Pasangan Pengantin Misterius

Pasangan Pengantin Misterius

Bab 1

Hujan turun deras sore itu, membasahi halaman rumah keluarga Wijaya. Petir sesekali membelah langit, menggema hingga ke dalam ruang tamu besar yang penuh hiasan mewah. Namun di tengah segala kemewahan itu, ada seseorang yang duduk diam di pojok sofa Lydia. Tubuhnya tegak, wajahnya tenang, namun mata beningnya menyimpan luka yang dalam.

Sejak kecil, Lydia tidak pernah benar-benar dianggap bagian dari keluarga. Ayah dan ibunya selalu menyanjung kakaknya, Amara, si cantik jelita yang penuh pesona, sementara dirinya selalu jadi bayangan, hanya pelengkap. Apapun yang terjadi, Amara selalu benar. Lydia? Tak lebih dari pengganggu, bahkan meski ia adalah anak kandung yang sah.

“Lydia!” suara keras ibunya, Nyonya Ratna, memecah lamunannya. “Kau sudah dengar, bukan? Besok keluarga Figo akan datang melamar. Kau yang akan menggantikan Amara.”

Jantung Lydia berdetak kencang, meski wajahnya tetap tanpa ekspresi. “Menggantikan? Maksud Mama apa?”

Sebelum sang ibu menjawab, Amara yang duduk anggun di kursi utama, menegakkan dagunya. Senyum sinis tersungging di bibir merahnya.

“Sudah jelas, bukan? Aku tidak sudi menikah dengan pria bertopeng itu. Semua orang tahu Luis Figo itu kejam, sadis, wajahnya pun entah rusak entah seperti apa. Aku tidak akan mengorbankan masa mudaku hanya untuk jadi pengantin monster.”

“Lalu aku?” tanya Lydia pelan, hampir berbisik.

Ayahnya, Tuan Wijaya, meletakkan koran dengan kasar di meja. Tatapan matanya dingin menusuk.

“Kau sudah cukup menyusahkan keluarga ini. Anggap saja pernikahanmu dengan Figo adalah kontribusi kecilmu sebelum kau benar-benar tak berguna. Kau akan pergi besok, dan mulai hari itu, jangan lagi membawa nama keluarga ini dengan aib.”

Lydia tersenyum miring. Senyum yang bagi orang lain mungkin terlihat pasrah, namun di dalam dadanya ada bara api yang menyala. Seumur hidupnya ia sudah terbiasa jadi kambing hitam. Tak ada yang percaya padanya. Tak ada yang tahu apa saja yang ia simpan.

“Baik,” jawab Lydia akhirnya. Suaranya lembut, seolah tak ada perlawanan.

Padahal di dalam kepalanya, ia sudah menyusun rencana.

Mama dan papanya serta Amara tampak kaget mendengar Lidya menerima pernikahan itu dengan mudah tanpa penolakan sedikitpun.

---

Malam Sebelum Pernikahan

Kamar Lydia tak pernah sebesar kamar Amara. Tak ada perabot mewah, tak ada kaca kristal atau lampu gantung. Hanya ranjang sederhana, meja kayu, dan lemari tua. Namun, justru di kamar sederhana itulah Lydia menyembunyikan sesuatu yang tak pernah diketahui siapapun.

Begitu pintu terkunci, ia menyingkap karpet, membuka papan lantai yang longgar, lalu mengeluarkan sebuah kotak hitam. Di dalamnya tersimpan laptop tipis dengan sistem keamanan tingkat tinggi, pistol kecil berwarna perak, dan sebilah pisau lipat.

Jari-jarinya lincah menyalakan laptop itu. Di layar, puluhan kode program berderet. Ia bukan hanya gadis penurut seperti yang dilihat keluarganya. Ia adalah seorang peretas ulung, yang mampu menembus jaringan keamanan besar hanya dalam hitungan menit. Di luar rumah, di dunia maya gelap, Lydia dikenal dengan nama samaran "Shadow Lily" hacker yang ditakuti banyak kelompok bawah tanah.

“Luis Figo, pria bertopeng yang katanya kejam,” gumamnya sambil mengetik cepat. “Mari kita lihat siapa sebenarnya dirimu.”

Layar laptop menampilkan puluhan berkas tentang transaksi gelap, catatan kriminal, hingga foto-foto samar pria bertubuh tinggi dengan topeng hitam menutupi wajah. Informasi yang ia dapatkan dari jaringan bawah tanah justru membuat hatinya berdegup lebih kencang.

Luis Figo bukan sekadar mafia biasa. Ia adalah raja bayangan.

“Dan besok aku akan jadi… istrimu.” Lydia menutup laptopnya, menyelipkan pisau lipat ke dalam kotak, lalu menutup kembali papan lantai. Semua kembali seperti semula. Tak ada yang akan tahu.

---

Hari Pernikahan pun tiba

Pagi itu, keluarga Wijaya sibuk. Amara tampil cantik dengan gaun putih meski hanya sebagai pengiring, sementara Lydia dipaksa mengenakan kebaya pengantin yang sederhana tapi tetap anggun. Di wajahnya terpasang riasan tipis yang justru menonjolkan kecantikannya yang natural.

Namun tak ada senyum kebahagiaan. Hanya tatapan kosong yang tak ingin diperlihatkan terlalu dalam, orang yang melihat Lydia sangat bingung karena tidak ada expresi apapun dan itu membuat semua orang penasaran

Di ruang akad, keluarga Figo sudah menunggu. Para pengawal berbadan besar berjajar rapi, aura mengintimidasi memenuhi udara. Di kursi utama, duduklah seorang pria dengan jas hitam, tubuh tinggi, dan topeng metalik menutupi wajah. Luis Figo.

Tatapannya menusuk meski mata itu tersembunyi di balik bayangan topeng.

Suara penghulu bergema. Prosesi akad berlangsung singkat, tanpa drama.

Luis Figo mengucap ijab kabul dengan suara berat, penuh wibawa. setelah itu Lydia mencium tangan sang suami dengan takzim

Semua selesai dalam hitungan menit.

Tanpa menoleh pada istrinya, Luis bangkit dari kursinya.

“Kirim dia ke rumahku. Pastikan semua kebutuhan terpenuhi,” katanya singkat pada anak buahnya, lalu pergi begitu saja.

Tidak ada genggaman tangan. Tidak ada senyum. Tidak ada kata selamat datang. Hanya kepergian.

Lydia berdiri kaku. Hatinya terasa perih, tapi wajahnya tetap tenang. Dari kejauhan, Amara tersenyum puas.

“Selamat tinggal, adikku. Nikmati hidup barumu dengan monster itu.” tawanya mengejek sang adik

Namun dalam hati, Lydia berbisik pada dirinya sendiri,

“Monster atau bukan, aku tidak pernah takut.”

---

Hari pertama Lydia tinggal di kediaman Luis terasa asing. Rumah itu begitu luas, rumah mewah yang sunyi dipenuhi marmer dan lukisan mahal, tapi dingin tanpa kehangatan. Ada banyak pelayan yang sigap, namun tatapan mereka penuh rasa ingin tahu.

Di antara mereka, seorang wanita berambut cokelat panjang mendekat dengan senyum tipis.

“Aku Sofia,” katanya sambil menunduk pura-pura hormat. “Mulai hari ini, aku yang akan mengurus semua kebutuhan Nyonya.”

Lydia membalas dengan anggukan sopan. “Terima kasih.”

Namun dari tatapan mata Sofia, Lydia bisa membaca sesuatu, kebencian yang terbungkus senyum karena Sofia tidak suka kehadirannya di rumah itu.

Dan Lydia tahu, masalah baru akan segera datang dan Lydia tidak peduli dengan Sofia, selagi Sofia tidak membuatnya dalam bahaya maka Lydia akan tetap sabar dengan tingkah Sofia.

---

Suasana sunyi di kamar utama rumah mewah itu. Lydia berdiri di depan cermin besar, menatap bayangannya sendiri dengan gaun pengantin yang belum sempat ia lepas.

“Aku bukan boneka,” bisiknya. “Aku bukan tumbal. Aku Lydia… dan aku tidak akan kalah.”

Malam pertama sebagai istri sah Luis Figo, Lydia terjaga cukup lama. Ranjang berukuran king di kamar utama terasa terlalu luas, terlalu dingin. Tidak ada suara napas seorang suami di sampingnya, tidak ada sapaan lembut ataupun genggaman tangan yang menghangatkan.

Yang ada hanya dentingan jam dinding mewah, deru angin malam yang menerpa jendela, dan kesunyian yang menjerat.

Lydia menarik selimut tipis hingga ke dadanya. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, tapi hatinya berdebar cepat. Bukan karena takut pada pria yang kini sah jadi suaminya justru karena penasaran.

Luis Figo, pria yang dijuluki Raja Bertopeng, meninggalkannya begitu saja. Seolah pernikahan hanya sebuah kontrak tanpa arti.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸

Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸

di bagian sinopsis depan, paragraf kedua kok ada nama aruna dan rafael itu siapa thor?

2025-09-09

1

Tiara Bella

Tiara Bella

aku mampir Thor ....banyak bangt ini ceritamu Thor dlm judul yg berbeda ...yg kemaren aja judulnya apa ya aku blm sempat baca itu

2025-09-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!