BENIH TERTINGGAL

Hasil buah kesabaran untuk Elara, hari ini satu bulan baby Noel yang mendapat perawatan intensif hari ini sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Seminggu yang lalu sebenarnya Beby Noel sudah bisa di bawa pulang. Tapi Noah menginginkan putranya berada di rumah sakit untuk beberapa hari agar baby Noel benar-benar sehat. Dan sekarang baby Noel sudah di nyatakan sehat bahkan baby Noel terlihat sangat berisi, berat badannya sudah stabil bahkan diatas rata-rata. Elara yang menyambut bayinya untuk pertama kali saat itu tidak bisa membendung perasaan bahagia dan haru, begitu juga dengan Noah, pria itu untuk pertama kali menyentuh dan mengendong seorang bayi, darah dagingnya yang tidak pernah ia bayangkan akan secepat ini mendapatkan anak.

Hari ini Noel dibawa pulang oleh kedua orang tuanya, sejak Noel keluar dari inkubator perhatian Elara sepenuhnya untuk putranya, wanita itu begitu telaten mengurus keperluan Noel meskipun awalnya tampak begitu kaku, Elara hanya menggunakan insting naluri seorang ibu, hingga saat ini Elara cukup bisa mengurus Noel.

"Apa dia tidur?" tanya Noah yang baru saja masuk kedalam kamar dan mendekat ke arah box bayi yang berada disudut kamar.

"Habis minum susu, dia pasti tidur." Jawab Elara sambil menyimpan pakaiannya dan Noah yang baru saja di antar pelayan. Elara sengaja meminta pelayanan untuk tidak menyimpannya kedalam lemari, karena dia sendiri yang akan melakukannya.

Noah mengusap pipi Noel dengan jari telunjuknya, bayi merah dan memilki kulit keriput dulu kini sudah terlihat menggemaskan dan lucu.

Melihat istrinya yang sibuk didepan lemari, Noah pun mendekati Elara setelah meninggalkan kecupan di pipi Noel.

"Kenapa masih beberes, ini sudah malam. Biarkan pelayan yang melakukanya." Noah memeluk Elara dari belakang, pria itu menghirup aroma tubuh Elara dari bagian leher.

Elara sebenarnya merasa canggung dan gugup setiap kali Noah melakukan sentuhan intim seperti ini, Elara belum terbiasa karena memang mereka tidak pernah dekat dan mengenal satu sama lain, apalagi Noah datang dan langsung membuat kehidupan Elara berubah drastis dalam hal status.

"Hanya ini yang bisa aku kerjakan, setelah Noel tidur, aku tidak melakukan apapun." tangan Elara terus bergerak meskipun rada sulit karena Noel memeluknya.

"Seharusnya kau beruntung dan hanya tinggal menikmati apa yang ada didepan mata, kau tinggal menyuruh pelayan tanpa harus melakukan apapun,"

Selama satu bulan menikah dan tinggal bersama, Noah tidak pernah melihat Elara bersantai, entah apa yang di lakukannya, ada saja yang membuat Elara sibuk, padahal banyak pelayan dan tinggal menyuruh. Alasannya dia hanya melakukan hal kecil, jika hanya berdiam saja dia akan bosan.

Hal kecil seperti itu mampu membuat seorang Noah terpukau, pria itu mengagumi kesederhanaan Elara meksipun sudah memiliki suami kaya raya. Jika tidak di perintah Elara tidak akan diam.

"Mereka juga banyak pekerjaan, sedangkan aku sendiri hanya duduk berpangku kaki, membuat ku tidak nyaman." Elara berkata jujur.

Takdirnya hidup dalam keadaan prihatin dan bisa dikatakan susah, dan hal itu tidak membuat Elara mensyukuri keadaanya sekarang.

"Tapi mereka di bayar memang untuk bekerja sayang, tidak ada yang salah."

Noah melepaskan pelukannya dan menarik tangan Elara menuju sisi ranjang.

Noah duduk, tangannya menarik Elara untuk duduk di atas pangkuannya. Posisi seperti ini sungguh membuat Elara seperti naik rollercoaster, jantungnya berdebar kencang.

"Tidak apa, aku hanya melakukan hal kecil. Aku harap kamu tidak keberatan." Lirih Elara yang mendadak tidak enak dengan Noah, dia sepertinya sudah lancang.

"Tapi aku tidak ingin melihat kamu capek, apalagi ada Noel yang kamu urus dan aku tentunya." Noel menekan kata terakhirnya, membuat Elara menelan ludah.

"I-iya. Maaf." Lirik Elara cari jalan aman.

"Di maafkan asalkan-" Noel menatap wajah Elara dengan tatapan sayu, matanya sudah memancarkan kabut gairah.

Elara menjadi semakin gugup dengan jantung berdebar kencang, ia menggigit bibir bawahnya untuk mengurangi rasa gugupnya. Dan hal itu malah semakin memancing gairah Noah yang sudah lama tidak tersalurkan sejak terakhir melakukanya dengan Elara.

"Kau selalu bisa mengirim sinyal berbahaya Beby, kau membuat ku selalu berhasrat." Bisik Noah dengan suara seraknya yang menahan gairah.

Elara merasakan tubuhnya meremang saat tangan besar Noah mulai mengusap punggungnya, deru napas Noah terdengar begitu berat menerpa wajahnya yang begitu hangat.

Elara memejamkan matanya saat merasakan bibir Noah menyapa bibirnya, keduanya saling berpangutan bibir, hingga keduanya berada dalam gairah yang menguasai jiwa.

Malam pertama setelah menjadi sepasang pengantin, yang berarti malam kedua setelah keduanya melakukan percintaan dan menghasilkan bayi Noel.