Charlotte Hasana, wanita cantik dengan tubuh perawakan mungil, ramping dan cantik. Ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang begitu materialistis. Ibu Tiri Charlotte berencana menikahkan dirinya kepada laki-laki tua kaya raya namun seorang Gay. Charlotte menentang keras keinginan Ibu tirinya. Karena itu, Charlotte berencana kabur dengan dandanan berbeda dari biasanya. Dia memoles wajahnya begitu jelek.
Namun ketika dirinya kabur, dia bertemu dengan laki-laki yang mengancam hidupnya. Hingga karena suatu alasan, Charlotte terpaksa melakukan hubungan satu malam dengan laki-laki itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nanayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3
Keesokan paginya, Laki-laki itu terbangun. Kepalanya sedikit pusing dan mendudukkan dirinya yang masih diatas tempat tidur. Sejenak dia melihat kondisi nya dan kamar itu. Tubuhnya kini sepolos bayi yang baru lahir. Tak satupun pakaian melekat ditubuhnya. Dia melihat seluruh isi kamar itu tanpa terlewat sedikitpun. Di atas meja yang letaknya tak jauh darinya, Laki-laki itu melihat sebuah surat. Dia langsung turun dari tempat tidur dan berjalan pelan ke meja. Diambilnya surat itu dan membukanya.
Selembar uang seratus ribu terselip didalamnya. Dia membaca dengan cermat isi surat itu. Ketika selesai, laki-laki itu menggenggam uang ditangannya sangat erat. Kedua tangannya terkepal, kedua matanya berkilat tajam. Urat-urat diwajahnya terlihat jelas dengan kulitnya berubah warna kemerahan,. Laki-laki itu tengah terbakar amarahnya.
“Beraninya wanita murahan itu menyentuh tubuhku! Beraninya dia memanfaatkan seorang Xavier!” geram laki-laki itu. Gigi-giginya bergemelatuk.
Ferdinant Xavier, itu adalah namanya. Dia seorang CEO dari Xavier Group, perusahaan yang memegang kendali atas sumber ekonomi di seluruh Negara. Laki-laki itu tidak hanya kaya raya, tapi juga pemilik organisasi yang berisi Mafia kejam. Dirinya begitu berkuasa di berbagai Negara atas kekayaannya itu, Bahkan seorang pemimpin Negara pun harus tunduk dan menghormatinya. Dia laki-laki cerdik, hebat, dan juga kejam dalam kondisi tertentu.
Xavier kembali mengingat kejadian yang hampir membuatnya kehilangan nyawa. Saat itu, dia tengah menghadiri acara perjamuan bisnis disalah satu Hotel ternama di kota ini. Karena sebuah jebakan dari salah satu muusuhnya, dia terpisah dari orang-orang kepercayaannya. Xavier mencoba melarikan diri dari situasi yang tengah membahayakan nyawanya. Anak buah dari musuhnya mengejar dirinya dengan membawa senjata tajam. Xavier tak kalah pintar, dirinya berlari masuk kedalam gang-gang kecil agar tidak ada satupun dari mereka yang menangkapnya. Dia berlari begitu cepat tanpa arah tujuan.
Dirinya sejak kecil dilatih untuk menjadi laki-laki tangguh oleh Ayahnya. Dia harus menjadi kuat agar musuh-musuh keluarganya tidak bisa menyentuh dirinya. Xavier dilatih layaknya prajurit. Dia tidak akan kalah dari musuh-musuhnya. Dia harus menjadi pemenang.
Xavier berlari sekuat tenaga. Dirinya yang seorang diri tidak akan bisa mengalahkan belasan orang yang mengejarnya, Xavier berusaha mencari cara untuk terlepas dari mereka. Ketika dirinya sampai didepan sebuah Motel, tanpa ragu dia memasukinya dan bersembunyi disana. Penampilannya begitu acak-acakan. Tidak ada yang bisa mengenalinya sebagai Xavier si Penguasa. Penampilannya sudah berbeda jauh. Namun apa yang dia pakai sekarang masih membuatnya dikenali. Dia harus menemukan orang yang mampu mengalihkan perhatian para pembunuh itu.
Tanpa sengaja, Xavier melihat seorang wanita yang berniat masuk kedalam kamar Motel. Xavier melihat sekelilingnya dan merasa aman. Dengan cepat, dia mengambil kesempatan dan mendekati wanita itu.
Tok Tok Tok
Suara pintu kamar diketuk dari luar. Xavier langsung waspada. Dia segera memakai celana dan mengambil pisau miliknya yang tergetak dilantai. Dia perlahan mendekati pintu.
“Tuan Muda! Tolong buka pintunya!”
Suara orang yang sangat Xavier kenal. Dia adalah Dean, kaki tangan kepercayaannya. Xavier bernafas lega saat Dean menemukannya. Dia langsung membuka pintu kamar lebar-lebar.
“Tuan Muda, syukurlah Anda selamat!” Dean tampak senang melihat Xavier masih hidup. Dengan tubuh yang utuh. Dia ingin memeluk Xavier namun segera diurungkan ketika melihat Tuan Mudanya menatap tajam padanya.
“Bagaimana kalian bisa menemukanku?”
“Kami mencari Tuan melalui CCTV di jalan. Aku baru menemukan keberadaan Tuan pagi ini dan segera kesini.” Ucap Dean.
“Oh baguslah.”
Xavier masuk kedalam kamar dan diikuti Dean. Dean terheran melihat isi kamar itu. Seprai dan barang disana berantakan. Menurutnya ini sedikit aneh mengingat Tuan Mudanya selalu menjaga kebersihan dimanapun dia tinggal. Dan ini, Dean tidak mengerti kenapa Tuan MUdanya merasa nyaman bisa tinggal dikamar kecil dan berantakan ini.
“Dean.”
“Iya Tuan?” Dean mendekat ketika dirinya dipanggil.
“Cari wanita ini.” Xavier menyerah sebuah surat dan uang 100 ribu padanya. Dean mengambilnya dan membaca isi surat itu. Setelah selesai, mata Dean terbelalak karena terkejut.
“Benarkah Tuan Muda telah dinodai seorang wanita?!” serunya seraya menutup mulutnya tak percaya. Dia tidak menyangka jika Tuan Mudanya yang alergi dengan wanita bisa menjadi korban pelecehan. Sungguh diluar akal pikirannya.
“Diamlah! Aku menyuruhmu mencari wanita itu sampai dapat. Cari kemanapun, aku ingin dalam 3 hari kau menemukannya.” Perintah Xavier tak terbantahkan.
“Baik Tuan. Saya akan mulai mencarinya.”
“Kita pulang sekarang.”