
kok..kok...kok...
Aku mikirnya jauh ya
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Sepemikiran, Kak😂
total 1 replies
Rahmawati
emilia haus belaian, dirayu dikit sm hardin udah luluh aja
Najwa Aini
Ya ampun..jadi ibumu cacingan saat mandi gitu ya, Bee..
upss..kok cacingan sih..
Najwa Aini
Hati² Rogers..Rasa penasaranmu yg terlalu tinggi itu akan membawamu pada Anu..
Najwa Aini
nama Ethan mengingatkanku pada Tom Cruise yg berperan sebagai Ethan.
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Ethan Hunt, yaa
total 1 replies
octa❤️
jangan bilang hardin ninggalin emilie y thor..
Rahmawati
hardin tau kelemahan emilia, makanya dia berani mencium emilia
octa❤️
jago bener kang hardin nebar pesona..😁
Rahmawati
lanjuttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!