Queensa tak menyukai pernikahannya dengan Anjasmara. Meskipun pria itu dipilih sendiri oleh sang ayah.
Dijodohkan dengan pria yang dibencinya dengan sifat dingin, pendiam dan tegas bukanlah keinginannya. Sayang ia tak diberi pilihan.
Menikah dengan Anjasmara adalah permintaan terakhir sang ayah sebelum tutup usia.
Anjasmara yang protektif, perhatian, diam, dan selalu berusaha melindunginya tak membuat hati Queensa terbuka untuk suaminya.
Queensa terus mencari cara agar Anjasmara mau menceraikannya. Hingga suatu hari ia mengetahui satu rahasia tentang masa lalu mereka yang Anjasmara simpan rapat selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
1 jam 25 menit waktu yang seharusnya Anjasmara perlukan untuk pergi ke rumah sakit yang saat ini ia datangi. Namun, karena rasa kecewa dan takut yang berlebihan, pria itu mengendarai mobil pik-up nya dengan kecepatan yang cukup tinggi, hingga membutuhkan waktu tempuh kurang dari 40 menit.
"Kamu baik-baik saja?"
April yang dihampiri pria tak dikenal mendongakkan kepalanya.
"Saya Anjasmara, suami Queen, bagaimana kondisinya saat ini?"
"Oh, maaf, a-aku..., "
"Tidak apa-apa? Terima kasih sudah menelpon saya, sekarang bagaimana kondisi Queensa?" di tengah rasa kecewa dan cemasnya Anjasmara berusaha bertanya pelan, agar tidak membuat teman istrinya takut.
"Sebenarnya... aku juga tidak tahu, sudah hampir dua jam dokter menangani mereka, tetapi sampai sekarang belum keluar." April memberanikan diri menatap Anjasmara.
"Mereka?" kutip Anjasmara dengan alis bertaut.
Gadis itu mengangguk patah-patah, sebelum akhirnya menceritakan kronologi kecelakaan yang dialami Queensa.
"Tadinya Queensa mau pulang bareng sama aku, tapi kami bertemu dengan Affin, karena Affin bawa mobil, Queensa berakhir pulang bersamanya. Tapi saat di perjalanan entah apa yang terjadi? Dari belakang aku cuma melihat mobil Affin yang meliuk-liuk tak terkendali hingga tak lama kemudian mobil itu menghantam trak yang terparkir di bahu jalan." April menceritakan kejadian itu secara singkat.
Mendengarnya, tangan Anjasmara perlahan mengepal kuat, ternyata Queensa selalu mengakhirkan perasaannya. Benar. Nyatanya janji Queensa yang akan menjauh dari mantannya cuma janji tanpa aksi nyata.
"Siapa penanggung jawab pasien yang bernama Ibu Queensa?" dari pintu, keluar dokter paruh baya yang mendekati mereka berdua yang berdiri tegang.
"Saya suaminya." jawab Anjasmara memperkenalkan dirinya.
"Mari ikut saya!" Anjasmara mengikuti dokter ke sebuah ruangan, saat dipersilahkan duduk Anjasmara mengikuti intruksi sang dokter.
Dunia pria itu seperti bergoyang saat sebuah map di sodorkan kepadanya. Anjasmara sampai tak bereaksi untuk beberapa saat, dan itu sangat di mengerti oleh dokter di hadapannya.
"Kami harus segera mengeluarkan janinnya, agar ibunya segera keluar dari masa kritis. Detak janin sudah tidak ada lagi, dan keadaan pasien semakin buruk karena terus mengalami pendarahan."
Telinga Anjasmara seakan tuli dan mulutnya seketika bisu kala dokter menuturkan kalimat yang seumur hidupnya tak ingin dengar.
Buah hatinya baru berumur lima bulan, dan sudah harus di angkat dari rahim sang ibu karena sebuah keegoisan.
"Lakukan yang terbaik, dokter." Setelah membubuhkan tanda tangannya, Anjasmara keluar dari ruangan tersebut.
April tidak berani mendekat kala melihat wajah mengeras Anjasmara, pria itu kelihatan sangat marah.
Padahal gadis itu ingin tahu kondisi Queensa.
"Sudah hampir magrib, kamu harusnya pulang."
"Aku ada sepupu di sini jadi nggak harus balik ke Tran malam ini, aku masih ingin di sini, dan mungkin teman-teman banyak yang ingin melihat kondisi Queensa."
Anjasmara menganggukkan kepala, melangkah menjauh dari hadapan April dan ruangan dimana isinya ditangani.
*********
"Paman, ada apa dengan perutku? Ke-kenapa rasanya nggak nyaman? Mas Anjasmara mana?"
Ridwan yang di borong banyak pertanyaan oleh Queensa hanya diam tak bereaksi.
Sudah empat jam sejak Anjasmara menghubungi nya dan memintanya datang ke rumah sakit, pria itu tidak pernah muncul, Queensa sudah dipindahkan di ruang perawatan dan perempuan itu sudah jauh lebih baik keadaannya.
Sampai pagi Anjasmara tak juga muncul, kepada Queensa, Ridwan jujur mengenai dia yang harus kehilangan calon anaknya setelah kecelakaan itu, dan reaksi Queensa?
Perempuan itu sangat terpukul, dia menyalahkan kebodohannya, andai dia tak bertengkar dengan Affin saat ini calon anaknya masih ada, dan Anjasmara? Pria itu pasti kini sangat membencinya.
Dari April, Queensa tahu suaminya pulang membawa janin tak bernyawa itu untuk dikebumikan, dari gadis itu juga Queensa tahu seberapa hancur suaminya kehilangan calon buah hati mereka dan darinya juga Queensa tahu mungkin kepercayaan pria itu padanya telah hilang tak bersisa.
"Maaf...maaf..."
makanya gak usah sooook...
untung gak dicere
semoga Anjas menemukan perempuan yang tepat dalam hidupnya...
queensa ini gak kapok kapok lho ya ...
haddeuh 🤦♀️