Forget Me Not

Forget Me Not

Chapter 1 : Pertemuan Kuda dan Sepeda

“Aku ingin bertemu dengan Tuan Hardin Rogers,” ucap Emilia, pada petugas pintu gerbang masuk peternakan. 

“Tuan sedang keluar. Dia berangkat beberapa saat yang lalu.”

“Ke mana?” tanya Emilia tak sabar. 

“Tuan Rogers memiliki banyak aktivitas penting setiap hari. Namun, aku tidak berhak tahu karena tugasku hanya menjaga pintu gerbang,” jawab sang penjaga, yang sepertinya malas meladeni Emilia. 

“Tolonglah. Aku harus bertemu Tuan Rogers sekarang juga. Ini sangat penting,” desak Emilia. 

Penjaga pintu gerbang mengembuskan napas pendek. “Jika kau mau, kembalilah setelah makan siang. Biasanya, Tuan Rogers sudah berada di rumah pada ____”

“Hey, Smith! Buka pintu gerbangnya!” seru seorang pria dari dalam mobil pick up. 

Penjaga pintu gerbang langsung menurut dan mengabaikan Emilia, yang masih berdiri dekat pos jaga. Pria itu seperti sengaja mencari kesibukan lain.

Menyadari sikap penjaga pintu gerbang, Emilia akhirnya memutuskan pergi. Dia mengayuh sepeda melewati jalan setapak, yang membelah padang rumput hijau membentang.

Semilir angin berembus lembut menerpa paras cantik Emilia. Begitu juga dengan cahaya mentari yang terasa hangat. Namun, sepasang mata hijau zamrud wanita 25 tahun tersebut menggambarkan sesuatu yang sebaliknya, yaitu keresahan karena gagal bertemu langsung dengan pemilik perkebunan, Hardin Rogers. 

Sesaat kemudian, Emilia menghentikan laju sepeda ketika akan melewati pagar kayu, yang merupakan pintu masuk ke area lahan peternakan milik Hardin Rogers. “Astaga,” gumamnya, seraya mengedarkan pandangan ke sekitar, yang ditumbuhi pohon rindang. 

Dari jarak beberapa meter, Emilia melihat dua pria menunggangi kuda menuju ke arahnya. Dia memicingkan mata, mencoba menerka hingga kedua pria itu mendekat. 

“Minggirlah, Nona!” seru salah seorang dari kedua pria itu, seraya maju beberapa langkah.

“Aku sengaja menunggu Tuan Hardin Rogers di sni,” sahut Emilia cukup lantang.

“Untuk apa?” tanya pria itu lagi. 

“Aku ingin bicara langsung dengannya,” sahut Emilia, tanpa mengubah nada bicara. 

Pria yang berada di depan, menoleh kepada pria di belakangnya, barulah bergeser. 

“Kenapa kau ingin bertemu denganku?” Pria yang tadi di belakang, langsung maju hingga berada lebih depan dibanding pria satu lagi. 

Emilia tak segera menjawab. Dia menatap lekat seseorang yang tak lain adalah Hardin Rogers, sang pemilik peternakan serta tanah ribuan hektar di desa itu. 

“Pantaskah kita bicara di sini, Tuan?” Emilia tak mengalihkan perhatiannya, dari pria berkemeja putih yang masih berada di atas kuda. 

“Aku tidak menerima tamu tanpa ada janji terlebih dulu,” sahut Hardin tenang, tapi penuh wibawa. Dia membalas tatapan Emilia, dari balik kacamata hitamnya. 

“Aku minta maaf karena tidak membuat janji terlebih dulu. Namun, ini sangat penting karena berkaitan dengan tanah di dekat danau.” 

“Tanah di dekat danau,” ulang Hardin, kemudian menoleh kepada pria di belakangnya, yang tak lain adalah Ethan Bailey, sang ajudan setia.

Ethan maju dan berhenti tepat di sebelah Hardin. "Tanah milik Nyonya Meredith Olsen yang sedang Anda incar, Tuan,” bisiknya.

Hardin mengangguk samar, lalu kembali mengarahkan perhatian kepada Emilia “Apa hubunganmu dengan Nyonya Meredith Olsen?” tanyanya.

“Aku adalah menantu Nyonya Meredith Olsen. Ibu mertuaku tidak bisa menemui Anda secara langsung. Karena itulah, aku yang mewakilinya.”

Hardin tersenyum samar. “Menantu? Baiklah. Berapa yang ibu mertuamu inginkan untuk melepas tanahnya?” 

“Tidak sepeser pun, Tuan. Jadi, kupinta berhentilah mengirimkan orang untuk mengintimidasi kami,” sahut Emilia cukup tegas

Mendengar jawaban Emilia, Hardin kembali tersenyum samar. “Mengintimidasi? Yang benar saja," gumamnya.

"Datanglah besok pagi ke tempatku. Kita bisa membicarakan ini secara baik-baik.”

“Aku sudah bertemu denganmu dan menyampaikan apa yang harus kukatakan. Jadi, tidak perlu ada pertemuan lagi. Aku tahu Anda hanya ingin mempengaruhi pikiranku,,” tolak Emilia, dengan nada bicara yang tidak berubah.

Hardin menggeleng samar. “Aku hanya bermaksud menawarkan diskusi yang nyaman. Jika kau malas memenuhi ajakanku, sampaikan ini pada suamimu, Nyonya.“ Setelah berkata demikian, Hardin kembali memacu kudanya tanpa menunggu jawaban dari Emilia. Sikapnya terlihat cukup arogan dan menyebalkan. 

“Keputusan kami sudah jelas, Tuan! ” seru Emilia lagi, meskipun Hardin dan Ethan sudah berlalu melewatinya.

Hardin menahan laju kudanya, lalu menoleh. “Aku juga sudah mengambil keputusan. Perundingan hanya akan terjadi, bila ada perwakilan dari Nyonya Olsen yang datang menghadap besok pagi,” balasnya cukup tegas. “Aku tidak suka pembicaraan di jalan seperti ini. Kau sangat tidak sopan.” 

Setelah berkata demikian, Hardin langsung melanjutkan perjalanan pulang. Tak dipedulikannya Emilia yang masih berdiri sambil memperhatikan, hingga dia dan Ethan menjauh dari pandangan. 

Berhubung urusannya dengan sang tuan tanah sekaligus pemilik peternakan telah selesai, Emilia memutuskan pergi dari sana. Dia mengayuh sepeda kembali ke rumah, yang ditempati bersama Meredith dan putri kecilnya, Blossom.

Setelah memarkirkan sepeda di depan rumah, Emilia bergegas masuk. Wanita dengan midi dress floral itu langsung menuju dapur untuk mengambil minum. 

“Bagaimana? Apa kau sudah bertemu dengan Tuan Rogers?” tanya Meredith, wanita paruh baya berambut pirang dan bertubuh agak gemuk.

Emilia yang tengah meneguk segelas air putih, segera menoleh. “Aku sudah bertemu dan bicara secara langsung dengannya, Bu. Kutegaskan bahwa kau tidak akan menjual tanah, sekaligus meminta agar Tuan Rogers tak mengirimkan lagi utusannya kemari”

“Lalu, bagaimana tanggapan Tuan Rogers?”

Emilia meletakkan gelas kosong, lalu menarik satu kursi kayu dari dekat meja makan untuk Meredith, kemudian menarik satu lagi untuknya. “Pria itu sangat arogan. Apa yang kudengar dari para tetangga memang benar adanya. Tuan Rogers tidak mencerminkan watak orang-orang dari desa ini,” terang Emilia, diiringi embusan napas pelan bernada keluhan. 

“Dia memang bukan warga asli desa ini. Jangan lupakan itu, Nak.”

“Oh, tentu saja. Menurutku, Tuan Rogers sangat menyebalkan dan …. Tiada kata yang pantas selain itu.”

Meredith tertawa renyah mendengar penuturan Emilia, meskipun sebenarnya tak ada yang lucu sama sekali. “Aku belum pernah bertemu secara langsung dengannya. Namun, Nyonya O’Hara mengatakan bahwa dia sangat tampan dan masih terbilang muda.”

“Oh, astaga. Nyonya O’Hara menganggap semua pria berparas tampan. Ibu tahu itu,” bantah Emilia tak setuju.

Meredith tersenyum kecil. “Yang penting, kau sudah bicara langsung dengannya. Semoga Tuan Rogers tidak memaksakan kehendak, atas tanah peninggalan mendiang suamiku. Bagaimanapun juga, ada banyak kenangan di sini.”

“Bu ….” Emilia menggenggam erat tangan Meredith. “Aku tidak memiliki siapa pun selain dirimu,” ucapnya lembut. 

Meredith tersenyum hangat. “Kau bukan sekadar menantu, Millie. Aku ….” Dia menjeda kalimatnya karena ada ketukan cukup kencang di pintu. 

“Biar kulihat.” Emilia segera memeriksa. Dia mendapati Ethan sudah berdiri di luar. 

“Tuan Rogers menunggu Nyonya Olsen sore ini di kediamannya.”

Terpopuler

Comments

Najwa Aini

Najwa Aini

nama Ethan mengingatkanku pada Tom Cruise yg berperan sebagai Ethan.

2025-05-19

1

Nur Yuliastuti

Nur Yuliastuti

hadir Thor,, terimakasih up nya 🤗😍

2025-05-31

0

Evitha Junaedy

Evitha Junaedy

novelmu sll luar biasa thor...

2025-06-02

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Pertemuan Kuda dan Sepeda
2 Chapter 2 : Tuan Tanah
3 Chapter 3 : Stacey
4 Chapter 4 : Pria dari Kota
5 Chapter 5 : Sang Pembuat Roti
6 Chapter 6 : Stacey (Lagi)
7 Chapter 7 : Menantu Terbaik
8 Chapter 8 : Kotak Makan Siang
9 Chapter 9 : Terlalu Serius
10 Chapter 10 : Di Bawah Pohon Rindang
11 Chapter 11 : Emilia-Hardin
12 Chapter 12 : Penuh Tekanan
13 Chapter 13 : Forget-Me-Not
14 Chapter 14 : Filosofi Bodoh
15 Chapter 15 : Bunga yang Tertinggal
16 Chapter 16 : Tiba-tiba
17 Chapter 17 : Terlalu Nekat
18 Chapter 18 : Wooden House
19 Chapter 19 : Terdiam tak Berdaya
20 Chapter 20 : Kebebasan Sempurna
21 Chapter 21 : Seamless
22 Chapter 22 : Sekadar Memastikan
23 Chapter 23 : Sang Pemikat
24 Chapter 24 : Lelucon tak Lucu
25 Chapter 25 : Pecundang
26 Chapter 26 : Aneh
27 Chapter 27 : Kejutan Besar
28 Chapter 28 : Drama Pakaian Dalam
29 Chapter 29 : Rasa yang Berbeda
30 Chapter 30 : Undangan dari Tuan Rogers
31 Chapter 31 : Hanya Berdua
32 Chapter 32 : Naluri yang Terbangkitkan
33 Chapter 33 : Suka Sama Suka
34 Chapter 34 : Berhak Bahagia
35 Chapter 35 : Derap Langkah Kuda dalam Kegelapan
36 Chapter 36 : Kelemahan Terbesar
37 Chapter 37 : Dalam Selimut Malam
38 Chapter 38 : Billionaires Row
39 Chapter 39 : Kesalahan Fatal
40 Chapter 40 : Penawaran Lain
41 Chapter 41 : Lupa Jalan Pulang
42 Chapter 42 : Pikiran Kacau
43 Chapter 43 : Kembali Terbuai
44 Chapter 44 : Menepis Rasa Curiga
45 Chapter 45 : Menjaga Reputasi
46 Chapter 46 : Paman Eden
47 Chapter 47 : Perbincangan di Dapur
48 Chapter 48 : Jadwal yang Terlewat
49 Chapter 49 : Dua Garis
50 Chapter 50 : Tiket Emas
51 Chapter 51 : Rumit
52 Chapter 52 : Penuh Sindiran
53 Chapter 53 : Meminta Pengampunan
54 Chapter 54 : Mengalah tak Berarti Kalah
55 Chapter 55 : Kejujuran Hati
56 Chapter 56 : Melepaskan Diri
57 Chapter 57 : Blossom Bertingkah
58 Chapter 58 : Jackpot
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Chapter 1 : Pertemuan Kuda dan Sepeda
2
Chapter 2 : Tuan Tanah
3
Chapter 3 : Stacey
4
Chapter 4 : Pria dari Kota
5
Chapter 5 : Sang Pembuat Roti
6
Chapter 6 : Stacey (Lagi)
7
Chapter 7 : Menantu Terbaik
8
Chapter 8 : Kotak Makan Siang
9
Chapter 9 : Terlalu Serius
10
Chapter 10 : Di Bawah Pohon Rindang
11
Chapter 11 : Emilia-Hardin
12
Chapter 12 : Penuh Tekanan
13
Chapter 13 : Forget-Me-Not
14
Chapter 14 : Filosofi Bodoh
15
Chapter 15 : Bunga yang Tertinggal
16
Chapter 16 : Tiba-tiba
17
Chapter 17 : Terlalu Nekat
18
Chapter 18 : Wooden House
19
Chapter 19 : Terdiam tak Berdaya
20
Chapter 20 : Kebebasan Sempurna
21
Chapter 21 : Seamless
22
Chapter 22 : Sekadar Memastikan
23
Chapter 23 : Sang Pemikat
24
Chapter 24 : Lelucon tak Lucu
25
Chapter 25 : Pecundang
26
Chapter 26 : Aneh
27
Chapter 27 : Kejutan Besar
28
Chapter 28 : Drama Pakaian Dalam
29
Chapter 29 : Rasa yang Berbeda
30
Chapter 30 : Undangan dari Tuan Rogers
31
Chapter 31 : Hanya Berdua
32
Chapter 32 : Naluri yang Terbangkitkan
33
Chapter 33 : Suka Sama Suka
34
Chapter 34 : Berhak Bahagia
35
Chapter 35 : Derap Langkah Kuda dalam Kegelapan
36
Chapter 36 : Kelemahan Terbesar
37
Chapter 37 : Dalam Selimut Malam
38
Chapter 38 : Billionaires Row
39
Chapter 39 : Kesalahan Fatal
40
Chapter 40 : Penawaran Lain
41
Chapter 41 : Lupa Jalan Pulang
42
Chapter 42 : Pikiran Kacau
43
Chapter 43 : Kembali Terbuai
44
Chapter 44 : Menepis Rasa Curiga
45
Chapter 45 : Menjaga Reputasi
46
Chapter 46 : Paman Eden
47
Chapter 47 : Perbincangan di Dapur
48
Chapter 48 : Jadwal yang Terlewat
49
Chapter 49 : Dua Garis
50
Chapter 50 : Tiket Emas
51
Chapter 51 : Rumit
52
Chapter 52 : Penuh Sindiran
53
Chapter 53 : Meminta Pengampunan
54
Chapter 54 : Mengalah tak Berarti Kalah
55
Chapter 55 : Kejujuran Hati
56
Chapter 56 : Melepaskan Diri
57
Chapter 57 : Blossom Bertingkah
58
Chapter 58 : Jackpot

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!