My Little Girls

Calista sudah bersiap dengan pakaiannya, Leon benar-benar memberikan semua yang dibutuhkan oleh gadisnya. mulai dari tempat tinggal, kehidupan yang layak hingga semua keperluannya. Pakaian yang Leon siapkan pun tak main-main, hampir satu kemarin penuh dan semua belum Calista pakai. Semua ukuran begitu pas di tubuhnya.

 "Ca, apa sudah siap?"

Calista menoleh dan mengangguk saat Lila juga sudah bersiap dengan pakaian biasa bukan lagi seragam pelayan.

 "Sudah, ayo kita turun."

Lila tersenyum dan mereka berjalan turun, senyumannya terukir saat melihat Leon sedang bersama Zidan.

 "Pagi.."

Leon menoleh, sementara Zidan membungkuk tubuhnya saat melihat Calista sudah berdiri tidak jauh darinya.

 "Kita lanjutkan nanti." kata Leon menutup tabletnya dan tersenyum menatap gadisnya yang terlihat sangat cantik dengan wajah cerianya pagi ini.

 "Pagi,,"

Calista duduk di kursinya, dan mereka mulai sarapan dengan saling diam.

 "Leon,,"

 "Ya"

 "Terimakasih"

Leon mengangkat alisnya bingung "Untuk?"

 "Karena kamu udah ijinkan aku kembali kuliah."

 "Apa kamu senang?"

 "Sangat senang. Terimakasih."

 "No problem, kalau itu bikin kamu bahagia."

Calista tersenyum. Beberapa hari ini, selama tinggal di Mension bersama Leon, mendapatkan perlakuan yang begitu baik, perhatian Leon kepadanya. Membuat hatinya senang, ada sesuatu yang hadir dalam hatinya , namun dia tidak tau itu apa.

 "Aku berangkat, kamu harus selalu bersama Lila ingat, hubungi aku kalau ada sesuatu."

  "Iya, aku selalu ingat."

Leon mengusap pucuk rambut gadisnya dan berjalan keluar.

Lila yang masih berada di sana ikut merasa senang, selama ini Calista selalu bersikap baik, bahkan dia bisa kuliah karenanya.

  "Ayo Lila kita berangkat."

  "Ayo."

Satu mobil khusus Leon siapkan untuk gadisnya, bahkan dengan supir dan juga penjagaan.

*****

Bagas mengusap wajahnya kasar, bahkan bantuan dari Leon belum bisa membuat Perusahaan miliknya kembali. Beberapa klien belum bisa kembali percaya, sebagian masih ada yang bertahan, namun lebih banyak yang mundur dari kerjasama mereka.

  "Mas, kita sarapan." Silvia masuk dan menghampiri suaminya.

Bagas hanya mengangguk dan beranjak bangun. Kemana lagi dia akan mencari bantuan, bahkan istri dan anak tirinya pun masih terus menuntut padahal mereka juga tau kondisi Perusahaan.

  "Pagi Ma, Pagi Pa." Sapa Talita yang sudah terlihat rapi.

  "Lo sayang, kamu mau kuliah?"

  "Iya Ma, Aku udah lama gak masuk."

  "Kamu sudah gapapa?"

  "Bagaimana aku masih harus kuliah, ada cita-cita aku yang mau aku wujudkan."

  "Ya sudah kalau itu kemauan kamu sayang."

Silvia tersenyum dan mengambil sarapan untuknya. Bagas masih diam, dia tidak selera makan memikirkan banyak hal.

  "Oya Pa, aku boleh minta tambah uang jajan kan? Sekarang kan aku pakai mobil, bensin sama perawatan mobil kan aku juga harus ingat. Boleh kan Pa?"

  "Uang Jajan kamu sudah habis?"

  "Udah Pa, Papa transfer sekarang ya."

  "Talita -

  "Iya sayang, nanti Papa transfer uang jajan sama buat keperluan mobil kamu."

  "Makasih Pah, Ma."

  "Sama-sama, sekarang kamu sarapan. Mama sudah buatkan Nasi goreng kesukaan kamu."

Talita mengangguk dan langsung mengambil nasi goreng dengan telor mata sapi makanan kesukaannya.

Bagas menatap Silvia, kenapa bisa istrinya tidak mendukung dirinya. Dia tau bagaimana kondisi mereka saat ini.

  "Silvia, kenapa kamu mengiyakan permintaan Talita tadi. kamu ingat bukan bagaimana keadaan Perusahaan. Bahkan aku pusing untuk membayar pinalti dari mereka."

  "Tapi apa yang diucapkan Talita benar Mas, dia harus kuliah, jalan sama teman-temannya , belum lagi dengan mobilnya."

  "Tapi aku benar-benar-

  "Bukannya masih ada mobil Calista, Mas bisa jual mobil itu untuk mengganti kerugian dan juga menambah modal Mas."

  "Calista mendapatkan mobil itu dari Almarhum Ibunya saat ulangtahun."

  "Anggap saja Mas hanya pinjam, dan setelah Perusahaan kembali Mas bisa kembali menebusnya. "

Bagas diam, benar yang dikatakan istrinya. Dia membutuhkan banyak yang sekarang. Dan juga, Calista sampai hari ini dia tidak kembali.

"Baik, aku akan menjual mobilnya."

Silvia tersenyum, pelan-pelan dia akan mencuci otak Bagas sampai dia benar-benar membenci Calista. Dan jika sudah begitu, dia akan lebih mudah untuk mendapatkan hartanya.

Pelan tapi aku pasti akan terus membuat Bagas membenci Calista. Walaupun saat ini si gadis pembangkang itu sudah tidak ada di rumah tapi. Walau harta Bagas sudah tidak seperti dulu tapi dia tetap akan menguasainya.

"Ya sudah aku ke kantor."

"Kamu juga jangan lupa transfer uang untuk Talita."

"Nanti aku transfer."

-----

Calista baru sampai di Kampus bersama Lila. Mereka berjalan menyusuri lorong kampus. Tatapan beberapa mahasiswa membuatnya bingung.

"Kenapa Ca?" Lila peka dengan wajah gadis itu.

"Kamu ngerasa juga gak sih kalau mereka liat ke arah kita terus."

Lila menoleh dan benar saja, semua menatap ke arahnya lebih tepatnya menatap Calista.

"Itu karena kamu sangat Cantik."Lila tersenyum berusaha untuk menjaga perasaannya.

"Bukan itu deh, tapi-

"Caca.!"

Suara Bela, suara sahabatnya yang sudah beberapa hari ini tidak dia dengar. Calista menoleh dan benar saja Bela menatapnya, dan langsung berlari menghampirinya.

"Lo kemana aja Ca, gue khawatir sama Lo. Lo gapapa kan?"

Calista membalas pelukan sahabatnya, dia tersenyum.

"Gue baik-baik aja Bel, Maaf ya bikin Lo khawatir."

"Terus selama ini Lo kemana Ca? Gue cari Lo ke rumah dan ponsel Lo gak aktif."

Calista tersenyum "Ceritanya panjang, nanti gue ceritain."

Bela mengangguk dan menoleh dimana Lila berdiri di sana.

"Dia-

"Lila temen gue, Lila ini Sahabat aku Bela."

"Hai" Sapa Lila tersenyum

"Hai Gue bela."

Lila tersenyum dan mengangguk.

"Lo janji buat cerita semua sama gue."

"Iya, Ya udah ayo ke kelas. Lila juga satu kelas sama kita."

"Oh ya,, "

"Iya, kita bakal satu kampus."

Bela kembali menatap Calista dan memeluknya erat. "gue kangen banget sama Lo Ca."

"Gue juga kangen sama Lo."

"Ayo ke kelas, Ayo Lila."

"Ayo."

Mereka berjalan bersama, dengan terus ngobrol. Bela terlihat sangat bahagia kembali bertemu dengan sahabatnya.

Talita baru saja sampai di Parkiran, dia mengambil ponselnya dan tersenyum saat melihat uang masuk di rekeningnya.

Yes, gue bisa shoping pulang nanti. Secara beberapa hari gue cuma di rumah kan.

Talita melangkah keluar dan berjalan dengan percaya diri. Gaya nya sebegitu sombong membuat beberapa saling berbisik. Talita acuh dan merasa mereka hanya iri dengannya.

Langkah demi langkah hingga dia menuju lantai tiga dimana kelasnya.

Tunggu,, itu Calista.!

Talita menatapnya tajam, kenapa bisa gadis itu kembali. Kedua tangannya mengepal.

*********

Beb,,

little girls sudah masuk di Bab 20 yang artinya sudah bisa masuk Kontrak. Jadi, Bismillahirrahmanirrahim aku mau ajuin. Doakan ya beb,, semoga segera di review dan segera di ACC kontraknya..

Happy Reading beb,,

🥰