NovelToon NovelToon
DIVINE SIN

DIVINE SIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Dark Romance
Popularitas:550
Nilai: 5
Nama Author: Ellalee

''Di balik malam yang sunyi, sesuatu yang lama tertidur mulai bergerak. Bisikan tak dikenal menembus dinding-dinding sepi,meninggalkan rasa dingin yang merayap.ada yang menatap di balik matanya, sebuah suara yang bukan sepenuhnya miliknya. Cahaya pun tampak retak,dan bayangan-bayangan menari di sudut yang tak terlihat.Dunia terasa salah, namun siapa yang mengintai dari kegelapan itu,hanya waktu yang mengungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RINDU YANG TAK BERNAMA

"Begitu Nyonya Seo pergi, keheningan menjelma jadi sesuatu yang berat seolah dinding-dinding tua rumah itu menahan napas. Rael menatap pintu yang baru saja tertutup, lalu berbalik menuju kamar Haeun tanpa sepatah kata pun.

“Rael,” panggil Jae-hyun, tapi gadis itu hanya melangkah, rambutnya bergoyang pelan mengikuti gerak tubuhnya yang dingin dan mantap.

Di kamar Haeun, Rael mulai berkemas. Tangannya menyentuh lipatan seragam sekolah yang masih tercium samar aroma bunga melati aroma yang dulu milik Haeun. “Lucu ya,” bisiknya lirih, “aku bahkan masih menempati tubuhnya, tapi sudah mulai kehilangan rasanya.”

Tatapannya kemudian beralih ke arah satu pintu di ujung lorong pintu kayu tua yang telah ditutup dengan segel kertas mantra. Pintu itu bergetar pelan, seperti ada sesuatu di baliknya yang menunggu… bernafas… hidup.

“Tempat itu,” gumam Rael, suaranya hampir tak terdengar, “di sanalah dulu aku dikembalikan dari kematian. Di sanalah eommanya Haeun menukar jiwaku dengan miliknya. Aku ingin ke sana, Jae-hyun.”

Jae-hyun langsung menghentikan langkahnya, menatapnya dengan tajam. “Tidak.”

Nada suaranya datar, tapi matanya memohon. “Tempat itu bukan milik manusia, Rael. Ada sesuatu yang gelap menunggu di sana. Aku bisa merasakannya.”

Rael menatapnya, senyum tipis muncul di bibirnya. “Aku bukan manusia juga, Jae-hyun.”

Suaranya dingin, tapi matanya rapuh. “Aku hanya ingin melihat... bagian dari diriku yang dulu.”

Jae-hyun mendekat, tangannya menggenggam tangan Rael. “Kau mungkin tidak takut, tapi tubuh yang kau tempati bukan milikmu. Kalau sesuatu terjadi padamu, Haeun juga akan menderita.”

Keheningan jatuh. Hanya terdengar desiran angin yang menyusup lewat jendela retak.

Rael menunduk perlahan. “Kau selalu menahanku, Jae-hyun. Tapi entah kenapa, aku tidak bisa membencimu....” ucap rael terdengar serius.

“Sejenak aku berpikir…” suara Jae-hyun nyaris seperti bisikan, cahaya senter ponselnya menyorot dinding rumah yang kusam, menyisakan bayangan panjang di setiap sudut. “…bahwa Haeun sudah kembali.”sambung nya..

Rael menoleh pelan, rambutnya jatuh berantakan menutupi sebagian wajahnya, senyum tipisnya muncul dengan nada menggoda. “Hm? Kau kecewa karena ternyata bukan dia?”

Jae-hyun menelan ludah, pandangannya tak bisa lepas dari mata Rael yang berkilau di bawah cahaya senter itu. “Bukan itu…” ujarnya pelan. “Tolong, jangan pernah menunjukkan wajah serius seperti tadi. Kau… sangat mirip dengannya.”

Rael terkekeh kecil, mencondongkan tubuhnya sedikit lebih dekat, hampir menyentuh bahu Jae-hyun. “Oh? Jadi kau masih memikirkan dia saat menatapku?” bisiknya lembut. “Atau kau mulai jatuh cinta padaku, hmm?”

Wajah Jae-hyun memanas seketika. Ia buru-buru memalingkan wajahnya dan menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. “Rael, berhentilah menggoda. Tubuhmu belum sembuh, kau butuh istirahat.”

Rael tersenyum nakal, mencondongkan dagunya ke lengan Jae-hyun. “Kau benar-benar tahu cara merusak suasana?” bisiknya. “Padahal aku hanya ingin melihatmu gugup sedikit lagi.”sambung nya lagi sambil mengerlingkan mata nakal ke arah Jae-hyun.

“Cukup,” ucap Jae-hyun cepat sambil menyalakan senter lebih terang, mencoba menenangkan diri dan menyorot jalan menuju pintu. “Kita pergi sekarang. Aku tidak mau luka Haeun makin parah, gara-gara kau terlalu banyak bicara.”

Rael tertawa lembut, penuh goda. “Aigoo, kau ini dokter atau kekasih yang terlalu protektif, hmm?”

Jae-hyun menatapnya sekilas, separuh kesal, separuh pasrah. “Entahlah…” katanya pelan sambil menggenggam tas Rael yang berisi barang-barang Haeun. “Tapi malam ini, aku ingin kau diam dan biarkan aku menjagamu.”

Rael hanya tersenyum, menatap sekeliling rumah Haeun yang gelap, bayangan-bayangan di dinding menari mengikuti cahaya senter. Dalam diam itu, Rael berpikir dalam hati...

"Haeun, kau beruntung pernah dicintai oleh seseorang sebaik dia, namun apa aku terlalu egois karena juga mengharapkan cinta darinya.

"Mereka melangkah keluar dari rumah Haeun. Lampu jalan memantul samar di trotoar, membentuk bayangan panjang kaki mereka. cahaya tipis dari senter menari di wajah Rael yang kini menempati tubuh Haeun. Tubuh itu rapuh dari luka-luka akibat perbuatan Hyeri tadi sore, namun auranya tetap liar dan nakal.

“Je-hyun-ssi…” suara Rael lembut tapi mengusik. “Apa kau sadar? Tubuh ini… memang mirip dengannya, bukan? Tapi perilaku kami tentu berbeda kan?”

Jae-hyun menghela napas panjang, matanya menatap lurus ke depan. “Rael… cukup. Jangan terus menggoda. Tubuh ini sudah terluka, dan perlu istirahat.”

Rael mencondongkan kepala, tersenyum tipis. “Ah, Je-hyun-ssi… bahkan saat tubuh ini terluka, kau tetap khawatir padaku. Kau… selalu terlalu serius. Tidakkah kau ingin sedikit gugup karena aku?”

Jae-hyun mengusap wajahnya, setengah muak, setengah tidak bisa melepaskan pandangan. “Aku muak, Rael. Kau terus bermain-main… dan aku tidak tahan lagi.”

“Tapi aku suka kau tidak tahan,” goda Rael, matanya berkilau nakal. “Hhh… kau tidak bisa berhenti menatapku, kan? Bahkan kau muak, kau tetap menatap. Lucu, bukan?”

Mereka berjalan ke halte yang tak jauh dari rumah Haeun. Udara malam dingin, tapi aura Rael terasa panas, membuat Jae-hyun semakin gelisah. Lampu jalan dan cahaya senter HP menyoroti setiap lekuk tubuh Rael atau lebih tepatnya, tubuh Haeun yang ditempati Rael membuat bayangan mereka menari di trotoar.

“chagiya,” bisik Rael sambil menyandarkan bahunya sedikit lebih dekat, “kau benar-benar mirip… seperti saat kau menatap Haeun dulu. Tapi sekarang… matamu menatapku, bukan dia, Apakah kau mulai terbiasa denganku?”

Jae-hyun menelan ludah, wajahnya memanas. “Rael… aku...… cukup sudah. Jangan terus seperti ini. Aku tidak ingin tubuh ini terluka lebih parah hanya karena… kau kebanyakan bicara, mulutmu terluka, jadi diamlah. " ucap Jae-hyun makin kesal.

Rael terkekeh, mencondongkan dagu di bahu Jae-hyun. “Hhh… kau dokter, pengawas, dan… kekasih protektif sekaligus. Aku suka itu.”

" sekarang dia yang lebih pantas di sebut aneh daripada aku... " gumam Jae-hyun dalam hati.

"Mereka sampai di halte, dan lampu kuning dari tiang halte memantul di wajah Rael. Jae-hyun menatapnya dengan sabar yang nyaris habis. “Kau benar-benar tidak peduli padaku ya..?? kau.. benar-benar.... " perkataan nya terpotong dengan jawaban rael.

“Peduli? Tentu peduli, tapi aku juga ingin bersenang-senang sedikit. Hhh… sedikit nakal, sedikit menggoda. Kau kan menyukainya?” Rael menyeringai nakal, membuat Jae-hyun hampir kehilangan kesabaran.

Bis datang, berhenti dengan suara rem yang menggelegar. Rael melangkah masuk duluan, menatap Jae-hyun dari balik cahaya lampu. “Cepat, Je-hyun-ssi. Atau aku akan terus bermain-main denganmu sampai kau menyerah.”

Jae-hyun menghela napas, masuk ke dalam bis, duduk dekat Rael. Bau baju lamanya masih menempel di tubuh Rael, jaket miliknya membuat rael sedikit kehilangan kendali.

“Je-hyun-ssi…” suara Rael lembut tapi nakal. “Apakah kau ingin aku berhenti? Atau kau ingin aku terus seperti ini, menggoda dan membuatmu muak?”

Jae-hyun menatap Rael, separuh kesal, separuh terpesona. “Aku ingin kau berhenti… tapi kau memang tidak peduli.”

Rael tertawa pelan, senyumnya masih nakal, menatap Jae-hyun dengan mata yang berkilau. “Hhh… benar. Aku tidak peduli. Tapi lihat… kau tetap menatapku, dan itu menyenangkan. Kau tidak bisa lepas, bukan?”

Bis melaju di malam yang sepi, lampu jalan menari di wajah mereka. Sepanjang perjalanan, Rael terus menggoda, menatap, dan membuat Jae-hyun muak tapi tak bisa melepaskan pandangan. Hingga akhirnya, mereka sampai di rumah Jae-hyun, dan Rael tertawa lembut, senyum nakal tak luntur meski tubuhnya lelah.

"Di balik tatapan nakal dan senyum menggoda, terkadang tersembunyi luka yang tak terlihat. Dan di tengah godaan, hanya ada satu hal yang benar-benar penting: melindungi apa yang kita cintai, meski hati harus terus menahan.”

1
Ngực lép
Bikin klepek-klepek!
Zhunia Angel
Gemes deh!
Kakashi Hatake
Bagus banget thor, jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!