Erlin, gadis mandiri yang hobi bekerja di bengkel mobil, tiba-tiba harus menikah dengan Ustadz Abimanyu pengusaha muda pemilik pesantren yang sudah beristri.
Pernikahan itu membuatnya terjebak dalam konflik batin, kecemburuan, dan tuntutan peran yang jauh dari dunia yang ia cintai. Di tengah tekanan rumah tangga dan lingkungan yang tak selalu ramah, Erlin berjuang menemukan jati diri, hingga rasa frustasi mulai menguji keteguhannya: tetap bertahan demi cinta dan tanggung jawab, atau melepaskan demi kebebasan dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Suara adzan subuh berkumandang dan Abimanyu masuk ke dalam kamarnya.
Ia melihat istrinya yang masih menangis sesenggukan di balik bantalnya.
"Lin, ayo sholat subuh dulu. Jangan sampai setan mempengaruhi kamu untuk tidak sholat subuh." ucap Abimanyu.
Erlin menghapus air matanya dan ia kembali mengambil air wudhu.
Setelah itu ia mengajak suaminya ke mushola untuk sholat subuh.
Erlin melihat Riana yang tidak turun untuk ikut sholat subuh bersama.
"Kita sholat berdua saja ya, sayang." ucap Abimu.
"Iya, Bi."
Abimanyu tersenyum tipis melihat jawaban Erlin. Mereka berdua kemudian berdiri berdampingan, dan Abimanyu kembali menjadi imam.
Usai sholat, Abimanyu duduk berzikir sementara Erlin menutup doa dengan penuh kekhusyukan.
Erlin masih merasakan hatinya perih karena ucapan Riana, tapi ia berusaha menenangkan diri.
"Lin, aku minta maaf soal perkataan Riana tadi." ucap Abimanyu.
Erlin menganggukkan kepalanya dan ia kembali menangis.
"Bi, sepertinya aku tidak sanggup seperti ini. Tolong, lepaskan aku Bi." ucap Erlin sambil tangannya memohon kepada Abimanyu.
Abimanyu terdiam seketika, dadanya seperti diremas saat mendengar perkataan dari istrinya.
"Lin, tolong jangan bicara seperti itu. Sampai kapanpun aku tidak akan melepaskan kamu. Aku akan melepaskannya kamu kalau Allah memanggil aku untuk pulang." ucap Abimanyu.
Mendengar perkataan dari suaminya yang menyebut kata 'pulang'.
Erlin langsung memeluknya dan meminta maaf kepada suaminya.
"Bi, jangan bicara seperti itu. A-aku belum siap jika Abi meninggalkan aku." ucap Erlin.
Abimanyu membalas pelukan istrinya dengan erat, seolah tidak ingin ada jarak sedikit pun di antara mereka.
Ia membelai rambut Erlin dengan lembut, mencoba menenangkan tangisan istrinya.
“Sayang, aku nggak akan kemana-mana. Aku di sini, untuk kamu dan Riana. Aku hanya ingin kamu percaya kalau cintaku nggak akan pernah berkurang meski badai apa pun datang.” ucap Abimanyu dengan suara bergetar.
Riana membuka pintu kamarnya dan dari atas ia melihat suaminya yang sedang menenangkan Erlin.
"Pagi-pagi sudah drama lagi," gumam Riana yang kemudian kembali masuk ke kamarnya.
Riana kembali merebahkan tubuhnya dan mencari cara agar Erlin bisa pergi selamanya dari kehidupan Abimanyu.
Ia pun memutar otaknya agar bisa menyingkirkan Erlin tanpa ada yang tahu.
Ia tidak mau jika nasibnya akan seperti Umi Farida yang akan diceraikan oleh Kyai Abdullah.
Tok... tok.... tok...
Riana langsung terkejut ketika suaminya mengetuk pintu kamarnya.
Ia pun langsung bangkit dari tempat tidur dan membuka pintu.
"Boleh, Abi masuk?" tanya Abimanyu.
"Masuk saja, Bi. Tidak ada yang melarang. Ini kan juga rumah Abi bukan rumahku. Aku cuma numpang disini."
"Astaghfirullah, sayang. Bisa tidak bicara secara halus dengan suamimu?"
"I-iya Bi, aku minta maaf." ucap Riana sambil mencium tangan suaminya.
Abimanyu menggenggam tangan Riana dan memintanya untuk ikhlas.
"Bagaimana bisa aku ikhlas, Bi? Kalau Abi selalu menempel kepada Erlin."
Abimanyu menatap wajah istrinya yang sedang terbakar api cemburu.
"Abi menikahi kamu dengan niat ibadah, sama halnya dengan Erlin. Tidak ada yang lebih, tidak ada yang kurang. Kalau kamu merasa Abi hanya menempel pada Erlin, itu bukan karena cintaku lebih banyak ke dia, tapi karena keadaan yang memaksa Abi untuk menenangkan dia semalam.”
"Bi, Erlin itu hanya pura-pura. Dia itu berselingkuh dengan Billy. Kalau Abi tidak percaya, kenapa setiap ada masalah, Erlin selalu ke Billy?"
Abimanyu terdiam sejenak dan ia kembali mengingat kembali bagaimana Erlin pergi ke Bengkel sampai akhirnya terjadilah kecelakaan.
"Aku saja kalau marah dengan Abi, tidak pernah lari ke rumah lelaki lain." ucap Riana yang mencoba memanas-manasi suaminya agar memihak kepadanya.
Abimanyu menarik nafas panjang sambil menatap wajah istrinya.
"Riana, aku tahu siapa Erlin dan kenapa dia selalu ke bengkel. Disana banyak teman-teman Erlin dan tidak Billy saja."
"Bi, teman-teman Erlin itu cowok semua. Bisa saja Erlin jual diri disana." ucap Riana.
"RIANA!! HENTIKAN OCEHAN KAMU YANG MULAI TIDAK MASUK AKAL!!" bentak Abimanyu.
Erlin yang mendengarnya langsung berlari ke atas dan melihat amarah suaminya yang meledak.
"Astaghfirullah, Abi. Sudah, Bi. Ayo, kita keluar dulu." ajak Erlin sambil menenangkan suaminya.
Erlin mengajak suaminya masuk kedalam kamar dan menenangkannya.
"Bi, diminum dulu. Sudah, Bi. Jangan bertengkar lagi." pinta Erlin.
Abimanyu meraih gelas yang disodorkan Erlin, lalu meneguk air itu perlahan.
Dadanya masih naik turun, menahan amarah yang tadi sempat meledak.
Erlin duduk di sampingnya, menggenggam tangannya erat.
“Abi, jangan marah seperti itu lagi. Aku tidak apa-apa, Bi. Biarkan saja kalau Riana berpikir buruk tentangku. Allah tahu siapa aku sebenarnya.” ucap Erlin lirih.
"Aku tidak bisa menerimanya perkataan dari Riana yang menjelekkan atau merendahkan kamu, Lin."
Erlin memeluk tubuh suaminya dan memintanya untuk sabar.
"Abi, jangan sampai aku jadi alasan Abi berdosa karena marah berlebihan. Tolong, untuk aku, tahan emosimu ya, Bi."
Abimanyu menarik nafas panjang dan mengucapkan dzikir.
"Sekarang yang terpenting, Abi percaya sama aku. Kalau aku tidak pernah melakukan apa yang dikatakan oleh Riana. Aku sudah mempunyai suami tampan, jadi buat apa lagi aku mencintai lelaki lain?"
Abimanyu tersenyum tipis saat mendengar perkataan dari istrinya.
"Alhamdulilah, akhirnya wajah ganteng suamiku kembali lagi." puji Erlin sambil mencium pipi suaminya.
Abimanyu meminta Erlin untuk segera mengganti pakaiannya.
"Kita ke rumah Abi Husein untuk memberikan oleh-oleh," ucap Abimanyu.
"Iya Bi. Abi pakai jas ini atau yang ini untuk kerja nanti?"
Abimanyu bangkit dari duduknya dan memilih jas warna hitam dengan kemenangan biru.
"Aku do'akan semoga pekerjaan Abi lancar semuanya," ucap Erlin.
"Aamiin, terima kasih sayang."
Mereka lekas mengganti pakaiannya dan setelah itu keluar dari kamar.
"Kita sarapan dulu, ya. Bi Irma sudah menyiapkan kita sarapan."
Mereka duduk di kursi makan dan tak berselang lama Riana juga ikut duduk.
Erlin membiarkan Riana untuk menyiapkan sarapan Abimanyu.
Suasana di meja makan sangat sunyi dan sesekali Abimanyu melihat kedua istrinya.
Setelah selesai makan, Abimanyu mengajaknya kedua istrinya untuk masuk kedalam mobil.
Abimanyu melajukan mobilnya menuju ke rumah Abi Husein.
Tiga puluh menit kemudian Abimanyu menghentikan mobilnya di depan rumah Abi Husein.
Ibu Mina yang sedang menyapu langsung menghentikan kegiatannya.
Ia memanggil suaminya yang sedang di dalam kamar.
"Assalamualaikum Abi, Umi." sapa Abimanyu.
Erlin turun dari mobil sambil membawa kantong yang berisikan oleh-oleh dari Bali.
"Masya Allah, ini anak Abi dan Umi?" tanya Abi Husein yang terkejut ketika melihat Erlin memakai hijab.
"Iya Abi, ini aku anak Abi dan Ibu." jawab Erlin.
Riana yang melihatnya hanya diam dan tersenyum sinis.
Abi Husein dan Ibu Mina mengajak mereka untuk masuk ke dalam.
"Abi, Umi. Erlin, kesini cuma sebentar. Soalnya hari ini Erlin mulai mengajar di pondok pesantren." ucap Erlin.
"Alhamdulillah, akhirnya anakku tidak bekerja di bengkel lagi." ucap Abi Husein.
Abimanyu dan Ibu Mina tertawa kecil mendengar perkataan dari Abi Husein.
Setelah mengobrol sebentar, Abimanyu dan Erlin pamit untuk menuju ke pondok pesantren.
Abimanyu dan ibu Mina mendoakan semoga lancar semuanya dan rumah tangga mereka juga samawa.
"Aamiin, terimakasih atas doa dari Abi dan Ibu." ucap Abimanyu.
Kemudian Abimanyu mengajaknya istrinya untuk masuk ke dalam mobil.
Riana masih diam dan tidak mau tersenyum kepada kedua orang tua Erlin.
Abimanyu melihat Erlin dari kaca spion yang memintanya untuk sabar.