Lanjutan dari novel Iblis penyerap darah, untuk baca season 2 gak wajib baca season 1,tapi kalau mau baca itu lebih bagus.
Kaisar Mo Tian adalah tirani hidup. Dikenal sebagai Iblis Darah Abadi, ia memimpin Kekaisaran dengan tangan besi dan kegilaan yang disengaja. Bagi Mo Tian, kesetiaan adalah segalanya; pengkhianatan dibalas dengan pembantaian brutal—seperti yang dialami para pemberontak Sekte Tinju Api, yang dihancurkan tanpa sisa olehnya dan Liu Bai, sang Tangan Kanan yang setia namun penuh kepedulian.
Di mata rakyatnya, Mo Tian adalah monster yang mendamaikan dunia melalui terror. Namun, di balik dominasinya yang kejam, bersembunyi luka lama dan kilasan ingatan misterius tentang seseorang Seorang wanita cantik misterius yang mampu memicu kegelisahan tak terkendali.
Siapakah dia? Apakah dia adalah kunci untuk menenangkan Iblis Darah, atau justru pedang bermata dua yang akan menghancurkan Takhta Abadi yang telah ia bangun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19: Pengorbanan seorang Jenderal
Di Kekaisaran Darah Abadi, suasana mencekam namun penuh tekad terasa di udara. Para prajurit sudah bersiap dalam formasi bertahan yang rapat. Sebagian lain berusaha mengamankan warga kota agar tidak terluka, memindahkan mereka ke bunker-bunker spiritual.
"Jenderal Li, sepertinya pasukan musuh mulai bergerak," seorang prajurit melaporkan situasi kepada Jenderal Li, pemimpin pasukan garis depan Kekaisaran Darah Abadi. Wajah Jenderal Li tenang, tak tergoyahkan, seperti batu karang yang menanti badai. Dia menatap ke depan. Di sana, pasukan musuh mulai muncul, debu berterbangan di belakang para penunggang kuda.
"Berapa kira-kira jumlah musuh? Kita harus dapat bertahan sampai Kaisar atau Tuan Liu Bai sampai." Jenderal Li bertanya. Ia tahu bahwa kekuatan Kekaisaran saat ini sedang dalam keadaan lemah, banyak kultivator inti yang di perintahkan Kaisar untuk kampanye mendadak di benua lain.
Ia sendiri hanya seorang kultivator Pemutus Jiwa tingkat menengah, dan kebanyakan pasukan Kekaisaran di garis depan adalah kultivator Jiwa Lahir tingkat rendah.
"Menurut laporan pengintai, jumlah mereka berkisar tiga ribu pasukan!" Pasukan gabungan dari tiga sekte pemberontak membuat jumlah musuh sangat banyak dan menekan.
Sedangkan pasukan Kekaisaran hanya berjumlah seribu orang yang sedang berada di sana, perbandingan satu banding tiga. Jenderal Li mulai menaiki kuda pedangnya yang berzirah hitam. Ia memajukan kudanya, bergerak ke kiri dan kanan, menginspeksi barisan.
Jenderal Li menatap pasukan yang akan ia pimpin, matanya memancarkan api tekad. "Apapun yang terjadi, kita harus dapat mempertahankan Kekaisaran, walaupun kita mengorbankan nyawa sekalipun!" Suaranya lantang, penuh karisma, dan resonansi qi. "Hidup Kaisar! Hidup Kaisar!"
Semangat Jenderal Li sudah dapat membuat semua pasukan yang tidak takut mati itu semakin berapi-api. "Hidup Kaisar! Hidup Kaisar! Hidup! Kami adalah pasukan Kekaisaran, rela mati demi Kekaisaran!" Jenderal Li tersenyum tipis, sebuah senyum pahit yang berani. Ia kemudian menggerakkan kudanya ke depan, memimpin barisan.
Di sana, pasukan musuh berhenti di bukit dengan formasi V terbalik lalu mulai menyerang, lolongan perang mereka memecah keheningan. "Serang! Bunuh mereka semua! Dan kita akan menjadi penguasa yang baru!" Mereka semua maju dengan kuda dan tunggangan buas masing-masing. Pedang dan tombak di tangan mereka berkilauan mematikan.
Baju zirah mereka memantulkan sinar matahari yang kejam. Melihat itu, Jenderal Li juga berteriak, suaranya menggetarkan qi pertahanan. "Serang! Kita pasti akan menang!" Pasukan Kekaisaran maju dengan kecepatan penuh, mereka sudah siap saling beradu kekuatan dan nyawa.
Semakin mereka dekat, energi qi yang sangat banyak menyebar di sekeliling mereka, mengalir dan memadatkan diri di senjata masing-masing. Mereka mulai bentrokan di tengah-tengah padang rumput, tabrakan yang menciptakan suara dentuman logam mengerikan, dan saling beradu pedang maupun tombak dengan brutal.
Dari pihak musuh maupun Kekaisaran sudah saling membunuh. Pasukan musuh menusuk pasukan Kekaisaran dengan tombak panjang, darah menyembur, dan pasukan Kekaisaran membalas dengan tebasan pedangnya yang memisahkan kepala dari tubuh.
Jenderal Li yang memimpin paling depan menebas setiap musuh yang ia lalui, gerakannya efisien dan mematikan. Kuda-kuda yang musuh tunggangi ia tebas kakinya sehingga ambruk ke tanah, dan sang penunggang mati diinjak.
"Aku akan membunuh kalian semua, pengkhianat Kekaisaran!" Jenderal Li tidak henti-hentinya menebas musuh. Setiap tebasan penuh akan niat membunuh yang pekat dan dendam.
Walaupun Jenderal Li dapat membunuh musuh paling banyak, menciptakan lingkaran mayat di sekelilingnya, bukan berarti ia dapat bertahan tanpa luka. Pada akhirnya, karena ia adalah orang yang paling depan, ia pun dikeroyok oleh kultivator yang lebih tinggi, dan berakhir mendapatkan beberapa luka sayat yang dalam di bagian perutnya.
Jenderal Li tidak hanya tinggal diam, siapa saja yang berani melukai tubuhnya berakhir mati. Tubuh mereka terbelah, kepala mereka terpisah dengan mata melotot, tangan terpotong, dan lain-lain.
Walaupun Jenderal Li merasa sangat kesakitan, qi-nya terkuras cepat, ia tetap saja masih berjuang sambil menahan rasa sakitnya yang membakar.
Tiba-tiba, sebuah tombak berlapis qi gelap menusuk menembus jantungnya. Tombak itu benar-benar tepat menusuk di jantung beliau. Darah segar menyembur dari mulutnya, ia meringis kesakitan, suaranya tercekat.
Dadanya seperti sesak, seolah tercekik oleh sesuatu yang gaib. Walaupun ia sudah hampir mati, Jenderal Li tetap memegang teguh tekadnya untuk tetap bertahan sampai akhir yang pahit.
Dengan kekuatan spiritual yang tersisa, ia memadatkan qi putih murninya menggunakan teknik pedang pamungkas yang ia kuasai.
"Jika aku harus mati di sini... M-maka aku akan membawa kalian juga!" Bilah pedangnya memancarkan kekuatan qi yang sangat kuat, cahayanya membutakan. Qi yang berada di dantian utama menyebar ke seluruh meridiannya, memberikan kekuatan super singkat untuk bertahan.
Jenderal Li menyampingkan pedangnya lalu dengan kekuatan mengerikan menebas horizontal, menciptakan gelombang tebasan yang sangat kuat, seperti sabit kematian.
Musuh yang berada di depannya tercabik-cabik menjadi potongan daging cincang. Tidak hanya bagian depan saja, tapi beberapa orang di belakang juga masih terkena oleh serangan qi Jenderal Li.
Setelah melakukan itu, Jenderal Li semakin batuk darah, tubuhnya goyah tak tertahankan, dan ia tumbang dari kudanya. Ia tertidur di sana, di lautan darah dan mayat, matanya kosong seolah sedang memikirkan masa lalu.
"K-Kaisar... K-kau adalah penyelamatku." Jenderal Li perlahan menutup matanya, dan kilasan ingatan di masa lalu mulai teringat di otaknya, seperti film yang diputar cepat.
Dulu, Jenderal Li adalah seorang kultivator rendahan yang bahkan tidak dapat mencapai tingkat kedua dari tingkatan kultivasi, seorang gelandangan qi.
Tapi ketika ia sudah menyerah, ia bertemu dengan Kaisar yang sedang melakukan kemah di sebuah hutan bersama pasukannya. Mungkin saat itu Kaisar sedang merencanakan rencana rahasia melawan musuhnya.
Jenderal Li yang melihat itu berlari dan memohon agar Kaisar mengajarkannya cara berkultivasi yang benar.
Ketika Jenderal Li berpikir ia sudah melakukan tindakan bodoh dan akan diusir, Kaisar tersenyum, senyum yang jarang, seolah menemukan hal yang menarik.
Saat itulah Jenderal Li menjadi pasukan Kekaisaran dan dapat berkembang sepesat ini. Setelah ingatan tersebut menghilang sambil dibarengi mata tertutup, Jenderal Li akhirnya menghembuskan napas terakhirnya dengan senyum tulus, sebuah senyum damai, seolah ia tidak merasa menyesal sudah berjuang demi sang penyelamatnya.