Shela... Seorang gadis yang terpaksa menikah dengan laki-laki yang belum ia kenal demi mendapatkan uang dari ibu laki-laki itu untuk biaya operasi adik satu satunya. Bagaimana kisah mereka selanjutnya, akahkah dia mendapatkan cinta Zevan yang sama sekali tidak mencintainya atau dia harus pergi dan mengakhiri pernikahannya dengan Zevan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azra_21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Ancaman Viona
Malam hari
Zevan berguling-guling diatas tempat tidurnya, matanya enggan terpejam. Teringat obrolannya dengan Shela saat pulang dari danau.
Plak...
"Aww...kok malah ditampar sih?" Zevan mengelus pipinya yang terasa panas.
"Jangan ngomong aneh-aneh" bentak Shela
"Emang kenapa? Kamu istri sah ku" jawabnya santai sambil memiringkan kepalanya menatap Shela.
"Kamu punya janji dengan seseorang yang harus kamu tepati. Jadilah laki-laki sejati yang bisa mempertanggungjawabkan setiap ucapannya"
"Bukankah ijab kabul yang aku lakukan empat bulan lalu juga sebuah janji yang lebih kuat?"
"Tapi kamu sudah merusaknya dengan sebuah kesepakatan".
Zevan kehabisan kata-kata.
Shela bukan perempuan yang mudah di luluhkan, dia perempuan berpendirian kuat. Zevan semakin yakin untuk mempertahankannya.
Masih berguling kesana kemari diatas tempat tidurnya. Shela sulit ditaklukkan. Kemudian meraih ponselnya diatas nakas, membuka galeri melihat foto Shela ditepi danau yang dia ambil secara diam-diam. Dia tersenyum melihat foto istrinya, persis seperti abege yang lagi jatuh cinta. Bahkan sudah seminggu Viona tidak menghubunginya, entah mengapa tidak ada kerinduan pada perempuan yang sudah dua tahun belakangan ini mengisi hatinya. Sampai akhirnya dia tertidur dengan memegang ponsel yang masih menyala menampilkan foto Shela di layar ponselnya.
☘️☘️☘️
Perusahaan Wira Utama
Dimeja kerjanya, Zevan terlihat sibuk memeriksa berkas-berkas laporan bulanan perusahaan. Tiba-tiba terdengar suara berisik di luar ruangan, seseorang masuk tanpa mengetuk pintu. Diikuti sekretaris nya dibelakang sang tamu tak diundang.
"Maaf pak, saya sudah bilang harus membuat janji sebelum bertemu bapak. Tapi mbak Viona maksa" Nadya, sekretarisnya menjelaskan. Sebab pagi tadi Dimas sudah berpesan pada Nadya, jika ingin bertemu Zevan harus membuat janji terlebih dahulu tanpa terkecuali.
"Tidak apa-apa, kamu boleh keluar!" Titah Zevan.
"Baik pak" Nadya pamit keluar ruangan, diiringi tatapan sinis dari Viona.
"Sekretaris kamu sok berkuasa banget sih" tuturnya setelah Nadya berada diluar.
"Dia bekerja sesuai perintah, tidak ingin melanggar aturan yang sudah aku buat. Kamunya aja yang ngeyel" kesal Zevan
"Kamu kok jadi nyalahin aku sih? Udah hampir dua Minggu kita gak ketemu kayaknya kamu gak kangen sama aku?" Seperti biasa sikap egois dan manja selalu melekat pada dirinya.
"Kamu kan tau aku sibuk, kerjaan aku banyak" suara Zevan terkesan dingin. "Ada perlu apa sampai kamu harus datang kesini?" lanjutnya.
"Aku cuma pengen ketemu kamu, emang gak boleh?" Sudah berdiri dibelakang kursi Zevan dan memeluknya dari belakang. Jika dulu Viona melakukan hal seperti ini, tentu Zevan merasa sangat senang. Tapi sekarang entah mengapa dia menjadi risih dengan sikap manja Viona. Zevan menurunkan tangan Viona dari bahunya. Mungkin ini saat yang tepat dia bicara dengan Viona pikirnya.
"Vio" panggil Zevan
"Apa sayang?" Viona kembali bergelayut manja dipundak Zevan.
"Aku minta maaf" Lelaki itu menggantung kalimat nya menarik nafas berat. "Aku tidak bisa menepati janjiku untuk menikahi mu" Akhirnya keluar juga kalimat yang Zevan yakin akan membuat gadis itu murka.
"Kamu becanda kan Van?" Viona tertawa, dia yakin Zevan hanya ingin mengerjainya saja.
"Aku gak becanda Vio, aku sungguh minta maaf gak bisa lagi melanjutkan rencana untuk menikahi mu". Jelas Zevan
"Kenapa? Apa karena perempuan itu?" Suara lantang Viona. Gadis itu sudah berpindah duduk dikursi di depan meja Zevan.
"Aku harap kamu mengerti, dan menerima keputusan ini!"
"Jadi benar kamu sudah tergoda oleh perempuan itu?" Viona menangis. "Dasar wanita penggoda, lihat saja aku akan buat perhitungan dengan dia" ucap Viona sinis disela tangisnya.
"Cukup Vio, Shela bukan wanita penggoda, dia istriku" Zevan sudah berdiri dari kursinya
"Sudah berani kamu menyebut dia istrimu? Kamu lupa saat baru menikahinya, kamu yang memintaku untuk kembali padamu karena kamu tidak mencintainya?" mengingatkan kembali kejadian beberapa bulan lalu saat Zevan memintanya untuk kembali padanya.
"Aku minta maaf" Zevan membelakangi Viona, berdiri menghadap keluar jendela yang berada di belakang kursi kerjanya.
"Aku tidak terima kamu perlakukan seperti ini Van!!! Viona berdiri dari tempat duduknya, menggebrak meja didepannya. "Aku akan membalas semua sakit hati yang kamu berikan padaku" Viona pergi dari ruangan Zevan masih dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya.
Zevan memijit keningnya pelan. Dia berfikir pasti Viona tidak akan menyerah begitu saja, mengingat watak keras kepala gadis itu. Dua tahun menjalin hubungan membuat Zevan faham bagaimana perangai Viona selama ini.
Dimas keluar dari lift, tiba-tiba seorang wanita berlari hingga menabraknya. Gadis itu terjatuh karena menabrak tubuh tinggi Dimas. Dimas berjongkok untuk membantu gadis itu berdiri. Saat wajahnya bersitatap dengan gadis yang terduduk dilantai Dimas terkejut.
"Viona?" panggilnya
"Dimas, aku butuh bantuan kamu. Bantu aku untuk kembali pada Zevan" Viona memohon, Viona tau Zevan akan lebih mendengarkan Dimas daripada dirinya. Untuk itu dia berniat meminta bantuan Dimas untuk merayu Zevan.
"Maaf Viona, aku tidak bisa membantumu. Zevan sudah menikah biarkan dia bahagia dengan istrinya, pergilah dari kehidupannya". Dimas sudah berdiri dan meninggalkan Viona.
Viona menghentakkan kakinya kasar "Tunggu pembalasanku"
Dimas masuk keruangan Zevan, dilihatnya bosnya berdiri di menghadap jendela sedang melamun.
"Van!" panggil Dimas
Zevan tersentak, terlalu larut dari lamunannya tidak menyadari Dimas masuk ke ruangan.
"Apa yang terjadi?" tanya Dimas
"Gue udah memutuskan hubungan dengan Viona"
"Bagus lah, berarti sekarang Lu bisa menjalani rumah tangga yang semestinya sama Shela"
"Gak akan semudah itu! Shela bukan perempuan yang mudah di luluhkan" ucap Zevan lesu.
"Dia hanya terlalu banyak menahan sakit, sehingga menutup rapat hatinya buat nerima Lu". Dimas menuturkan pendapatnya.
"Tapi gue juga memikirkan ancaman Viona yang gak terima atas keputusan ini. Gue khawatir dia akan berbuat nekat pada Shela". Zevan menceritakan kekhawatirannya.
"Lu tenang aja, gue bakalan pantau Viona"
"Oke, gue percaya sama Lu"
Di kantor Shela
"Kok gak di makan?" Tegur Dinda melihat Shela yang hanya mengaduk-aduk makanannya
"Gak selera" sahutnya
"Lagi diet ya?" Tanya Tiara sambil mengunyah makanannya.
"Gak kok, udah ideal gini gak perlu diet"
"Bener, gak usah diet cowok kan sukanya yang agak berisi gitu" dinda cekikikan entah apa yang ada dipikirannya.
"Aku udah berisi gini, bohay malah tapi tetap aja jomblo" Tiara mengerucutkan bibirnya.
"Itu sih kamu yang pilih-pilih pasangan" sahut Dinda
"Daripada salah pilih lebih baik diseleksi dulu, seumur hidup itu lama" Jelas Tiara
"Udah jangan debat, buruan bentar lagi jam istirahat abis" Shela mengakhiri perdebatan temannya tentang calon pasangan. "Aku ke toilet dulu" Shela berdiri dari kursinya, baru beberapa langkah.
Bruggghhhh Shela pingsan.
"Shelaaaaa"
.
.
.
.
Bersambung
Aduh Shela kenapa ya?
Jangan lupa tinggalkan jejak 😘
mampir
thor