"tolong... tolongin saya, saya di bius!" kata seorang gadis pelayan Toko pada seorang pria tampan di depannya. Gadis itu tengah berusaha menyelamatkan diri dari pria tua yang gendut yang hendak melecehkannya.
"hey... anak muda. Jangan ikut campur. Gadis itu milikku, aku sudah membelinya dengan harga mahal." Teriak seorang pria yang baru saja menyusul gadis itu sebelum bertemu pria tampan itu.
Bagaima kisah selanjutnya? akan kah si pria tampan menyerahkan gadis pelayan itu pada pria tua itu? yook kepoin! jangan lupa Like, Subcrebs dan Komennya!
Selamat membaca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arish_girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
calon menantu idaman
Yasmin sudah sembuh dia memutuskan untuk kembali bekerja. Di tempatnya bekerja, Yasmin disambut dengan baik oleh Bu Indah. Kecaman dari Bramantyo terhadap Bu Indah yang berlaku tidak baik terhadap Yasmin membuat wanita paruh baya itu bersikap manis dan perhatian terhadap Yasmin. Dia sudah tidak lagi memperlakukan Yasmin dengan buruk seperti hari-hari sebelumnya. Apalagi Bramantyo menegaskan bahwa Yasmin adalah wanitanya maka Bu Indah semakin ketakutan untuk sekedar menyinggung Yasmin, Meskipun teman-temannya banyak yang mencibir bahwa Yasmin adalah wanita tidak benar.
Bu Indah terlihat menghormati Yasmin apalagi bayi yang ada di kandungan Jasmine adalah anaknya Bramantyo.
Yasmin, kau kembali bekerja? Apa kau yakin kau sudah sembuh?" tanya Bu Indah penuh perhatian.
Bu Indah tidak ingin terjadi sesuatu pada kehamilan Yasmin, bisa jadi ia akan kembali berhadapan dengan Bramantyo, pria yang memiliki pengaruh besar di kota itu.
"Tidak, bu. Aku baik baik saja." sahut Yasmin dengan mantap.
"Oh ya, Yasmin, ku harap kerja samanya. aku tahu kamu adalah wanita kesayangan pak Bram, karena itulah aku harap kau bisa menjaga diri dengan baik, jika kamu lelah, maka istirahatlah. Jangan sampai keberadaanmu di sini akan menjadi masalah bagi toko ini." kata bu Indah.
Yasmin mengangguk, " ia, bu. ibu jangan khawatir. Saya pasti bisa menjaga diri, kok." kata Yasmin meyakinkan.
Bu indah tersenyum, ia pun kembali masuk dan mempersilakan Yasmin ke tempatnya biasa bekerja.
"Yasmin , apa kabar?" sapa Vira salah satu rekan kerja Yasmin.
Yasmin mengukir senyum, "aku baik-baik saja, Vira." sahutnya.
"Yasmin aku salut sama kamu, Ternyata anak yang dikandungmu itu merupakan anak pak Bram." ucapnya.
Yasmin hanya mengangguk, wajahnya berubah pias, kehamilan ini sebenarnya bukanlah keinginan dari Yasmin, tapi benih sudah tertanam, maka Yasmin mau tidak mau akan terus menjaganya apapun yang akan terjadi.
"Iya, Vira. terima kasih." ucapnya.
"aku tinggal ke dalam dulu, ya Vira." pamit Yasmin.
Yasmin pun akhirnya masuk, ia berdiri menyambut beberapa tamu yang datang berkunjung ke toko itu. Tiba-tiba seorang wanita paruh baya datang, penampilannya yang biasa biasa saja membuat para pelayan toko yang lain lebih memilih pengunjung yang terlihat modis dan kaya. Namun berbeda dengan Yasmin yang tak pernah membedakan pembeli.
"selamat datang, ibu. Silakan ibu... ada yang bisa kami bantu?" sapa Yasmin dengan ramah.
Wanita itu terbelalak saat melihat Yasmin, ya... wanita paruh baya itu adalah wanita yang pernah di tolong Yasmin beberapa hari lalu. "Hei... kamu bekerja di sini, nak?" sapa wanita itu terperanjat kaget. Ia tak menyangka, jika ia kembali di pertemukan kembali dengan gadai yang pernah menolongnya.
Yasmin mengerutkan kening, ia benar benar lupa siapa wanita ini. "ibu...??" Yasmin tak melanjutkan kata katanya, ia mengingat walah sang ibu yang memang teelihat familiar di mata Yasmin.
"Masa kamu lupa, nak... ibu adalah orang yang kamu tolong beberapa hari yang lalu. Kamu masih ingat, kan?" wanita itu berusaha mengingatkan Yasmin kejadian beberapa hari lalu.
Yasmin terdiam sejenak, ia mengingat ingat, memutar masa lalu, hingga akhirnya senyum ramah terkembang di bibirnya. "ya, saya ingat, ibu. Bagaimana kabar ibu sekarang?" tanya Yasmin.
Wanita itu tersenyum, "aku baik baik saja, nak." ucapnya. Ia menatap Yasmin dengan cermat, mulai dari seragam yang di pakai gadis itu, hingga nama yang menempel di bajunya. Wanita paruh baya itu tersenyum, "Yasmin, nama yang indah. Seindah budi pekertimu." bisik wanita itu.
"iya, ibu. Saya bekerja di sini. Selamat datang di toko kami. Saya akan melayani ibu sepuas ibu, mau. Mari, ibu mau apa?" tanya Yasmin dengan ramah dan sopan.
Sementara Vira dan Vita hanya berbisik pelan melihat sikap Yasmin yang baik pada semua orang. "Vira, lihatlah Yasmin. Kamu jangan seperti dia. Wanita itu pasti hanyalah orang miskin, dia datang pasti berbelanja untuk barang barang murah, mending kita habiskan waktu untuk melayani pembeli yang terlihat kaya dan Sultan, mereka jauh lebih berduit di banding dengan wanita berpenampilan biasa biasa seperti itu." kata Vita.
Vira hanya memperhatikan Yasmin dan wanita itu, ia tak berani berkomentar, di akui Yasmin memang orangnya sangat baik pada siapa saja, tak pandang bulu, mau itu kaya ataupun miskin. "ya sudah lah. Itu hak Yasmin. Sebaiknya kita juga rajin bekerja biar bisa cepat dapat bonus."
"ya, kalau aku mah, ogah. Yasmin saja yang bodoh. Aku maunya melayani yang banyak duit, kali aja duitnya mau pindah ke kantong gue..." sahut yang lain tertawa lebar.
"lihat itu, Yasmin malah membawa masuk wanita miskin itu. Untuk apa juga? Paling dia hanya lihat lihat saja. Atau bisa jadi nanti mereka akan mencuri salah satu barang di sini." kata Vita melihat Yasmin dan wanita itu begitu akrab, masuk ke dalam untuk melihat barang barang mahal.
"sok so'an menuju etalase elit... ha... Yasmin iru begok apa gimana, sih?" tambah yang lain.
Ketiga teman Yasmin hanya bersedekap dada, melihat Yasmin sedang melayani pembeli.
Sementara Yasmin enjoy, dia sangat senang dengan wanita paruh baya itu, keduanya terlihat semakin akrab.
"Yasmin, apa kamu punya pacar?" tanya wanita itu.
Yasmin menggeleng pelan. "tidak, bu.. saya tidak punya pacar."
"kalau begitu teruslah melajang, hingga aku akan menjodohkan kamu dengan putraku. Dia pasti sangat suka dengan pilihanku." kata Wanita itu begitu percaya diri.
Yasmin hanya tersenyum menanggapi, ia tak bisa menjawab iya, maupun tidak, namun ia sangat suka dengan gaya wanita ini yang menyapanya dengan hangat.
"Aku akan belanja banyak hari ini, ayoo.. ikut aku buat carikan gaun yang terbaik di toko ini." kata Wanita itu.
Yasmin membawa wanita itu ke ruang pakaian.
"pilihlah lima baju yang sangat kamu sukai, Yasmin." kata wanita itu.
"saya, bu?" Yasmin menunjukkan wajahnya heran.
"Ya, tentu saja. Aku memintamu untuk memilih baju yang kamu suka, karena nanti semua ini kau yang akan pakai." kata Wanita itu tampa sedikitpun keraguan.
"Hah...? Yasmin jadi kikuk. Sepertinya wanita paruh baya ini tidak main main dengan ucapannya. Duh, gimana ini, Yasmin jadi bingung. Akhirnya ia pun memilih baju baju yang ia sukai, bukan karena harganya yang mahal, tapi karena Yasmin memang menyukai baju itu.
"sudah, bu. Saya sudah memesan untuk menantu ibu." kata Yasmin dengan suara berat.
Wanita itu tersenyum, kemudian ia meminta Yasmin untuk membawanya mencari perhiasan.
"sekarang kamu carikan sepaket perhiasan yang kamu sukai. mulai dari cincin, kalung, anting anting hingga gelang kaki. Carilah yang paling mahal sekalipun." kata Wanita itu lagi.
Yasmin menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia semakin bingung. Tak mengerti harus berbuat apa.