NovelToon NovelToon
Embers Of The Twin Fates

Embers Of The Twin Fates

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Action / Romantis / Fantasi / Epik Petualangan / Mengubah Takdir
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: ibar

di dunia zentaria, ada sebuah kekaisaran yang berdiri megah di benua Laurentia, kekaisaran terbesar memimpin penuh Banua tersebut.

tapi hingga pada akhirnya takdir pun merubah segalanya, pada saat malam hari menjelang fajar kekaisaran tersebut runtuh dan hanya menyisakan puing-puing bangunan.

Kenzie Laurent dan adiknya Reinzie Laurent terpaksa harus berpisah demi keamanan mereka untuk menghindar dari kejaran dari seorang penghianat bernama Zarco.

hingga pada akhirnya takdir pun merubah segalanya, kedua pangeran itu memiliki jalan mereka masing-masing.

> dunia tidak kehilangan harapan dan cahaya, melainkan kegelapan itu sendiri lah kekurangan terangnya <

> "Di dunia yang hanya menghormati kekuatan, kasih sayang bisa menjadi kutukan, dan takdir… bisa jadi pedang yang menebas keluarga sendiri <.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

LATIHAN HARI PERTAMA

Malam telah turun sepenuhnya di Sekte Gunung Langit. Di dalam asrama murid dalam, Kenzie duduk bersila dengan punggung tegak, napasnya teratur, dan kesadarannya perlahan tenggelam ke dalam keheningan. Formasi Ki di ruangan itu berdenyut lembut, menyelaraskan aliran energi di sekitarnya.

Pikirannya tidak kosong.

Justru sebaliknya—ia dipenuhi bayangan. Gunung Celestara.

Kabut yang menyelimuti lerengnya, angin tipis yang memotong kulit, langkah-langkah yang harus diambil tanpa ragu di antara jurang dan bebatuan licin. Di sanalah ia pertama kali mengandalkan gerak, bukan kekuatan. Di sanalah tubuhnya belajar bertahan sebelum pikirannya sempat menolak.

Teknik Pertama: Seni Langkah Kabut.

Kenzie membiarkan ingatan itu hidup kembali. Ia tidak mengulangnya sebagai kenangan, melainkan sebagai pengalaman yang sedang terjadi. Setiap pijakan di benaknya terasa nyata—ringan, mengalir, samar namun pasti.

Namun kali ini, ia tidak berhenti di sana.

Pedang buatan Vargan kini menjadi bagian dari visualisasi itu. Bagaimana bilahnya bergerak mengikuti langkah. Bagaimana posisi tubuh harus berubah agar ayunan pedang dan perpindahan kaki menjadi satu kesatuan, bukan dua hal terpisah.

“Langkah dan pedang…” gumamnya pelan. “Harus bernapas bersama.”

Ia menyadari masalahnya.

Selama ini, jurus langkahnya berdiri sendiri—sempurna sebagai seni gerak, namun belum sepenuhnya menyatu dengan gaya berpedangnya. Ia seperti memiliki dua bahasa berbeda dalam satu tubuh.

Dan itu menghambatnya.

Di kedalaman meditasinya, muncul niat lain.

Empat versi.

Empat pendekatan berbeda dari Jurus Langkah Pembunuh Langit—disesuaikan dengan kondisi, jarak, dan lawan. Bukan sekadar enam teknik berurutan, melainkan cabang yang hidup.

Namun saat ia mencoba menyusunnya, kesadarannya tersendat.

Seolah ada dinding tak terlihat yang menghalangi pemahamannya.

Saat itulah—

Formasi Ki di ruangan bergetar.

Kenzie membuka mata.

Di hadapannya, berdiri seorang wanita dengan jubah putih keperakan tanpa ornamen berlebihan, rambut hitam panjang terurai rapi, dan sorot mata setenang salju di puncak gunung, wajah cantiknya memberi kesan yang mendalam.

Dia adalah Helen Rowena tetua sekte yang menjadi pilar dari sekte gunung langit.

Kenzie refleks berdiri. “Salam tetua Helen?” dengan badan berbungkuk Kenzie memberi hormat

“Hm.” Helen mengangguk singkat. “Kau masih bangun. Bagus, aku tak perlu membangunkan mu.”

“Kalau boleh tau Tetua… ada keperluan apa? malam begini datang ketempatku” tanya Kenzie, jelas terkejut.

Helen menatap sekeliling ruangan sejenak, lalu berkata datar, seolah membicarakan hal sepele, “Aku lupa satu hal. Mulai malam ini, kau tidak tinggal di sini.”

Kenzie membeku. “Maaf kalau boleh tau apa maksud dari tetua Helen?..”

“kau akan ikut denganku pergi kediamanku,” lanjut Helen. “Di gunung milikku. Kau akan tinggal di sana, mulai sekarang”

Beberapa detik berlalu sebelum kata-kata itu benar-benar sampai ke benaknya.

“Kediaman anda?.. Tinggal disana... aku?..” ulang Kenzie.

Helen memutar badan, berjalan menuju pintu. “Aku guru pribadimu mulai sekarang. kamu akan menjadi murid keduaku.”

Langkahnya terhenti sesaat. “Aku tadinya berniat menyuruhmu datang besok. Tapi kupikir ulang—latihan pagi murid dalam dimulai sebelum matahari terbit besok. Kau pasti akan lupa datang tepat waktu ke tempatku besok... jadi aku datang menjemputmu malam ini.”

Kenzie masih terpaku. “Aku… tidak diberi tahu soal itu?.”

“Maaf itu salahku.” Nada Helen tetap dingin. “Karena itu aku datang menjemput dan menjelaskannya padamu.”

Tidak ada ruang untuk menolak. Kenzie terpaksa mengikuti ajakan tersebut.

Beberapa saat kemudian, mereka telah berada di jalur gunung yang sunyi, diterangi cahaya bulan. Formasi teleportasi membawa mereka ke sebuah puncak terpisah—sebuah kediaman elegan namun sederhana, menyatu dengan alam.

Di sana, seorang wanita telah menunggu.

Rambut merah mudah panjang, mata birunya tenang namun hangat, auranya yang familiar.

“Selamat datang,” kata Wulan Tsuyoki sambil tersenyum kecil. “Junior.”

Kenzie tertegun. “Wulan…?”

“Kau satu-satunya murid baru yang langsung mendapat tingkat murid dalam atas—unggulan,” lanjut Wulan. “Artinya, kau mendapat prioritas. Guru pribadi. Jalur latihan langsung dari seorang tetua.”

Ia menatap Kenzie dengan serius. “Murid dalam tingkat menengah dan bawah, mereka tinggal di asrama, mengikuti pelatihan umum. Sedangkan Kita berbeda.” katanya dengan menjelaskan secara detail pada Kenzie.

...----------------...

Malam itu, di bawah langit penuh bintang, Wulan duduk berhadapan dengan Kenzie.

Tidak ada latihan fisik.

Hanya kata-kata. Menjadi pembelajaran bagi Kenzie, sebuah penjelasan yang memberikan arahan dan ajaran lisan.

“Kontrol Ki bukan soal seberapa besar energimu,” ujar Wulan tenang. “Tapi seberapa sedikit yang kau perlukan untuk hasil maksimal.”

Ia menjelaskan tentang aliran Ki ke telapak kaki, tentang bagaimana langkah bukan sekadar perpindahan posisi, melainkan niat yang bergerak lebih dulu daripada tubuh. Tentang pedang yang tidak digerakkan oleh lengan, melainkan oleh pusat keseimbangan.

Kenzie mendengarkan tanpa menyela.

Dan tiba-tiba— Sesuatu runtuh.

Dinding dalam pikirannya terbuka.

Empat versi jurus itu tersusun dengan sendirinya, saling melengkapi, bukan saling bertabrakan. Teknik langkahnya kini memiliki poros—pedang.

“Jadi begitu…” bisiknya, mata bersinar pelan.

Dari kejauhan, Helen Rowena memperhatikan.

Ia berdiri diam, tangan terlipat, ekspresi tetap dingin. Namun di balik itu, senyum tipis terukir di hatinya.

"Jenius yang berbakat" pikirnya. "Dan cepat memahami."

Selama ini, ia menolak semua murid lain. Bukan karena tak ada yang berbakat—melainkan karena tak ada yang layak menghabiskan waktunya. Ia tidak ingin terlihat mengejar murid. Mungkin itu terdengar Egois?. Namun ia menerima Kenzie karena bakat dan kejeniusannya berbeda dari murid lainnya.

......................

Dan keesokan paginya— Latihan dimulai.

Di halaman luas kediaman Helen, Kenzie berdiri dengan pedang di tangan. Helen mengawasinya dengan tajam, memberi arahan singkat, koreksi dingin, tanpa pujian.

Namun setiap gerakan Kenzie membuat dadanya terasa hangat.

Di bawah pohon maple, Wulan duduk bersila.

Mata terpejam. Napas teratur.

Namun sesungguhnya, ia mengawasi setiap langkah Kenzie.

Takut… jika gurunya terlalu keras pada Kenzie. Takut jika Kenzie kena marah oleh gurunya.

......................

Sementara itu—

Di area murid luar, Rava, Liera, dan Ryujin berlatih bersama murid lain. Termasuk Snowy dan beberapa tuan muda berbakat. Mereka semua masih menjalani pelatihan umum, menunggu hari ketika seorang tetua mungkin melirik mereka.

Di dua jalur berbeda— Latihan hari pertama telah dimulai.

Seorang tetua luar menjadi pemandu mereka, ia menjadi mentor bagi para murid luar, mau murid lama atau murid baru, semua berkumpul di lapangan pelatihan untuk melakukan pelatihan dasar beladiri.

para tuan muda yang sebelumnya percaya diri kini merasa terpuruk akibat adanya kehadiran Kenzie saat di ujian penerimaan murid baru, hal tersebut mengganggu penampilan mereka diatas panggung untuk menarik perhatian para tetua murid dalam.

Snowy yang berada diantara para murid luar hanya berdecak muak karena latihan dasar ilmu beladiri yang dilakukan, sebab latihan itu telah dikuasainya dan dilaluinya sewaktu dulu.

rava, liera dan ryujin tidak banyak membantah, mereka hanya menuruti perintah dan mengikuti latihan secara suka rela.

Ryujin mengajak rava bicara, berkata, "hey kawan... Sepertinya kamu tidak sekuat pria gendut yang ada di barisan sebelah sana" tunjuk ryujin pada seorang murid luar bertubuh gemuk.

Rava berdecak seolah ia memahami lelucon ryujin yang sedang mencairkan suasana. "Sibodoh ini mulai mengoceh lagi.. Ckck!.." sahut rava menanggapi ryujin.

Ryujin tidak menanggapi balik rava, tapi arah pandangannya beralih pada salah satu senior yaitu alaric veyron, "Oii... Senior lihat kawan kita yang satu ini, wajahnya begitu kusut, kelihatannya ia butuh protein tambahan!.." teriak ryujin memecah kefokusan para murid luar yang lain

Para murid sontak melirik kearahnya dan memandang dirinya dengan keheranan.

"Ehh.. Ada apa dengan pandangan kalian itu?.. Kalian memandangku begitu antusias, apakah wajah tampanku menarik perhatian kalian!.." ucap ryujin dengan dengan penuh percaya diri.

Snowy dan para tuan mudah beserta murid unggulan, yang ada di dalam barisan murid luar melirik kearah ryujin dan mereka menutup wajah sambil menggelengkan kepala, karena tingkah laku ryujin membuat orang melihatnya menjadi malu.

sedangkan alaric, ia sudah lebih dulu menundukan kepalanya dalam dalam karena malu oleh teriakan ryujin.

Rava yang bersebelahan dengan ryujin, langsung merespons hal itu, tanpa pikir panjang rava memukul bahu ryujin, hingga ryujin berteriak berlebihan dan menarik perhatian tetua yang sedang melakukan pengajaran.

Sang tetua pun mendekati mereka berdua dan menarik kedua telinga mereka, "kalian murid baru... Baru masuk sudah membuat onar di latihan pertama kalian" sahut tetua tersebut sambil menyeret mereka berdua

"kalian berdua berdiri terpisah dari yang lain... Lakukan pose kuda-kuda, lakukan hal itu sampai matahari tepat diatas kepala kalian" ucap tetua tersebut, "itu hukuman untuk kalian berdua!.."

"Haa!.. Baiklah tetua" sahut rava dengan pasrah.

...****************...

1
أسوين سي
💪💪💪
أسوين سي
👍
{LanLan}.CNL
keren
LanLan.CNL
ayok bantu support
أسوين سي: mudah-mudahan ceritanya bagus sebagus Qing Ruo
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!