NovelToon NovelToon
"Perpindahan Jiwa" Mafia Queen X Gadis Cupu

"Perpindahan Jiwa" Mafia Queen X Gadis Cupu

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Reinkarnasi
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: PrinsesAna

Kisah menakjubkan tentang perpindahan Jiwa seorang Ratu Mafia ke dalam Tubuh seorang Gadis Cupu yang diabaikan dan direndahkan oleh keluarganya.
Gadis Cupu itu terus-menerus dianggap tidak berarti oleh keluarganya.

Namun semua hinaan dan pandangan meremehkan itu tak pernah mampu mematahkan semangat nya.

Penuh Drama yang menegangkan, mari ikuti Perjalanan Hidup Mafia Queen X Gadis Cupu!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PrinsesAna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20

Bel masuk berbunyi, tetapi Ara yang sedang merasa bosan dan suasana hatinya sedang buruk memutuskan untuk pergi ke rooftop.

Mau ke mana, Ra? tanya Manda. Jessika dan Nabila pun ikut mengalihkan pandangan mereka ke arah Ara.

Toilet, jawab Ara singkat sebelum segera meninggalkan kelas.

Kenapa tuh anak? gumam Manda. Jessika hanya menggelengkan kepala, tanda tak tahu.

Risa, bangun, deh. Guru bentar lagi masuk, ucap Nabila sambil mengguncang Risa yang masih tertidur.

Iya, iya, bawel banget sih lo, balas Risa sambil menatap Nabila dengan kesal.

Risa, ini sekolah, bukan tempat tidur. Orang di sekolah belajar, eh lo malah tidur, ledek Nabila sambil memutar bola matanya.

Terserah lo deh, sahut Risa sebelum akhirnya mengarahkan pandangannya ke depan, karena guru sudah masuk ke dalam kelas.

Risa yang menyadari kursi Ara kosong pun bertanya pada Jessika.

Kemana?

Toilet katanya, jawab Jessika singkat.

Manda dan Nabila saling melirik bingung ke arah Jessika dan Risa.

Jes, Risa tadi nanya apa sih? Kenapa lo jawab toilet? bisik Manda kepada Jessika.

Risa nanya Ara ke mana, ya gue jawab toilet. Risa tuh emang irit banget ngomong. Emang lo gak sadar selama kita ngumpul bahas apa pun, dia malah cosplay jadi patung, kata Jessika berbisik sambil menjelaskan kepada Manda.

Manda mengangguk tanda paham.

Yang di belakang! Kalau tidak bisa diam, silakan keluar dari kelas! tegur guru dengan suara tegas kepada Jessika dan Manda yang sibuk berbisik. Mereka pun segera memperbaiki posisi duduk dan fokus ke depan.

Ara tiba di rooftop dan langsung merebahkan diri di atas sofa yang ada di sana. Ia tak menyadari bahwa ada seorang pemuda yang juga sedang berada di tempat tersebut, duduk di kursi tidak jauh darinya.

Pemuda itu memperhatikan Ara sambil memberikan senyum tipis.

Dalam pikirannya, Ara berkata, "Gimana keadaannya mommy? Mom Lea kangen, Mon. Setelah semua masalah ini selesai, gue pasti jengukin mommy sama daddy."

Tiba-tiba, pemuda itu berdehem, membuat Ara membuka matanya sejenak. Namun, setelah itu ia kembali memejamkan mata.

"Kenapa?" tanya Ara tanpa menoleh.

"Enggak apa-apa. Gue boleh duduk di sini?" tanya pemuda itu. Pemuda tersebut ternyata adalah Gio, yang sengaja membolos karena sedang bad mood usai bertengkar dengan Arga.

"Duduk aja," jawab Ara singkat sambil mengubah posisinya duduk.

"Lo ada masalah?" tanya Gio lagi, menatap Ara dengan penasaran.

"Masalah? Rasanya setiap hari hidup gue nggak pernah bebas dari masalah," jawab Ara sambil memandang lurus ke depan.

"Kalau lo butuh bantuan, gue bisa bantu," kata Gio sambil menatapnya dari samping. Dalam hati, Gio mengakui kecantikan Ara.

"Kenapa lo mau bantu gue?" tanya Ara, masih dengan tatapan mata yang kosong ke depan.

"Soalnya gue tahu lo cuma korban di sini. Gue juga tahu siapa adik tiri lo itu. Makanya gue nggak pernah membela atau berpihak sama dia. Dari awal ketemu, gue udah ngerasa ada yang nggak beres sama dia," jawab Gio menjelaskan dengan tenang.

Ara terdiam dan akhirnya melirik ke arah Gio di sampingnya. Dalam hati, dia mengakui pria ini memang tampan. Saat Gio menoleh ke samping, mata mereka bertemu.

Deg-degan seketika melanda keduanya.

Ara segera berdeham untuk memutuskan kontak mata tersebut. Ia tak dapat menahan degup jantung yang semakin cepat setiap kali bertemu pandang dengan Gio.

"Jantung gue," gumam Gio dalam hati, lalu kembali memandang lurus ke depan.

"Thanks buat tawaran lo, tapi gue rasa gue bisa hadapin semuanya sendiri," ujar Ara setelah mencoba menenangkan diri.

"Yaudah, kalau butuh bantuan tinggal hubungi gue aja," kata Gio seraya tersenyum tipis. Senyum itu membuat Ara terpesona sejenak, namun ia merutuki dirinya sendiri karena sempat terbawa suasana.

"Oke," jawab Ara dengan nada sedikit gugup.

"By the way, setelah sekolah nanti gue jemput lo. Lo nggak lupa kan janji sama Mommy buat ke rumah?" tanya Gio.

"Iya, gue nggak lupa kok. Tenang aja," balas Ara yakin.

Tiba-tiba terdengar bunyi perut Ara yang cukup keras. Gio menahan tawa melihat ekspresi Ara yang canggung.

"Udah santai aja. Lo tunggu sini, gue beliin makanan ya. Lo pasti laper, kan? Tunggu bentar," kata Gio sebelum pergi meninggalkan rooftop.

"Sial... bisa-bisanya perut gue bikin malu banget. Lagi-lagi pas di depan cowok ganteng kayak dia," gumam Ara kesal pada dirinya sendiri.

Tak lama kemudian, Gio datang membawa makanan dan minuman untuknya.

Aku gak tahu kamu sukanya apa, jadi aku bawain mie ayam, nasi goreng, sama bakso, ucap Gio sambil menata makanan di atas meja kecil yang tersedia di rooftop.

Gak apa-apa, tapi maaf ya udah merepotkan kamu, balas Ara lembut kepada Gio.

Santai aja, yuk makan, aku juga lapar. Kamu mau makan yang mana? tanya Gio sambil terkekeh ringan.

Hmm, makan apa ya... ini aja deh, aku pilih mie ayam. Soalnya dari awal masuk sekolah belum pernah benar-benar bisa nikmatin mie ayam-nya. Selalu aja ada masalah, kata Ara sambil mengambil mangkuk mie ayam.

Ya udah, aku makan nasi gorengnya aja, sahut Gio sambil mengelus puncak kepala Ara.

Ara tersentak dan berkedip beberapa kali dengan ekspresi bingung.

Udah, makan dulu. Nanti keburu dingin, ujar Gio, menyadarkan Ara, seraya mengambil nasi goreng untuk dirinya.

Ini baksonya kamu gak mau kan? Kalau gitu aku masukin aja ke mie ayamku, ucap Ara sembari memasukkan bakso ke dalam semangkuk mie ayam. Gio hanya tersenyum kecil, memperhatikan tingkah Ara yang polos.

Nyam nyam... enak banget! Nih coba deh, lebih enak kalau ditambah bakso, kata Ara sambil menyuapi Gio.

Tanpa ragu, Gio membuka mulut dan menerima suapan dari Ara.

Gimana? Enak kan? tanya Ara dengan mata berbinar menatap Gio.

Iya enak. Habiskan ya, hemm, balas Gio sambil lagi-lagi mengelus rambut Ara. Ara mengangguk seperti anak kecil dan melanjutkan makan dengan ceria. Gio pun tersenyum melihat kebahagiaan sederhana di wajah Ara.

Nggak akan ada yang boleh nyakitin kamu, Ra. Aku akan selalu berusaha bikin kamu bahagia dan terus tersenyum, pikir Gio dalam hati sambil tetap memandang Ara yang menikmati makanannya dengan lahap.

Aduh... kenyang banget! keluh Ara sambil mengusap perutnya. Gio malah terkekeh pelan melihat tingkah Ara.

Kenapa? tanya Ara sedikit bingung menatap Gio.

Nggak apa-apa... kamu lucu banget sih, jawab Gio seraya mencubit pelan pipi tembam Ara.

Pipi Ara langsung memerah ketika mendengar perkataan Gio.

Hahaha... itu kenapa pipi kamu tiba-tiba merah begitu? tanya Gio sembari tertawa lepas melihat pipi Ara yang kini menyerupai warna kepiting rebus.

Ara merasa malu dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Kenapa ditutup, Ra? Buka aja," ujar Gio sambil mencoba menarik tangan Ara.

"Enggak mau, aku malu," jawab Ara yang tetap menutup wajahnya.

"Iya, iya, aku enggak ketawa lagi kok. Buka dulu ya," ujar Gio, kali ini menghentikan tawanya.

Ara perlahan membuka wajahnya, memastikan Gio benar-benar sudah berhenti tertawa.

"Kenapa harus malu? Mulai sekarang kita enggak pakai ‘lo-gue’ lagi, ya. Harus pakai ‘aku-kamu.’ Oke?" ucap Gio sambil menggenggam tangan Ara.

"Kenapa harus gitu?" tanya Ara, yang entah kenapa saat bersama Gio selalu bertingkah seperti anak kecil.

"Karena sekarang kamu sudah milih aku, Ra," bisik Gio pelan di telinga Ara.

Ara melotot mendengar ucapan Gio. "Mana bisa kayak gitu? Kita kan baru kenal. Enggak mau!" serunya sambil mendorong tubuh Gio menjauh darinya.

"Aku enggak nanya jawaban kamu, Ra. Mulai sekarang, iya atau enggak, kamu milik aku. Oke, sayang?" bisik Gio lagi dengan nada akhir yang menggoda.

"Sekarang aku antar kamu ke kelas, ya? Bel udah bunyi nih. Kasihan teman kamu nanti nyariin," lanjut Gio sambil menarik tangan Ara menuju kelasnya.

Ara hanya bisa pasrah mengikuti Gio. Bagaimanapun, melawan pun sepertinya tak akan ada gunanya. Meski begitu, di dalam hatinya, ia merasa ada kenyamanan tersendiri saat berada di dekat Gio.

Sepanjang perjalanan menuju kelas, banyak pasang mata yang memperhatikan mereka, terlebih karena tangan Gio masih menggenggam tangan Ara.

"Sana masuk kelas. Nanti aku jemput sepulang sekolah, oke?" kata Gio sambil tersenyum manis dan mengelus kepala Ara.

Sontak seluruh isi kelas Ara berteriak tidak percaya, melihat untuk pertama kalinya Gio memberikan senyuman seperti itu. Ara hanya mengangguk patuh, lalu segera masuk ke dalam kelas.

Setelah memastikan Ara masuk kelas, Gio langsung berbalik menuju kelasnya sendiri.

"Kamu harus kasih penjelasan ke kita, Ra," ujar Jessika mewakili rasa penasaran Manda, Nabila, dan Risa yang juga memandanginya dengan penuh tanda tanya.

"Iya bentar lagi deh aku jelasin," jawab Ara cuek sambil meletakkan tasnya di meja.

Saat jam sekolah selesai, Ara segera menuju rumah Anderson sesuai janji sebelumnya. Sesampainya di rumahnya, Ara pergi menuju kamarnya untuk beristirahat sejenak sebelum nanti berkunjung ke rumah Mommy Daisy, orang tua Gio.

1
Jeremiah Jade Bertos Baldon
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
Deyana: Makasih ya kak..
total 1 replies
♥Kat-Kit♥
Ceritanya dapet banget.
Deyana: thanks banget kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!