NovelToon NovelToon
Cinta Gadis Desa

Cinta Gadis Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengasuh
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: moms arka

Nurul Aulia seorang gadis dengan tekad kuat kabur dari desa demi menghindari perjodohan dengan juragan tanah di desanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moms arka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Hari demi hari berganti, Minggu demi Minggu pun berlalu, tak terasa bulan pun berlalu dengan cepat, hari ini hari dimana jatuh tempo yang telah di sepakati oleh ayah dan juragan Mardi si tuan tanah tersebut, dimana kalau ayah tidak bisa melunasi hutang-hutangnya maka rumah yang kami tempati akan di ambil oleh tuan Mardi, sedangkan rumah itu adalah peninggalan satu satunya dari almarhumah ibuku.

"tok tok tok" suara pintu ada yang mengetuk

"siapa sih pagi pagi sudah bertamu" kataku sambil menuju pintu untuk melihat siapa tamu pagi pagi buta seperti ini.

Pas kubuka pintu, ada sekitar 4 orang laki laki perawakan besar berjejer di depan pintu yang ku ketahui mereka yang datang tempo hari menagih hutang kepada ayahku, tapi ada seorang yang perawakannya besar perutnya buncit yang tak ku kenal di antara mereka.

"mana ayahmu? Juragan Mardi ingin bertemu" kata salah seorang mereka yang berkepala pelontos.

"ada di dalam" jawabku sambil mempersilahkan mereka masuk, lantas aku bergegas memanggil ayah yang sedang berada di belakang rumah lagi ngasih makan ayam,

"ayah ada tamu" panggilku

"tamu? Siapa pagi pagi begini bertamu?" kata ayah.

"itu ayah juragan Mardi dan para pengawalnya" jawabku, ayah sedikit kaget dengan jawabanku

"gimana ini," imbuhnya lagi sambil berjalan menuju ke dalam rumah.

Sesampainya di rumah ayah menyapa juragan Mardi, " assalamualaikum juragan, apa kabar?" kata ayah

"saya baik, bahkan sangat baik" jawab tuan Mardi

"langsung saja pak Yanto ga usah basa basi gimana tentang hutang mu pada saya? Apakah kamu sudah ada uangnya sekarang?, ini kan sudah jatuh tempo, saya sudah sangat baik padamu, dengan mengulur jatuh temponya waktu itu, tapi sekarang saya tidak bisa sabar lagi pak Yanto, bila kamu tidak bisa membayarnya terpaksa saya akan ambil alih rumah ini" tambahnya lagi.

"maaf juragan saya belum ada uang untuk membayar hutang-hutang saya juragan dan saya mohon jangan ambil rumah ini juragan, nanti keluarga saya mau tinggal dimana?" jawab ayah sambil berlutut kepada juragan Mardi.

"bagaimana yah hutang hutang kamu sebesar 50 juta plus bunga bunganya jadi 200 juta itu bukan uang yang sedikit loh pak Yanto" kata tuan Mardi sambil memainkan jari jari tangannya yang penuh dengan batu cincin.

" atau gini aja saya punya solusinya" dia menjeda ucapannya sambil menatap ayah.

"apa solusinya?" tanya ayah penuh harap

"yang tadi bukain pintu kan anakmu, gimana kalau saya menikahinya untuk saya jadikan istri ke 3 saya, dan hutang hutangmu saya anggap lunas, gimana pak Yanto"? Imbuh juragan Mardi sambil mengedipkan sebelah matanya padaku.

"ih amit amit" dalam hatiku sambil bergidik ngeri.

ayah menatapku minta persetujuan, tapi aku geleng geleng kepala, aku tak Sudi menikah dengan tua Bangka tak tahu diri itu.

" maaf juragan saya tidak bisa mengabulkannya, saya tidak bisa memaksa anak saya untuk di jadikan istri ke 3 juragan" kata ayah sambil melipat kedua tangannya di depan dada

Juragan Mardi murka, lalu ia berdiri sambil menunjuk ayah" kalau begitu Sekarang cepat kamu keluar dari rumah ini,"

"jangan tuan, beri saya kesempatan" kata ayah sambil bersimpuh di kaki juragan Mardi, ibu tiriku dan Elsa keluar dari persembunyiannya, mereka mendekatiku dan berkata" Nurul menikahlah dengan juragan Mardi, apa kamu tidak kasihan melihat ayahmu seperti itu?"

"iya Nurul mau yah menikah dengan juragan Mardi? Lagian tar kamu bisa hidup enak dan ga usah kerja banting tulang lagi, kalau jadi istri ke 3 nya juragan Mardi" ucap Elsa menimpali ibunya.

Aku termenung memikirkan apa yang di ucapkan mereka

"apa aku harus menerimanya ya demi ayahku" aku membatin

" juragan saya mau jadi istrimu" ucapku tegas.

Ya aku putuskan mau menjadi istri juragan Mardi demi melunasi semua hutang hutang ayahku, karena aku ga tega melihat ayah bersimpuh menangis di kaki juragan Mardi, biarlah aku berkorban demi ayahku, hanya beliau lah keluarga yang ku punya sekarang ini.

" nah gitu dong, kamu kan anak baik dan berbakti kepada orang tua" kata juragan Mardi sambil tersenyum padaku.

sementara ayah menatapku dengan nanar tak tega, sedangkan ibu tiriku dan Elsa mereka tersenyum bahagia.

Juragan Mardi duduk kembali dan berbicara kepada ayahku.

" pak Yanto gimana kalau pernikahan nya lebih baik lebih cepat?"

"terserah juragan saja" jawab ayah sambil melirik ke arahku.

"yaudah kalau begitu, pernikahannya akan diadakan 2 hari lagi, dan besok akan ada orang orang saya yang akan datang kesini untuk menghias rumah bapak, gimana setuju ga pak Yanto?" tambahnya lagi.

"Iya juragan" ayah hanya manggut manggut saja.

"dan masalah biaya jangan khawatir semua saya yang akan menanggungnya" kata juragan Mardi lagi sambil menepuk dadanya.

"kalau begitu saya permisi dulu pak Yanto" ucap juragan Mardi sambil berdiri dari duduknya, lalu dia keluar di ikuti oleh pengawal pengawalnya, sebelum pergi keluar dia melirik ke arahku dengan senyum mesumnya, " iih" aku bergidik.

Sepeninggalnya mereka ayah duduk d kursi bersama kami, akupun terpaksa ga berangkat ke warung Bu ani karena udah terlalu siang, aku hanya mengabarinya lewat wa saja buat minta ijin.

"nak maafkan ayah yah yang sudah mengorbankan kamu" kata ayah sambil mengelus rambutku.

"ga apa apa ayah mungkin ini sudah memang jalan hidupku seperti ini" jawabku sambil berkaca kaca, "aku ikhlas ayah" lanjutku lagi

"sekali lagi terimakasih nak atas pengorbanan kamu" jawab ayah sambil memelukku

Sedangkan ibu tiriku dan elsa hanya saling pandang dan elsa berkata" drama banget sih."

Siangnya aku pergi ke rumah Bu ani majikanku, aku menceritakan semuanya dan meminta ijin mau menikah dengan juragan Mardi, sambil menangis Bu ani berkata" Nurul maafkan ibu tidak bisa membantu, seandainya ibu punya uang sebanyak itu, ibu akan bantu kamu untuk membayarkan hutang hutang ayahmu itu"

"ga apa apa Bu, aku hanya minta doa aja dari ibu supaya aku bisa menghadapi semuanya." jawabku sambil memeluk Bu ani.

"itu pasti Nurul, ibu selalu mendoakan mu, kamu sudah ibu anggap seperti anak ibu sendiri, ibu pasti akan sangat kehilanganmu" imbuhnya lagi.

"kapanpun kamu butuh ibu, ibu siap membantumu," tambahnya sambil menyelipkan amplop ke tanganku.

Sepulang dari rumah Bu ani aku langsung ke kamar ku dan bersih bersih.

Keesokan harinya benar saja juragan Mardi mengirimkan orang orangnya untuk menghias rumahku, tak lupa juga mengirimkan bahan bahan makanan buat menjamu para tamu serta uang yang tidak sedikit, semua diserahkan kepada ayah langsung oleh orang suruhan juragan Mardi.

Tentu saja yang paling bahagia adalah ibu tiriku dan Elsa, karena mereka bisa ikut menikmati uang yang di berikan juragan Mardi, "sini ayah uangnya biar ibu yang simpen" kata ibu tiriku. Ayah hanya pasrah saja dan memberikan uangnya kepada istrinya.

Malamnya orang orang pada sibuk mempersiapkan segala sesuatunya, ibu ibu masak di dapur sementara bapak bapak di depan mempersiapkan tempat pesta. Aku yang lagi bergabung dengan ibu ibu di dapur di samperin ayah, "nak cepet masuk kamar istirahat, tar kamu kecapean lagi" kata ayah

"iya cepat istirahat, calon pengantin ga baik malem malem masih di luar" timpal ibu esih tetangga sebelah rumahku.

lantas aku masuk kamar dan tak lupa ku kunci pintu kamarku.

"tok tok tok" sekitar tengah malam ada yang mengetuk pintu kamarku, untung aku belum terlelap, kubuka perlahan pintu tapi orang yang mengetuk tersebut langsung menerobos masuk ke dalam kamarku, aku kaget bukan main, tapi pas aku mau teriak, orang tersebut membuka penutup kepalanya "ayah" ucapku kaget tak percaya, "buat apa ayah mengendap ngendap kata gini?" tanyaku heran.

"ssstttt.....bicaranya pelan pelan" kata ayah sambil menempelkan telunjuk ke mulutnya.

"begini nak, pergilah kamu dari desa ini, ayah ga tega melihatmu menikah dengan bandot itu, dan ini ada sedikit uang buatmu bekal dijalan" kata ayah sambil memberikan beberapa lembar uang ke tanganku.

"kamu pergilah lewat samping, ayah akan mengalihkan perhatian orang orang yang berjaga di depan" imbuhnya lagi

"tapi gimana dengan ayah?" tanyaku tak tega

"tenang aja ayah bisa jaga diri nak, yang penting kamu selamat dulu sekarang" ucapnya sambil memelukku

"terima kasih ayah, Nurul sayang ayah" ucapku sambil terisak.

"yaudah kamu cepat siap siap ayah tunggu di depan" katanya lagi.

"iya yah" jawabku.

seperginya ayah keluar kamarku, aku cepat cepat berusiap, tak lupa kubawa uang pemberian ayah dan Bu ani serta tabunganku selama ini. Kulihat jam menunjukan pukul 2 dini hari, aku keluar kamar mengendap endap, keluar rumah lewat samping, kulihat ayah berada di depan rumah, dia menganggukkan kepalanya, akupun sama menganggukkan kepalaku, gegas kutinggalkan kampung halamanku, tapi di tengah jalan sandal jepitku putus, demi mempercepat perjalananku, ku lemparkan sendal jepit yang putus tersebut, tar kalau nemu warung aku akan membelinya lagi.

1
Harlintjes Lakapi
mana kelanjutannya ?
Giselle Bustamante
Pusing kepala baca cerita ini, tapi tetap seru. Teruslah menulis, author!
Dzakwan Dzakwan
Jelek, bosen.
C S Rio
Wuih, seru abis!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!