Anak Kandung Yang Bangkit

Helena duduk di samping Senja, menatap cucunya dengan penuh perhatian. "Sayang, dari mana kamu tahu tentang Caca yang jadi simpanan om-om? Siapa yang memberimu bukti video dan foto itu?" tanya Helena dengan lembut, ingin tahu asal-usul informasi penting yang telah mengungkap kebusukan Caca.

Senja tersenyum tipis, menatap Helena dengan mata yang berbinar. "Itu berkat papa raihan Nek," jawab Senja. "Dia yang menemukan bukti-bukti itu dan memberitahuku. Awalnya aku nggak percaya, tapi setelah melihat video dan fotonya, aku langsung yakin." Ia merasa bersyukur atas bantuan Mas Bagas yang telah membantunya mengungkap kejahatan Caca.

Helena mengangguk, menunjukkan ia mengerti. "papa raihan? papanya Hendra ? Hebat juga dia. Berarti dia memang sayang sama kamu, ya?" Helena tersenyum, merasakan adanya perasaan khusus antara Senja dan Bagas. Ia merasa lega karena Senja memiliki teman yang baik dan dapat dipercaya.

Senja hanya tersenyum malu-malu, pipinya memerah sedikit. Ia tidak membantah pernyataan neneknya. Ia memang merasa dekat dengan raihan dan sudah menggap raihan ayah nya sendiri, dan bantuan papa raihan telah menyelamatkan keluarganya dari tipu daya Caca. Ia bersyukur atas bantuan papa dari mantan tunangan nya itu, dan ia juga merasa senang karena memiliki teman yang baik dan dapat dipercaya.

Senja melanjutkan ceritanya, suaranya dipenuhi rasa syukur dan haru. "Nenek tahu nggak? Selama ini, Papa Raihan selalu mendukung aku. Dia selalu ada buat aku, memberikan semangat dan kekuatan. Dia yang pertama kali aku ceritakan tentang kecurigaan aku terhadap Caca. Dia juga yang membantu aku mencari bukti-bukti kejahatan Caca," ucap Senja, matanya berkaca-kaca. Ia merasa sangat beruntung memiliki ayah seperti Raihan.

Helena mengangguk, menunjukkan ia mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia tahu Raihan adalah ayah yang baik dan penyayang. "eyang nggak heran, Sayang. Raihan memang anak yang baik dan bertanggung jawab. Dia selalu melindungi keluarganya," kata Helena, suaranya dipenuhi rasa bangga. Ia merasa senang dan bersyukur karena Senja memiliki ayah yang begitu peduli dan mendukungnya.

Senja tersenyum, mengusap air matanya. "Papa Raihan selalu bilang, kalau kita harus selalu berjuang untuk kebenaran, eyang. Meskipun sulit, kita harus tetap teguh pada pendirian kita. Dan Papa Raihan selalu ada di sampingku, memberiku kekuatan untuk menghadapi semuanya," ucap Senja, suaranya penuh kekaguman dan rasa syukur. Ia merasa sangat beruntung memiliki ayah seperti Raihan yang selalu mendukung dan membelanya. Kejadian ini semakin memperkuat ikatan batin antara Senja dan Raihan. Mereka berdua sama-sama berjuang untuk kebenaran dan keadilan.

Rudy menghampiri Senja dan Helena, wajahnya terlihat sedikit terkejut dan terharu. Ia tak menyangka Raihan, sahabat nya. benar-benar menyayangi Senja dengan tulus. Selama ini, ia selalu curiga dan was-was terhadap Raihan, takut jika Raihan hanya memanfaatkan Senja. Tapi cerita Senja telah menghapus semua keraguannya.

Rudy duduk di samping Helena, menatap Senja dengan penuh kasih sayang. "Sayang, Papa nggak menyangka Raihan sepeduli itu sama kamu," ucap Rudy, suaranya sedikit bergetar. Ia merasa lega dan bersyukur karena Senja memiliki papa selain diri nya yang begitu menyayanginya. Ia juga merasa bersalah karena selama ini telah salah menilai Raihan.

Senja tersenyum, menatap ayahnya dengan mata yang berkaca-kaca. "Papa, Raihan itu baik banget. Dia selalu ada buat aku, menjagaku, dan membelaku," ucap Senja, suaranya penuh rasa syukur dan cinta. Ia merasa sangat beruntung memiliki ayah seperti Rudy dan Raihan yang selalu menyayanginya.

Helena mengusap pundak Rudy dan Senja, menunjukkan rasa harunya. "Kita semua bersyukur, ya. Raihan memang anak yang baik. Dan Senja juga beruntung punya Papa dan Raihan yang menyayanginya," ucap Helena, suaranya penuh kelembutan. Kejadian ini telah mempererat hubungan keluarga mereka. Mereka semua merasa bersyukur dan bahagia karena telah melewati masa-masa sulit dan kini hidup dalam kedamaian dan kasih sayang. Kepercayaan dan cinta telah menyatukan mereka.

********

Hendra, dengan wajah memelas dan mata berkaca-kaca, mendekati kedua orang tuanya. Ia merengek, memohon bantuan mereka untuk meluluhkan hati Senja kembali. "Pa, Ma, tolong bantu aku. Aku mohon, bantu aku mendapatkan Senja kembali," ucap Hendra, suaranya bergetar menahan isak tangis. Ia sangat menyesali perbuatannya di masa lalu dan sangat merindukan Senja.

Ayah dan ibunya saling berpandangan. Mereka merasa iba melihat kondisi Hendra yang begitu terpukul. Namun, di sisi lain, mereka juga masih ragu untuk membantu. Mereka tahu Senja telah sangat terluka oleh perbuatan Hendra. "Hendra, kamu harus mengerti. Senja sudah sangat terluka. Memulihkan hatinya tidak semudah itu," kata ibunya, suaranya terdengar lembut namun tegas.

Hendra tertunduk lesu, menyesali semua kesalahannya. "Aku tahu, Ma. Tapi aku benar-benar menyesal. Aku mencintai Senja. Aku mohon, berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya," ucap Hendra, suaranya semakin lirih. Ia bertekad untuk berubah dan memperbaiki semua kesalahannya. Ia berjanji akan melakukan apapun untuk mendapatkan kembali cinta Senja. Ia memohon restu dan bantuan orang tuanya untuk mewujudkan hal tersebut. Ia tahu, jalan untuk mendapatkan kembali hati Senja akan sangat panjang dan sulit, namun ia bertekad untuk tetap berjuang.

Raihan menatap Hendra dengan tatapan tajam, suaranya dingin dan tegas. "Aku menolak permintaanmu mentah-mentah, Hendra. Senja sudah cukup menderita karenamu. Aku tidak akan membiarkan dia disakiti lagi olehmu," ucap Raihan, suaranya penuh penekanan. Ia tidak akan pernah memaafkan Hendra atas semua perbuatannya terhadap Senja.

Hendra tertunduk lesu, merasakan kekecewaan yang mendalam. Ia tahu Raihan sangat membenci dan tidak akan pernah memaafkannya. "Pa, aku mohon... berikan aku kesempatan," ucap Hendra, suaranya hampir tak terdengar. Ia masih berharap Raihan mau memberinya kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya.

Raihan menggelengkan kepalanya. "Tidak ada kesempatan lagi, Hendra. Kamu sudah menyakiti Senja terlalu dalam. Kamu harus bertanggung jawab atas perbuatanmu," ucap Raihan, suaranya tetap tegas. Ia tidak akan pernah mengizinkan Hendra mendekati Senja lagi. Ia akan melindungi Senja dari segala bentuk ancaman dan bahaya, termasuk dari Hendra. Ia telah memutuskan untuk melindungi Senja dari segala bentuk bahaya, termasuk dari Hendra yang telah menyakitinya. Ia tidak akan pernah mengizinkan Hendra mendekati Senja lagi. Ia akan selalu ada untuk Senja dan akan selalu melindunginya.

"Papa pilih kasih! Papa selalu lebih menyayangi Senja ketimbang anak Papa sendiri!" Hendra membentak, suaranya dipenuhi amarah dan kekecewaan. Ia merasa diperlakukan tidak adil oleh ayahnya. Ia merasa ayahnya lebih menyayangi Senja daripada dirinya sendiri.

Ibunya menghampiri Hendra, mencoba menenangkannya. "Bukan begitu, sayang. Papa kamu tidak ingin kamu menjadi laki-laki yang tidak baik. Papa hanya ingin kamu belajar dari kesalahanmu dan menjadi pribadi yang lebih baik," ucap ibunya, suaranya lembut dan penuh pengertian. Ia berusaha menjelaskan kepada Hendra bahwa tindakan ayahnya bukan karena pilih kasih, melainkan karena kepedulian dan harapan ayahnya terhadap Hendra.

Hendra terdiam, mencoba mencerna ucapan ibunya. Ia tahu ibunya benar. Ayahnya selalu menasihatinya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Namun, rasa kecewa dan sakit hati masih menghantuinya. Ia merasa ayahnya terlalu berat sebelah, selalu membela Senja dan mengabaikan kesalahannya. Ia merasa kesal dan kecewa karena ayahnya selalu membela Senja dan mengabaikan kesalahannya. Ia merasa ayahnya tidak adil. Ia ingin ayahnya memahaminya dan memberinya kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Ia masih berharap ayahnya akan memaafkannya dan memberinya kesempatan untuk memperbaiki semuanya.

Hendra membanting pintu kamarnya dengan keras, suara dentumannya menggema di rumah yang tiba-tiba terasa sunyi dan tegang. Ia masuk ke dalam kamar, membantingkan tubuhnya ke tempat tidur. Rasa kesal, kecewa, dan marah bercampur aduk dalam hatinya. Ia merasa tidak adil diperlakukan seperti ini. Ia merasa orang tuanya tidak memahaminya. Ia merasa sendirian.

Ia memutar-mutar tubuhnya di tempat tidur, mencoba meredakan amarahnya. Namun, rasa kesalnya tak kunjung hilang. Ia terus memikirkan kata-kata ayahnya yang menolak permintaannya. Ia merasa ayahnya terlalu berat sebelah, selalu membela Senja dan mengabaikan kesalahannya. Ia merasa ayahnya tidak adil. Ia merasa sendirian dan tidak ada yang memahaminya. Ia merasa sangat kesepian dan terabaikan.

Air mata mulai berderai di pipinya. Ia merasa sangat sedih dan kecewa. Ia menyesali semua perbuatannya di masa lalu. Ia ingin memperbaiki semuanya, tapi ia merasa tidak ada yang memberinya kesempatan. Ia merasa sangat putus asa. Ia ingin sekali meminta maaf kepada Senja, tapi ia takut ditolak. Ia merasa sangat terpuruk. Ia merasa hidupnya hampa dan tanpa arah. Ia merasa sangat kehilangan.

*ternyata Hendra mencintai senja selama ini dan baru menyadari nya sekarang*.