NovelToon NovelToon
Bukan Istri Kedua

Bukan Istri Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Lari Saat Hamil / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Obsesi / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Widia

Hidup tak berkecukupan, memaksakan Alana mengubur impiannya untuk berkuliah. Dia akhirnya ikut bekerja dengan sang ibu, menjadi asisten rumah tangga di sebuah rumah cukup mewah dekat dari rumahnya. Namun masalah bertubi-tubi datang dan mengancam kehidupan dirinya dan sang ibu. Dengan terpaksa dirinya menerima tawaran yang mengubah kehidupannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Syarat untuk Tuan Bara

—"Kau sudah tidur?"

—"Kalau ada sesuatu, cerita apapun itu padaku!"

—"Anggap saja aku kakakmu"

Setelah saling bertukar nomor di hari saat bermain ke mall, Revan begitu rajin mengirim pesan pada Alana setiap jam pulang. Pria itu menaruh perhatian lebih pada Alana, karena gadis itu yang paling muda di antara semua karyawannya.

Apalagi saat Revan tahu Alana hanya tinggal sendiri, baginya hidup sendiri adalah sesuatu yang menyeramkan. Kesepian dan ketakutan yang di rasakan Revan saat kehilangan ibunya, membuatnya lebih perhatian pada Alana yang juga sebatang kara.

Sambil tersenyum, Alana membalas pesan atasannya. Rasanya salah tingkah, apalagi harus memilih kata-kata yang tepat agar terkesan akrab namun tetap sopan. Usia yang terpaut jauh dan juga sebagai atasan, membuat Alana merasa jika Revan dan dirinya begitu berjarak meski sedang dekat.

—"Belum, kamar ini agak panas. Padahal lampunya sudah kumatikan."

—"Pak Revan juga kenapa belum tidur?"

—"Iya Pak, Terima kasih perhatiannya!"

Alana tak mengharapkan balasan pesan lagi dari sang atasan. Baginya, Revan hanya sekedar dekat sebagai perhatian atasan terhadap pegawainya. Gadis itu mulai memejamkan mata agar bisa terlelap, walau sedikit berharap jika obrolannya dengan Revan menjadi panjang.

Pagi harinya, Alana mengecek ponsel sambil menikmati sarapan nasi uduk yang dia beli dari tetangga. Gadis itu melihat pesan yang tertera dengan nama sang atasan.

—"Sepertinya aku lupa memasang AC di sana, karena sudah lama mess itu tak terpakai."

—"Iya, sedikit kesulitan jika sedang merasa kesepian."

—"Sama-sama. Jangan sungkan ya."

"Kesepian? Kehilangan seorang pasti akan merasa sangat kesepian. Aku merasakannya, walau kami hanya terpisah oleh jeruji besi," gumamnya yang ikut merasakan kesedihan Revan. Apalagi pria itu tak bisa lagi berjumpa dengan ibunya karena terpisah oleh alam yang berbeda.

Alana mengurungkan niatnya untuk membalas pesan sang atasan. Karena dia tahu jika hari ini jadwal Revan mengunjungi salonnya.

Gadis itu pun mulai membuka salon tersebut dan membersihkan tempat kerjanya. Sebagai orang yang tinggal di mess, dia di berikan tanggung jawab untuk menyimpan kunci salon.

"Sudah rapi dan juga bersih, tapi yang lainnya belum datang. Jam masuk pun masih lama," ucap Alana yang akhirnya memilih untuk merias wajah sambil menunggu rekan kerjanya datang.

Sambil merias, gadis itu menatap lekat wajahnya. Alana baru menyadari jika dirinya di anugerahi wajah cantik dengan bentuk tubuh yang indah. Gadis itu menyapukan beberapa kuas make up pada wajahnya. Alana begitu bersemangat berdandan dengan make up kit pemberian Sita.

Tak lupa rambutnya dia styling, rambutnya yang lurus berubah menjadi teddy curls yang memberikan kesan dewasa pada gadis itu.

Selesai semuanya, Alana segera mengganti pakaiannya dengan seragam salon. Beberapa waktu kemudian, Sita dengan moge miliknya tiba. Gadis cantik sekaligus tampan itu segera masuk ke dalam salon dan mengganti pakaiannya di ruang belakang. Namun, dia menyadari perubahan pada diri Alana. Make up dan rambut gadis itu membuat Sita menyadari jika keahlian Alana meningkat.

"Kau tahu, riasan dan gaya rambutmu menunjukan kalau skillmu semakin meningkat," puji Sita pada Alana. Dia pun mengamati salon itu dengan seksama. Nampak rapi dan juga bersih.

Salon pun di buka setelah kedatangan dua pegawai lainnya. Alana begitu bersemangat bekerja hari ini, selain karena mendapat pujian dari Sita, juga karena hal lain.

•••

Alana merasa tak enak pada Revan, karena pria itu ternyata membawa sebuah AC untuk di pasang di kamarnya. Gadis itu berpikir jika pesan yang dikirim sang atasan hanya sekedar basa basi. Namun semuanya bukan hanya isapan jempol saja.

"Pak Revan tak perlu repot beli barang ini buatku. Lihat, aku punya kipas portable kok," ucap Alana sambil menunjukan kipas kecil miliknya.

Revan menyalakan benda kecil itu lalu mengarahkan pada wajahnya.

"Ini seperti tiupan mulut orang saat kamu kelilipan. Ga ada pengaruhnya sama sekali. Yang jelas aku membeli AC ini karena tak mau kamu merasa tak nyaman. Maksudku sebagai karyawan ku, kenyamanan itu nomor satu," jawab Revan tanpa merasa keberatan membantu Alana.

Gadis itu menggaruk kepalanya, dia hanya takut jika pegawai salon yang lain merasa iri karena Revan memperhatikannya.

"Lagipula, kalau kamu resign dari salon ini. AC ini akan tetap terpasang dan di pakai oleh pegawai lain. Jadi jangan pikirkan hal yang lain, takutnya malah kamu suudzon."

Ucapan Revan membuat Alana melongo, gadis itu tak menyangka jika Revan bisa menebak isi pikirannya.

"Jangan-jangan, dia dukun lagi," gumam Alana yang sedikit menjauh dari atasannya.

Revan tersenyum saja melihat tingkah gemas gadis itu, sambil melihat tukang AC yang masih memasangkan benda panjang itu di kamar Alana.

"Terima kasih ya pa!" Ucap Revan ramah, setelah AC terpasang sempurna. Pria itu pun menyalakannya, karena takut jika AC yang dia beli tak bisa berfungsi.

"Ademnya. Alana, kamu mau coba?" Tanya Revan pada Alana yang sedang berdiri di sudut kamar.

Revan pun memberitahu cara menggunakan AC, Alana yang memperhatikan hanya mengangguk saja. Gadis itu salah fokus pada wangi yang dia hirup, wangi parfum milik Revan yang benar-benar lembut dan maskulin.

"Mengerti kan?" Tanya pria itu sambil menatap wajah Alana. Gadis itu membalas tatapan sang atasan sambil mengangguk. Mata Alana yang berwarna coklat muda terang, membuat Revan mabuk akan pesonanya. Pesona gadis yang usianya terpaut 8 tahun darinya.

Dering ponsel membuyarkan tatapan keduanya. Wajah keduanya bersemu merah, di sertai dengan dada yang berdebar kencang.

"Baiklah aku akan ke sana," ucap Revan yang kemudian berpamitan pada Alana. Gadis itu kini sendiri lagi merasakan kesepian setelah beberapa detik merasakan kehangatan yang tak biasa.

Sabtu malam, waktu yang paling Alana takutkan. Takut jika rencananya gagal, apalagi saat Dika si polisi muda memintanya untuk tak menyetujui tawaran Bara semakin membuat gadis itu frustasi.

"Semoga semuanya berjalan lancar, dan aku bisa membebaskan ibu tanpa harus menikah dengan pria tua itu."

Alana dengan percaya diri berjalan ke tempat pertemuan dirinya dengan Bara. Dengan gaya yang berbeda dan juga riasan di wajah dan rambut, membuat gadis itu memiliki daya tarik yang tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.

Dari kejauhan nampak Bara tengah duduk di temani Joko yang berdiri di samping tuannya. Pria itu menunjukan seringai kala melihat Alana yang menepati janji. Hatinya berbunga karena gadis itu sebentar lagi akan menjadi miliknya.

"Langsung ke intinya saja, aku akan membebaskan ibumu setelah kita sah menjadi suami istri. Terserah kau ingin kapan melaksanakan akad," ucap Bara dengan percaya diri.

"Tapi ada syaratnya," ucap Alana yang membuat Bara tersenyum menyeringai.

"Apa? Katakan saja, emas atau rumah? Aku sudah menyiapkan semua."

"Aku ingin mendapatkan izin dari nyonya Yuniar atas pernikahan kita!"

1
Randa kencana
Ceritanya sangat menarik
Fitri Widia: Terima kasih 🥺🙏
total 1 replies
partini
waduh waduh imbalannya tempik
partini
ibunya lagi main kah
partini
good
Fitri Widia: terimakasih 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!